Bagian Timur Indonesia Jadi Harapan Pengembangan Migas
Sejumlah strategi itu seperti optimalisasi produksi yang sedang berlangsung hingga akselerasi ”chemical enhanced oil recovery” (CEOR). Juga, eksplorasi masif serta pengembangan migas nonkonvensional.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Secara simbolis Menteri ESDM Arifin Tasrif (ketiga dari kiri) membuka acara tahunan Pameran dan Konvensi Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2022). Acara yang telah terselenggara untuk ke-46 kalinya ini akan berlangsung hingga 23 September dan diadakan secara daring dan luring.
JAKARTA, KOMPAS — Dalam transisi menuju era energi yang lebih bersih, energi fosil masih memegang peranan penting, terlebih, Indonesia masih memiliki potensi investasi yang besar. Teknologi pun terus dipacu, termasuk yang lebih ramah lingkungan, seperti penangkapan karbon. Adapun potensi besar minyak dan gas bumi atau migas ada di bagian timur Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dalam pembukaan pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) di Balai Sidang Jakarta, Rabu (21/9/2022), mengatakan, Indonesia pernah dua kali mencapai puncak produksi minyak, yaitu pada 1977 dan 1995, dengan produksi lebih dari 1,6 juta barel per hari. Penopangnya ialah blok Rokan (Riau), Jatibarang, Mahakam, dan Arjuna Offshore North West Java (ONWJ).
Sementara produksi gas mencapai puncaknya pada 2004, yakni 1.533 juta barel setara minyak (MBOEPD). Adapun puncak dari produksi minyak dan gas bumi terjadi pada 1998, dengan 2.960 MBOEPD. Akan tetapi, sejak 1995, produksi minyak terus menurun stabil, begitu juga pada gas pada tahun 2005. Itu karena kurangnya eksplorasi serta investasi di sektor hulu migas.
Kendati demikian, Indonesia terus memacu produksi migas untuk mencapai 1 juta barel per hari dan 12 miliar standar kaki kubik pada 2030. ”Sejumlah strategi itu, seperti optimalisasi produksi yang sedang berlangsung hingga akselerasi chemical enhanced oil recovery (CEOR). Juga, eksplorasi masif serta pengembangan migas nonkonvensional,” ujar Arifin.
Menurut Arifin, potensi investasi hulu migas masih tetap besar. Indonesia masih memiliki 70 cekungan struktural (basin) potensial yang belum tereksplorasi dan ditawarkan kepada investor. Eksplorasi akan diakselerasi di lima wilayah kerja (WK) di Indonesia timur, yakni Buton, Timor, Seram, Aru-Arafura, serta Papua Barat onshore.
”Saat ini, kami juga memiliki empat proyek migas yang menjanjikan, yakni IDD Gendalo dan Gehem, Jambaran Tiung Biru, Abadi field, dan Tangguh Train-3. Diperkirakan akan ada peningkatan produksi migas sebesar 65.000 barel per hari dan 3.484 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan total investasi lebih dari 37 miliar dollar AS.
Ia meyakini, lewat kolaborasi internasional, semua tantangan dalam industri migas dapat diatasi dengan mengimplementasikan teknologi yang juga berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca. Semua pemangku kepentingan diminta untuk terus berinovasi dan mencari solusi bersama dalam mengembangkan industri tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tiga triwulan terakhir mencapai lebih dari 5 persen meski belum sepenuhnya pulih dari pandemi serta berlangsungnya konflik Rusia-Ukraina. Hal tersebut menunjukkan orang ingin berinvestasi di Indonesia.
”Kita kini lebih terbuka untuk investasi daripada sebelumnya. Inisiatif hilirisasi yang diinstruksikan Presiden Jokowi kepada beberapa sektor telah disusul oleh lebih banyak aliran investasi ke dalam negeri. Di sisi lain, ketersediaan dan keamanan energi menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk mendukung pertumbuhan Indonesia,” kata Luhut.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Suasana Pameran dan Konvensi Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (21/9/2022). Acara yang telah terselenggara untuk ke-46 kalinya ini akan berlangsung hingga 23 September dan diadakan secara daring dan luring.
Penangkapan karbon
Selanjutnya, masuknya investasi baru mesti didorong seraya melaksanakan penurunan emisi berdasarkan nationally determined contribution. Eksplorasi baru, khususnya di bagian timur Indonesia, juga mesti terus dipacu dengan penggunaan teknologi penangkapan karbon di sektor minyak dan gas, serta fasilitas lain yang sulit didekarbonisasi.
Luhut pun mengapresiasi sejumlah capaian yang dicatatkan dari industri migas. Misalnya, Premier Oil yang baru menemukan lapangan gas baru di lepas pantai Aceh. ”(Lalu) Pertamina Hulu Rokan yang telah menyelesaikan lebih dari 350 sumur baru dalam waktu satu tahun setelah akuisisi. Blok Cepu ExxonMobil akan mengebor lebih banyak sumur klastik dan infill,” katanya.
Presiden ExxonMobil Indonesia yang juga Ketua IPA Irtiza Sayyed mengemukakan, salah satu teknologi yang paling menjanjikan pencapaian emisi yang lebih rendah adalah carbon capture and storage (CCS). Implementasnya dapat melampaui industri hulu, dengan menangkap emisi dari sektor-sektor yang sulit didekarbonisasi.
Dukungan kebijakan diperlukan dalam memacu investasi. ”Pada teknologi seperti CCS, investasi yang dibutuhkan sangat besar, Untuk meyakinkan bisnis jangka panjang terhadap investasi, para pemangku kepentingan berharap kebijakan pemerintah yang mendukung teknologi. Juga butuh upaya kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan,” kata dia.