Kolaborasi Lokapasar dan UMKM Perlu Manfaatkan Teknologi Digital
Kolaborasi lokapasar serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah perlu memanfaatkan teknologi digital. Jangan hanya berhenti pada nota kesepahaman, tetapi juga implementasikan hingga membuat UMKM naik kelas.
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi lokapasar serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM perlu memanfaatkan teknologi digital. Salah satunya dilakukan pelaku usaha rintisan GudangAda yang secara resmi menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendorong UMKM go digital.
Staf Ahli Bidang Hubungan Antar-Lembaga Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Luhur Pradjarto, saat menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kolaborasi kerja sama lokapasar GudangAda dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat di Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/9/2022), secara hibrida, menegaskan, nota kesepahaman ini hendaknya tidak sekadar ditandatangani, tetapi diimplementasikan untuk bisa meningkatkan level pelaku UMKM.
Tantangan terkini, menurut Luhur, pemerintah sedang mendorong UMKM untuk bisa on boarding dengan teknologi digital. Tahun 2024, pemerintah menargetkan 30 juta UMKM sudah on boarding. Saat ini, jumlah UMKM yang sudah masuk dalam ekosistem digital baru mencapai sekitar 19,7 juta UMKM.
”Memang pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran bagi kita. Selama dua tahun, memaksa mereka untuk bertransformasi memasuki dan memanfaatkan teknologi digital. Para pelaku usaha yang mampu bertransformasi, dengan cepat beradaptasi dengan teknologi sehingga mereka terlepas dari dampak negatif pandemi ini,” ujar Luhur.
Luhur menambahkan, 41,9 persen dari transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia. Hal ini perlu ditingkatkan meski banyak tantangan dalam transformasi digital ini, di antaranya, persoalan infrastruktur yang tidak semua daerah di Indonesia telah memiliki bandwidth yang kuat dan kapasitas sumber daya manusia yang masih memerlukan literasi digital. Di sinilah peran lokapasar dalam memberikan pendampingan untuk literasi digital sangat penting.
Steven, CEO/Founder GudangAda, mengakui, GudangAda melihat kebutuhan solusi teknologi yang inklusif bisa digunakan semua pihak dalam mengembangkan bisnis di era digital. Menurut dia, visi GudangAda adalah membangun ekosistem digital yang inklusif secara lengkap untuk mendukung UMKM dalam mengelola bisnis.
GudangAda adalah lokapasar yang menjadi mediator dengan menyediakan platform dan ekosistem penghubung antara pihak produsen atau penjual dan pembeli, dalam hal ini UMKM, baik pemilik toko maupun koperasi. Kemitraan yang dilakukan dalam hal penyediaan ekosistem dari platform transaksi, logistik, perangkat lunak gudang resolusi untuk mengelola bisnis, serta penghubung permodalan antara UMKM dan pihak penyedia permodalan.
Menurut Steven, dengan teknologi digital, UMKM dapat mengelola bisnis lebih cepat dalam proses penjualan ataupun pembelian produk. Juga bisa mengelola bisnis lebih efisien dan menggunakan teknologi dengan cerdas sehingga menciptakan peluang lebih besar melalui pengembangan jaringan ataupun dukungan permodalan.
Kolaborasi GudangAda dan Pemprov Jawa Barat menjadi momentum untuk ikut mengembangkan UMKM di Jawa Barat. Terlebih Pemprov Jabar telah memiliki program UKM Juara sehingga bisa menjadi model dan referensi untuk dikembangkan ke berbagai provinsi di Indonesia.
Steven menuturkan, kontribusi UMKM sangat signifikan terhadap perekonomian nasional. Hingga pertengahan 2022, kontribusi UMKM telah mencapai 60,51 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Karena itulah, GudangAda ingin berperan secara aktif mendukung program pemerintah untuk mewujudkan digitalisasi 30 juta UMKM pada 2024.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jabar Kusmana Hartadji mengatakan, sejauh mampu mengembangkan UMKM di Jabar yang mencapai 4,6 juta unit, kolaborasi ini sangat menguntungkan. Hingga kini, sekitar 79 persen belum masuk dalam jejaring e-dagang.
”GudangAda tidak salah memilih Jawa Barat sebagai pilot project karena pertumbuhan pemanfaatan digitalisasi sudah mulai dirasakan. Apalagi, dengan pandemi Covid-19, pertumbuhan digitalisasi UMKM sangat signifikan, mulai memanfaatkan teknologi informasi yang terkait dengan bisnis,” kata Kusmana.
Menurut dia, pola kerja sama ini akan memotong jalur distribusi yang selama ini dilakukan secara konvensional oleh para pelaku UMKM. Misalnya, UMKM harus rela menutup tokonya untuk sekadar kulakan barang dagangan. Sementara dengan lokapasar ini, seluruh produk yang dibutuhkan UMKM sangat berpeluang diantar secara langsung oleh GudangAda.
Kemitraan rantai pasok
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki di sela-sela panen rumput laut di daerah Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Rabu, menekankan pentingnya penguatan kemitraan rantai pasok berbasis pada koperasi sebagai kunci sukses hilirisasi industri rumput laut di Indonesia. Di sektor hulu, biarlah pembudidaya fokus meningkatkan produksi. Namun, jangan lupa berkoperasi.
Dalam model bisnis ini, kata Teten, koperasi bisa menjadi off taker pertama dari seluruh hasil panen budidaya rumput laut yang dihasilkan para petani. ”Koperasi juga bisa mengolah setengah jadi, mulai dari sortir atau pemilahan, pengeringan, hingga pengolahan tepung dan sejenisnya,” katanya.
Selanjutnya, mitra swasta atau BUMN dapat menyerap produk rumput laut dari koperasi sehingga kemitraan usaha ini akan kokoh dan saling menguatkan. Kemitraan rantai pasok seperti ini, baik nasional maupun global, akan mempercepat hilirisasi produk rumput laut Indonesia.
Teten menambahkan, dukungan akses pembiayaan baik melalui perbankan maupun Lembaga Pengelola Dana Bergulir-KUMKM juga diperlukan bagi para nelayan selaku anggota koperasi. Itu sebagai penguatan permodalan dan investasi pada kegiatan usaha budidaya ikan bandeng dan rumput laut. Sebab, usaha tersebut memiliki nilai jual dan potensi yang cukup tinggi.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Indramayu Nina Agustina menyebutkan, Kecamatan Cantigi di Indramayu memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi sentra rumput laut. Lahan budidaya rumput laut di wilayah itu paling luas dibandingkan dengan kecamatan di wilayah pesisir lainnya.
Menurut Nina, potensi rumput laut di Kabupaten Indramayu mencapai 485 hektar. Jumlah tersebut tersebar di enam kecamatan, yakni Kecamatan Cantigi 225 hektar, Pasekan 125 hektar, Indramayu 75 hektar, Sindang 25 hektar, Kandanghaur 20 hektar, dan Losarang 15 hektar.
Secara total, Indramayu memiliki garis pantai sepanjang 147 kilometer. Produksi ikan kita juga terbesar di Jabar,
kata Nina.