Industri Furnitur Perlu Optimalkan Pasar Dalam Negeri
Industri furnitur dan kerajinan berbasis kayu dinilai perlu mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri di tengah ketidakpastian pasar ekspor. Para pengusaha furnitur berharap bisa menjadi tuan di negeri sendiri,
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak pandemi Covid-19 berkepanjangan menyebabkan industri furnitur dan kerajinan berbasis kayu menghadapi kendala cukup besar. Kegiatan ekspor yang masih sulit dilakukan membuat industri furnitur perlu mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Anggoro Ratmadiputro, Rabu (24/8/2022), mengatakan, tak hanya dihadang oleh pandemi Covid-19 yang menyebakan banyak aturan di negara tujuan ekspor berubah, pasar ekspor industri furnitur dan kerajinan juga terimbas oleh kondisi ekonomi global, seperti ancaman inflasi global dan persoalan geopolitik.
”Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah terhadap situasi yang serius ini. Selama ini, fokus kami lebih memperhatikan pasar ekspor, tetapi saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi,” kata Anggoro dalam keterangan persnya terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional VII Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) di Jogja Expo Center, DI Yogyakarta.
Menurut Anggoro, pengusaha furnitur terus berkomunikasi, baik antarpengusaha maupun pemangku kepentingan lain, untuk menyiapkan strategi menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. Melihat situasi itu, pengusaha kembali fokus menggarap pasar dalam negeri karena pasar domestik masih dikuasai produk impor.
Pasar dalam negeri harus dilirik. Namun, kata Anggoro, tanpa kerja sama dengan pemerintah, hal itu tidak akan berhasil. Pengusaha furnitur menginginkan produk anak negeri ini bisa menjadi tuan di negeri sendiri.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengajak para pelaku industri furnitur untuk mengoptimalkan potensi pasar dalam negeri terlebih dulu. Menurut dia, peluangnya sebetulnya masih sangat besar sehingga pengusaha tidak sekadar mengandalkan pasar ekspor. Pengusaha juga perlu mulai berbenah diri.
”Di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, pasar ekspor akan mengalami gangguan. Industri furnitur dan kerajinan harus mengubah haluan ke pasar dalam negeri,” kata Teten Masduki.
Guna mendukung hal itu, kata Teten, pemerintah sudah memiliki kebijakan belanja barang/jasa sebesar 40 persen untuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jumlah itu setara dengan Rp 400 triliun yang mesti dibelanjakan pada tahun anggaran 2022. Peluang itu dapat dimanfaatkan oleh industri furnitur dan kerajinan.
Teten mengatakan, industri furnitur bisa mengambil bagian di penyediaan furnitur sekolah. Total belanja barang kebutuhan sekolah ini bisa mencapai Rp 54 triliun. Sebelumnya, bangku sekolah saja harus memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). ”Sekarang ini, label SNI untuk bangku sekolah enggak diperlukan. Sekarang dipangkas. Kita akan optimalkan ini. Jadi, belanja pemerintah kita optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah,” ujar Teten.
Teten menambahkan, pemerintah sedang berbenah agar kebijakan itu dapat diserap dengan baik oleh para pelaku usaha, khususnya untuk UMKM. Hal yang dapat dilakukan ialah memetakan kebutuhan pemerintah agar penyediaan produk pun dapat dilakukan secara maksimal.
”Kami berusaha sebelum masuk tahun baru, belanja pemerintah sudah dipetakan kebutuhannya sehingga bisa tahu apa saja bentuk pengadaan barang/jasa pemerintah. Kalau mendadak tentunya tidak akan bisa,” ujar Teten.
Dari catatan Kementerian Koperasi dan UKM, nilai ekspor furnitur Indonesia pada triwulan I-2022 mencapai lebih dari 1 miliar dollar AS. Jumlah ini 15,87 persen lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor furnitur itu terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37 persen, diikuti furnitur rotan 7,24 persen dan furnitur metal 3,95 persen. Pangsa pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat.
Musyawarah Nasional VII Asmindo ini diharapkan mampu memberikan peta jalan pengembangan industri furnitur dan kerajinan yang strategis, khususnya bagi UMKM.