Kolaborasi dengan kreator konten untuk memperkenalkan destinasi wisata dinilai bisa menumbuhkan minat wisatawan untuk berkunjung. Cara tersebut diharapkan bisa mendorong pemulihan industri pariwisata.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keindahan destinasi wisata yang ada di Indonesia memiliki daya magnet tersendiri, tetapi belum semuanya populer atau diketahui secara luas. Kolaborasi dengan kreator konten untuk memperkenalkannya dinilai bisa menumbuhkan minat wisatawan untuk berkunjung. Cara tersebut diharapkan bisa mendorong pemulihan industri pariwisata.
Diskusi mengenai hal tersebut mengemuka dalam sesi ”The Future of Tourism Starts from Us” dalam rangkaian acara Kompasfest Presented by BNI di Jakarta, Jumat (19/8/2022). Dua pembicara yang hadir secara daring adalah Gaery Undarsa, Co-founder dan Chief Marketing Officer Tiket.com, bersama dengan pegiat backpacker Pandhu Waskitha.
Kekayaan budaya dan keindahan alam Nusantara menjadi kekuatan yang tak dimiliki negara lainnya. Bahkan, beberapa daerah berlomba untuk membuat ciri khas tersendiri dengan membuat spot foto yang layak dipotret dan dibagikan ke media sosial. Kerap kali suatu destinasi wisata dipadati pengunjung setelah viral di media sosial. Dalam hal ini, kekuatan media sosial ternyata tak bisa dipandang sebelah mata, justru menjadi pamungkas dalam mengungkit jumlah kunjungan wisatawan.
Menurut Gaery Undarsa, kreator konten berperan penting dalam mengungkit jumlah kunjungan wisatawan di suatu tempat wisata. Hal ini didukung dengan produk konten digital yang mereka buat. Tema dan cara penyampaian yang menarik akan dilirik oleh para pengikut (followers) di media sosial. Pada akhirnya, konten ini bisa menggugah keinginan masyarakat untuk berwisata.
Tiket.com telah berkolaborasi dengan sejumlah kreator konten untuk memperkenalkan sejumlah spot yang menarik. Dalam memilih kolaborasi dengan kreator konten, Gaery tidak mau asal-asalan. Dia mengurasi sendiri kreator konten yang layak untuk diajak berkolaborasi dengan mengunjungi akun media sosial mereka. Kreativitas dan keunikan masing-masing menjadi pertimbangan penting.
Biasanya, mereka yang mempunyai renjana (passion) dalam bidang pariwisata akan menyajikan konten yang tak biasa. Bahkan, isu atau topik yang mengemuka di lokasi turut diangkat. Tak jarang hal tersebut justru menjadi nilai lebih yang dianggap lebih menarik dari sekadar keindahan alam suatu destinasi.
Sejauh ini, kolaborasi tersebut ampuh memberikan dampak baik pada berbagai pihak. ”Sejak pandemi, kami makin agresif melihat siapa (kreator konten) yang bisa meningkatkan curiosity dan mau pergi ke mana lewat medsos. Kita bisa bikin konten (jalan-jalan), cuma hasilnya beda dengan yang dibuat content creator,” kata Gaery.
Kreativitas
Sejak 2014, Pandhu Waskitha menggeluti dunia wisata menggunakan ransel (backpacker) ke sejumlah daerah pelosok di Indonesia dan mancanegara. Perjalanan tersebut didokumentasikan dalam bentuk foto dan video. Seiring waktu, dia semakin menikmati asyiknya bertualang hingga membuat nama akun media sosial bernama @bacpackertampan.
Menurut dia, identitas dan keunikan nama sebuah akun kreator konten harus bisa memberikan gambaran yang kuat. ”Identitas sebuah akun itu diperlukan supaya bikin penasaran. Misalnya backpacker tampan, mereka pasti penasaran, apa iya orang ini tampan?” seloroh Pandhu dalam forum yang sama dengan Gaery.
Dia memutuskan fokus menjadi kreator konten wisata (travel content creator) pada 2019. Sejak saat itu, dia mulai mengatur strategi dalam merencanakan ide untuk konten digitalnya. Dalam hal ini, dia tidak ingin meniru orang lain. Ia membangun gaya dan ciri khas tersendiri yang sesuai dengan dirinya.
Pandhu memiliki ratusan ribu pengikut di media sosialnya. Dia tak pernah main-main dalam menggarap konten digitalnya. Semuanya dikonsep secara matang.
Jika diperhatikan dalam akun Youtube, Instagram, dan Tiktok @bacpackertampan, cara bertutur Pandhu yang tak biasa itu seolah mengajak para pengikut atau penonton turut merasakan suasana di lokasi wisata. Ia juga memasukkan cerita atau hal-hal unik yang dia temui dalam perjalanan. Bahkan, sejumlah tips selama perjalanan, seperti biaya kurir atau cara dia menawar harga barang, juga tak kalah menarik.
Menurut dia, media sosial dan konten digital turut berperan dalam menggerakkan pariwisata. Pendapat tersebut berdasarkan testimoni yang disampaikan warga atau pengelola wisata setelah kunjungannya. Pernah suatu ketika dia membuat konten digital saat berkunjung ke sebuah danau di Sumatera Barat, yakni sebuah video singkat dengan narasi (voice over) yang agak nyeleneh. Rupanya konten itu viral dan ditonton jutaan orang dalam beberapa jam.
”Besoknya, petugas danau lapor ke kita, ini hari Minggu, kok, banyak banget yang datang. Setelah dianalisis, ternyata pengunjungnya ramai banget setelah konten itu viral. Media sosial itu power-nya besar banget untuk menggerakkan secara instan anak-anak muda untuk berkunjung ke suatu destinasi yang telah di-posting di media sosial,” ucap Pandhu.
Ia tidak menyangka jika perjalanannya menjadi inspirasi dan diketahui banyak orang. Pengalaman lainnya, saat dia mengunjungi Kawah Ijen, salah seorang pengunjung yang menyapanya berkata, “Mas tampan, aku tahu pohon ini gara-gara konten viralnya mas tampan.”