PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menjajaki peluang di pasar global dengan menawarkan pesawat dan komponennya. PT DI akan meneken kerja sama dengan Airbus guna mengembangkan ekosistem industri kedirgantaraan nasional.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Anak-anak sekolah dasar bermain pesawat kertas di depan pesawat N219 yang diberi nama ”Nurtanio” oleh Presiden Joko Widodo yang terparkir di Base Ops Base Ops, Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah, Jakarta, saat acara pemberian nama pesawat tersebut, Jumat (10/11/2017). Presiden memberikan nama pesawat purwarupa N219 ”Nurtanio” yang merupakan produk anak bangsa hasil kerja sama PT Dirgantara Indonesia dan Lapan.
TANJUNG PANDAN, KOMPAS — PT Dirgantara Indonesia menyatakan siap memenetrasi pasar global dengan pesawat dan komponen pesawat. Salah satu produk yang ditawarkan adalah pesawat penumpang Nurtanio 219 atau N-219. Pesawat berkapasitas 19 penumpang itu ditawarkan dengan harga 6,7 juta dollar AS-6,8 juta dollar AS atau sekitar Rp 100 miliar per unit.
Topik tentang pengembangan industri kedirgantaraan yang berkelanjutan dijadwalkan menjadi tema pembahasan Panel Tingkat Tinggi (Ministerial Session) bertema ”Harnessing the Ecosystem of Aerospace Industry in Indonesia”, dalam rangkaian acara Presidensi G20 di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu-Kamis (7-8/9/2022). Di sela-sela panel tingkat menteri itu, PT Dirgantara Indonesia berencana menandatangani nota kesepahaman dengan pabrikan pesawat Airbus untuk mendukung pertumbuhan dan penguatan ekosistem industri kedirgantaraan nasional.
CEO PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Gita Amperiawan menyatakan, rangkaian Presidensi G20 menjadi momentum untuk menunjukkan perkembangan industri pesawat terbang Indonesia ke dunia internasional. Pihaknya dan Airbus telah menyepakati kerja sama strategis, yakni tidak hanya menempatkan Indonesia sebagai pasar, tetapi juga menempatkan PT DI sebagai pelaku industri pesawat terbang yang lebih signifikan melalui kesepakatan bisnis di bidang pemeliharaan, perbaikan, dan perawatan (MRO), serta peningkatan bisnis struktur pesawat dan komponen pesawat.
”Melalui kerja sama ini, kita berharap eksosistem kita makin kuat dan terbangun jaringan global dengan industri-industri penerbangan luar negeri. Ini menjadi peluang untuk mengembangkan industri ini di dalam negeri dan jaringan global sekaligus menjual (produk). PT DI harus penetrasi ke pasar global,” kata Gita.
Pesawat N219 seusai mendarat setelah terbang perdana di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Rabu (16/8/2015). Pesawat ini menjadi pembuktian bahwa seluruh pengerjaan mulai rancang bangun, pengetesan, sertifikasi, sampai produksi seluruhnya dilakukan anak bangsa, tanpa asistensi teknik dari bangsa asing.
Pesawat N219 merupakan pesawat pertama Indonesia yang memperoleh sertifikasi tipe dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKKPU) Kementerian Perhubungan RI, yakni memenuhi kaidah keamanan. Pesawat itu dirancang untuk bisa beroperasi di bandara-bandara perintis dengan panjang landasan kurang dari 800 meter dan landasan tidak beraspal.
Pada tahun 2022, pihaknya telah menerima pesanan dari Kementerian Pertahanan sejumlah 10 pesawat N219 untuk TNI Angkatan Darat. Selain itu, pihaknya juga menjajaki beberapa operator penerbangan di dalam negeri serta pemerintah daerah. Pihaknya sedang mendorong model bisnis untuk pemasaran N219 ke pemerintah daerah.
Pembuatan pesawat N219 sejauh ini menggunakan konten lokal (TKDN) sebesar 44,69 persen dengan melibatkan 13 industri dalam negeri dan tiga perguruan tinggi. Saat ini, pesawat itu ditargetkan untuk industri penerbangan dalam negeri, yakni mendorong konektivitas daerah perbatasan, tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). ”Sebagai industri, kami juga tidak menutup kemungkinan kerja sama antarpelaku bisnis dan kolaborasi internasional,” kata Gita.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Amalia Adininggar Widyasanti mengemukakan, pengembangan ekosistem kedirgantaraan merupakan sesuatu keniscayaan dan strategis bagi Indonesia. Ini tidak terpisah dari rangkaian transformasi di Indonesia, yakni mengembangkan ekosistem industri kedirgantaanan Indonesia.
KOMPAS/RONI ARIYANTO NUGROHO
Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/11/2015).
Ia menambahkan, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pesawat harus terus ditingkatkan, termasuk rantai pasok. Kerja sama dengan industri pesawat luar negeri akan mendorong alih teknologi. ”Ekosistem besar ini harus dikembangkan sehingga industri pesawat terbang menjadi penggerak dari industri turunan lainnya,” katanya.
Bappenas telah merancang pengembangan ekosistem industri kedirgantaraan di Indonesia yang mencakup empat pilar, yakni industri pesawat terbang; pengembangan komponen dan rantai pasok; tumbuhnya jasa pemeliharaan, perbaikan, dan perawatan (MRO) dan purnajual; serta jasa penerbangan dan kebandarudaraan.
”Pemerintah Indonesia percaya bahwa potensi teknologi di industri kedirgantaraan merupakan aset luar biasa yang perlu dikelola, diperbaiki, dan ditingkatkan kapasitas dan kapabilitasnya untuk memperkuat dan mendukung perekonomian, keamanan, dan pertahanan negara,” lanjut Amalia.