Menara Syariah, Simbol Harapan RI Menjadi Pemain Utama Keuangan Syariah
Menara Syariah yang berlokasi di kawasan Pantai Indah Kapuk II, Tangerang, diharapkan bisa segera difungsikan sebagai pusat keuangan syariah pertama di Indonesia.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
JAKARTA,KOMPAS — Ekonomi dan keuangan syariah mengalami perkembangan pesat dalam 20 tahun terakhir, baik secara global maupun nasional. Pada 2003, aset keuangan syariah baru mencapai 200 miliar dollar AS dan telah berkembang menjadi 2,88 triliun dollar AS pada akhir 2019. Aset keuangan syariah itu pun terus berkembang dan diperkirakan mencapai 3,69 triliun dollar AS pada 2024.
”Menara Syariah yang akan kita saksikan peresmian topping off-nya hari ini adalah wujud nyata kontribusi kalangan dunia usaha, yakni melalui penyediaan infrastruktur berupa kawasan pusat keuangan syariah internasional,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat meresmikan topping off atau pemasangan atap bangunan sebagai tanda berakhirnya proses konstruksi Menara Syariah di kawasan Pantai Indah Kapuk II, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (23/8/2022).
Menara Syariah yang peletakan batu pertamanya telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2019 ini diharapkan segera bisa difungsikan sebagai pusat keuangan syariah pertama di Indonesia.
Pembangunan Menara Syariah ini didukung oleh PT Agung Sedayu Group dan Salim Group, Matrix Concepts Holding Berhad Malaysia, PT Fin Centerindo Satu, serta para investor dari dalam dan luar negeri.
Hadir dalam acara topping off ini Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, Pemimpin Agung Sedayu Group Sugianti Kusuma, perwakilan dari Salim Group Franky Welirang, serta para investor dan pemangku kepentingan terkait.
Menurut Wapres Amin, Menara Syariah dibangun berlandaskan niat mulia, yaitu untuk menghadirkan pusat keuangan syariah pertama di Indonesia. ”Yang nantinya kita harapkan pula menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara, bahkan menjadi Islamic finance hub yang memainkan peran vital dalam industri keuangan syariah dunia,” tambah Wapres Amin.
Menara Syariah sekaligus menjadi simbol dari harapan dan cita-cita menjadikan Indonesia sebagai pemain utama keuangan syariah dunia.
”Oleh karena itu, saya berharap pembangunannya dapat diselesaikan tepat waktu, segera difungsikan dengan baik, dan menjadi sentra aktivitas para pelaku industri keuangan syariah maupun pelaku bisnis syariah lainnya,” kata Wapres Amin.
Selain ditargetkan menjadi pusat koordinasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air, Menara Syariah diharapkan bisa dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariah, seperti Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES).
”Saya harapkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah dan dunia usaha dalam pembangunan Menara Syariah ini kian memacu laju roda perekonomian syariah di Tanah Air,” ucap Wapres Amin.
Gedung perkantoran, fasilitas ritel, dan berbagai sarana yang tersedia di Menara Syariah nantinya dapat menjadi tempat bisnis, niaga, komersial, bahkan rekreasi. Kehadiran Menara Syariah juga akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan iklim investasi, dan menggerakkan aktivitas industri halal serta bisnis dan kewirausahaan syariah.
Aset keuangan syariah
Dalam sambutannya, Presiden Direktur Agung Sedayu Group Nono Sampono menegaskan bahwa aset keuangan syariah terbesar masih dikuasai oleh negara-negara Teluk yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) sebesar 45,4 persen, Timur Tengah dan Asia Selatan sebesar 25,9 persen, dan Asia Tenggara baru mencapai 23,5 persen. Jumlah itu dirinci untuk aset perbankan 72,4 persen (1,7 triliun dollar AS), sukuk 22,3 persen (543 miliar dollar AS), fund asset dan takaful 5,3 persen (129 miliar dollar AS).
Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim yang mencapai lebih dari 80 persen populasi sebanyak 280 juta jiwa, memiliki potensi sebagai pangsa pasar yang sangat besar.
Data menunjukkan bahwa hingga September 2021, besaran aset keuangan syariah Indonesia baru mencapai Rp 624,4 triliun (43,6 miliar dollar AS); aset di industri keuangan nonbank yang meliputi asuransi (jiwa dan umum), pembiayaan, dan lainnya mencapai Rp 117 triliun (8,1 miliar dollar AS); serta sukuk dan reksa dana sebesar Rp 1.159,8 triliun atau 80,95 miliar dollar AS.
Di samping aset perbankan dan industri keuangan nonbank (IKNB), aset syariah juga ada di pasar modal syariah yang kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 4.315,5 triliun dari 480 emiten atau 61,4 persen dari jumlah total saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Data tersebut masih memiliki penetrasi pasar yang relatif kecil dibandingkan dengan pangsa pasar Indonesia, tetapi telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan.
Pada masa pandemi Covid-19, keuangan syariah justru tumbuh pesat. ”Tercatat selama Covid-19, keuangan syariah Indonesia malah tumbuh pesat sehingga Indonesia ada di posisi 10 besar dunia. Namun, masih berada di bawah Malaysia yang urutan ke-6,” ujar Nono.
Pembangunan Menara Syariah menjadi tahap awal dari pengembangan Islamic financial centre. Menara Syariah yang diharapkan akan selesai tuntas pada Februari 2023 ini berupa dua bangunan kembar dengan luas bangunan 100.000 meter persegi dan akan menampung sekitar 5.000 pekerja. Pembangunan menara kembar dimulai pada awal 2021 dan telah menghabiskan dana sekitar Rp 3,4 triliun.
”Islamic finance district rencananya akan menampung bank-bank dan OJK (otoritas jasa keuangan) syariah nasional maupun internasional. Kita berharap potensi yang dimiliki oleh bank-bank dan OJK nasional dan internasional akan terintegrasi dengan kekuatan ekonomi lainnya, terutama UMKM,” kata Nono.
Wapres Amin menambahkan bahwa masyarakat Indonesia harus berbangga atas rekognisi dunia internasional atas upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. State of the Global Islamic Economy Report 2022, misalnya, menilai Indonesia telah siap menjadi pendorong utama pertumbuhan dan inovasi ekonomi syariah. Indonesia juga memiliki potensi demografi berupa populasi Muslim terbesar di dunia.
Menurut Wapres Amin, penilaian ini juga tak lepas dari berbagai capaian dan langkah strategis yang telah diambil pemerintah melalui pembentukan KNEKS, pengelolaan dana haji, serta dukungan terhadap layanan keuangan syariah berbasis teknologi, asuransi syariah/takaful, dan manajemen aset. Saat ini, Indonesia bahkan telah menjadi penerbit sukuk terbesar di dunia.
Industri keuangan syariah di Indonesia turut menjadi bagian dari upaya pemulihan ekonomi bangsa pascapandemi.
”Beragam faktor ini memberikan atmosfer positif dan membangkitkan kepercayaan dan harapan bahwa industri jasa keuangan syariah Indonesia akan berkembang semakin pesat, baik di tingkat domestik maupun global,” ujar Wapres Amin.