Penyesuaian Tarif Jasa Transportasi Perlu Pertimbangan Matang
Keputusan pemerintah terkait naik atau tidaknya harga bahan bakar minyak jenis pertalite mau tidak mau diikuti oleh semua pihak, termasuk pebisnis jasa transportasi. Banyak pertimbangan untuk menyesuaikan tarif taksi.
BALI, KOMPAS — Keputusan pemerintah terkait naik atau tidaknya harga bahan bakar minyak jenis pertalite mau tidak mau akan diikuti oleh semua pihak, termasuk pebisnis jasa transportasi. Tentu, penyesuaian tarif jasa transportasi, seperti taksi, akan dilihat sesuai kemampuan masyarakat dan situasinya.
Andre Djokosoetono, Wakil Direktur PT Blue Bird Tbk, dalam media gathering di pul Blue Bird, Nusa Dua, Bali, Jumat (19/8/2022), mengatakan, ”Kita tidak mempersiapkan perhitungan dampak kenaikan BBM sekarang ini. Sebab, kalau dampak kenaikannya 3 persen, ternyata naiknya 4-5 persen, pasti perlu dihitung lagi. Kita lebih baik bersikap menunggu saja.”
Berdasarkan pengalaman kenaikan BBM, biasanya akan menyesuaikan tarif dengan berbagai pertimbangan. Itu hal yang wajar, sebagaimana dialami oleh seluruh dunia.
Menurut Andre, fokus saat ini adalah mendorong bahan bakar untuk efisiensi. Secara komprehensif, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semestinya sudah berjalan tahun 2020. Namun, begitu pandemi Covid-19, semua terjadi penundaan.
”Insya Allah, tahun depan kita sudah bisa generate listrik sendiri, khususnya untuk charging station, sehingga melengkapi ketersediaan energi sekaligus mendorong emisi nol. Juga, menuju cita-cita clean energy dari jejak generate power hingga penggunaannya melalui kendaraan listrik,” jelas Andre.
Menurut rencana, Blue Bird terlebih dulu membangun prototipe PLTS di kantor pusatnya di Jakarta. Pihaknya masih mempelajari dan memproses penyediaan PLTS, mengingat belum punya pengalaman di bidang pemanfaatan PLTS. Tahun ini atau awal tahum 2023 ditargetkan Blue Bird sudah memiliki PLTS sendiri.
Tahun 2019, Blue Bird mencoba memulai dari prototipe kendaraan listrik. Dari beberapa unit itu, manajemen mulai mengetahui secara persis teknologi mesin dan operasionalnya. Ada plus dan minusnya kendaraan listrik. Perawatan kendaraan listrik lebih dijadikan bahan pertimbangan untuk jangka panjang.
Implementasi kendaraan listrik sebenarnya merupakan langkah di luar penyelenggaraan G20. Secara official, kendaraan listrik sudah dipersiapkan oleh pemerintah dengan menggandeng pemain-pemain otomotif. Justru itulah, Blue Bird ingin melengkapinya untuk penumpang lainnya dalam memperlancar kegiatan G20.
Menurut Andre, mereka yang hadir G20 bukan hanya partisipan resmi. Untuk itu, Blue Bird juga ingin ikut menyemarakkan dengan kendaraan listrik untuk partisipan non-official.
Blue Bird akan melakukan penambahan sebanyak 25 unit mobil listrik. Ditargetkan, akhir September 2022, armada taksi listriknya sudah sampai dan beroperasi di Bali maupun Jakarta. Penambahan armada dinilai perlu sejalan dengan visi Bluesky yang sedang dilakukan Blue Bird.
Di samping itu, kata Andre, pihaknya juga mulai memikirkan kendaraam sewa berteknologi listrik sebagai penambahan dari armada yang dimiliki Blue Bird.
Panca Wiadnyana, General Manager Area Timur dan Vice President Marketing PT Blue Bird Tbk, mengatakan, penyelenggaraan G20 mendorong maraknya mobilitas di Bali. Namun, kondisi pemulihan pandemi Covid-19 belum sepenuhnya signifikan.
”Pertumbuhan mobilitas memang sudah ada, tetapi belum mampu melampaui kondisi sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Bali mulai bangkit pada April 2022. Kalau dikatakan kondisi saat ini mulai sama dengan kondisi sebelum pandemi, cukup banyak pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan,” ujar Panca.
Profil penumpang saat ini diperkirakan sebanyak 40 persen merupakan penduduk lokal, 40 persen turis asing dan sisanya adalah orang asing yang tinggal di Bali.
Sementara, taksi kelas golden lebih banyak digunakan oleh tim advanced G20, baik dari pemerintah maupun delegasi asing. G20 menjadi pemicu pemulihan Bali lebih cepat.
Pola kemitraan
Dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi di sektor jasa transportasi, Blue Bird membuka peluang pola kemitraan. Melihat hantaman yang terjadi selama pandemi, Blue Bird pun mendorong pelaku jasa transportasi lokal untuk bisa bangkit kembali.
Herni Herdiani, Direktur Utama PT Berekat Tiga Putri (Taksi Rina Rini), di Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/8/2022), mengatakan, perjalanan bisnis jasa transportasi taksi menjadi salah sektor yang mengalami banyak hantaman. Dari kompetisi dengan taksi daring hingga pandemi Covid-19 yang menyebabkan mobilitas penduduk turun drastis. Karena itu, Taksi Rina Rini memanfaatkan pola kemitraan yang dibuka oleh Blue Bird.
Sejak berdiri tahun 1976, PT Berekat Tiga Putri memulai bisnis jasa transportasi di Bandung, dengan armada bemo dan kemudian berkembang menjadi angkutan kota hingga berubah menjadi taksi. Tahun 2010, perusahaan ini mulai mengelola taksi dengan berbekal izin operasional sebanyak 200 unit.
”Saat bisnis taksi berkembang bagus hingga tahun 2015, taksi online mulai masuk ke Indonesia. Akhirnya, bisnis taksi di Kota Bandung mati suri, bahkan gulung tikar,” ujar Herni.
Menurut Herni, saat hidup segan mati tak mau, datanglah penawaran kerja sama dengan Blue Bird yang memiliki visi untuk tumbuh bersama melalui jejaring taksi di daerah-daerah. Kebetulan, ada Program Kawan Blue Bird yang membuka peluang kerja sama kemitraan. Peluang itu disambut meskipun harus menjual seluruh armada taksinya yang semakin berumur.
Tahun 2019, kata Herni, pola kemitraan pun dijalaninya, dengan bermodalkan 10 unit kendaraan. Meskipun pandemi Covid-19 terjadi, penurunan mobilitas tidak terlalu signifikan di Kota Bandung. Penumpang masih saja ada yang memanfaatkan jasa transportasi taksi.
”Kami melihat peluang kemitraan ini membuat sistem pemeliharaan hingga manjemen sumber daya manusia telah diatur oleh Blue Bird. Yang tadi kami harus memikirkan bengkel sendiri, kemitraan juga sangat lengkap. Mulai dari dicarikan sopir taksinya yang sesuai standar Blue Bird hingga operasional dan perawatan,” kata Herni, yang mengaku hingga kini menjadi satu-satunya bagian dalam Program Kawan Blue Bird.
Hal berbeda dialami Andrew Arristianto, CEO Cititrans. Perjalanan merintis bisnis jasa transportasi mulai 11 September 2005 bermodalkan 4 unit kendaraan penumpang jenis elf seiring dibukanya Tol Cipularang (Jakarta-Bandung).
Setelah jumlah armada terus bertambah, Andrew akhirnya memutuskan untuk membuka peluang akuisisi oleh Blue Bird pada bulan Maret 2019. Sejak itu, ekspansi operasional terus dilakukan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, setelah melihat potensi yang sangat besar sejak adanya tol Trans-Jawa.