Tekanan Menguat, BI Naikkan Suku Bunga 50 Basis Poin
Tekanan eksternal dari kenaikan suku bunga bank sentral AS dan tekanan internal dari eskalasi inflasi menjadi pijakan BI menaikkan suku bunga acuan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin sehingga menjadi 4,25 persen. Keputusan ini didasarkan pada meningkatnya tekanan internal berupa inflasi di dalam negeri dan tekanan eksternal seiring agresivitas bank sentral AS menaikkan suku bunga.
Dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Kamis (22/9/2022) di Jakarta, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan tersebut bersifat front loaded, pre-emptive, dan forward looking.
Front loaded adalah strategi menaikkan suku bunga dengan porsi yang besar di waktu awal dari rangkaian kenaikan suku bunga dalam periode tertentu. Ini sekaligus juga merupakan langkah pre-emptive, yakni mitigasi risiko untuk mencapai sasaran di masa mendatang atau forward looking.
Perry menjelaskan, sampai dengan Agustus 2022, inflasi inti mencapai 3,04 persen secara tahunan. Besaran ini sudah berada di atas titik tengah dari rentang target inflasi inti BI tahun ini, yakni 2-4 persen.
Perry memperkirakan inflasi inti akan terus menguat dan diperkirakan akan mencapai 4,6 persen pada akhir tahun, yang berarti melampaui target.
”Inflasi inti ini menjadi perhatian karena menjadi indikator permintaan dan penawaran masyarakat yang sesungguhnya,” ujarnya.
Menurut Perry, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan meningkat akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) dan menguatnya sisi permintaan.
Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi inti tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 2-4 persen dan karena itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI, baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan, untuk meredakan inflasi.
Karena itulah, diperlukan kenaikan suku bunga acuan dengan tujuan inflasi bisa kembali ke sasaran 2-4 persen pada triwulan ketiga 2023.
Menjaga stabilitas
Selain itu, Perry menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah ketidakpastian pasar keuangan global dan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
Menurut Perry, perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. Hal ini mendorong bank sentral AS atau The Federal Reserves (The Fed) tetap agresif menaikkan suku bunga acuan sehingga berdampak pada menguatnya mata uang dollar AS terhadap mata uang negara lain.
Dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (21/9/2022) waktu setempat, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin sehingga menjadi 3-3,25 persen. Ini merupakan suku bunga tertinggi sejak 2008.
Kenaikan suku bunga The Fed mendorong penguatan dollar AS terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah. Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan Kamis berada di level Rp 15.033 per dollar AS, melemah dibandingkan Rabu yang sebesar Rp 15.011 per dollar AS.
Dihubungi terpisah, Senior Economist DBS Bank Radhika Rao menjelaskan, pada awalnya pihaknya memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Namun, mengingat pada Rabu The Fed secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, BI pun menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi menjadi 50 basis poin.
Jika BI hanya menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, selisih suku bunga acuan keduanya hanya sekitar 75 basis poin. Angka ini terlalu kecil sehingga rentan memicu terjadinya arus modal keluar sehingga BI pun perlu menaikkan suku bunga lebih besar.
”Saya kira BI pasti juga melihat faktor eksternal untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Kenaikan itu untuk mencegah arus modal keluar yang bisa memicu guncangan sistem keuangan,” ujar Radhika.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, kenaikan suku bunga BI sebesar 50 basis poin lebih agresif atau lebih tinggi daripada perkiraannya. Ia memang memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga, tetapi tidak memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Ia memperkirakan, kemungkinan BI akan tetap menaikkan suku bunga sampai akhir tahun tetap terbuka. Sebab, tekanan eksternal belum akan berkurang. Adapun inflasi dalam negeri juga masih akan bertumbuh sehingga perlu diredam dengan kenaikan suku bunga.