Uji Coba Minyak Makan Merah Ditargetkan Rampung Januari 2023
Proyek uji coba pengembangan minyak makan merah ditargetkan selesai pada Januari 2023. Sejumlah lembaga/instansi meneken nota kesepahaman kerja sama terkait pengembangan produk olahan kelapa sawit tersebut.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Proses uji coba pengembangan minyak makan merah sedang berjalan dan ditargetkan rampung pada Januari 2023. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki memastikan produk tersebut akan diserap oleh pasar.
”Teknologi produksi minyak makan merah ini sudah ada. Petaninya sudah mau, (lembaga) pembiayaan pun sudah oke, bisnis modelnya juga sudah ada. Sekarang ini, (tantangannya adalah soal) kepastian pasarnya. Dalam perkembangannya, bulan Agustus ini detail engineering design selesai. Produksinya akan mulai berjalan. Januari 2023 sudah bisa kick off ke publik,” kata Teten seusai membuka ”Indonesia Retail Summit 2022” dan Hari Ritel Modern Indonesia 2022 di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Dalam upaya menyiapkan pasar agar penyerapannya lebih kuat, sejumlah lembaga menandatangani nota kesepahaman (MOU) kerja sama kemitraan terkait inovasi teknologi pengolahan minyak makan merah di Jakarta. Kerja sama itu melibatkan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Sumatera Utara, Koperasi Produsen Sawit, serta Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo).
Kerja sama itu bertujuan meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui kemitraan, pemberian pendampingan, dan konsultasi kelembagaan. Kerja sama itu juga menyangkut inovasi teknologi dan produk, digitalisasi, kewirausahaan, dan kepastian pemasaran atas hasil produk minyak makan merah ke depan.
Teten menyatakan, saat ini koperasi mulai memperkenalkan produk itu kepada petani. Mereka juga meminta petani untuk mengolah kelapa sawitnya yang masih dalam bentuk tandan buah segar (TBS) menjadi produk turunan. Hal ini menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
”Sekarang petani sawit senang karena mereka tidak lagi hanya menjual TBS, tetapi juga mendapatkan nilai tambah dengan mengolah TBS sawitnya menjadi minyak makan merah. Itu pun bisa didistribusikan ke masyarakat. Ini solusi bagaimana kita menyejahterakan petani sawit,” kata Teten.
Teten mengapresiasi komitmen Hippindo yang bersedia membuka ruang bagi para petani sawit untuk mendapatkan akses pasar yang lebih luas. Hal itu ditandai dengan komitmen anggota jaringan Hippindo yang melakukan kontrak dengan petani sawit untuk menyuplai minyak makan merah.
”Saya mendapat informasi. Dari jaringan restoran sudah ada permintaan 200 ton. Jadi, enggak usah ragu. Setiap 1.000 hektar sawit, kita bisa membangun pabrik mini untuk CPO (minyak kelapa sawit mentah) dan minyak makan merah,” jelas Teten.
Teten menambahkan, pihaknya mencoba mengembangkan minyak makan merah bersama koperasi guna mendorong kemandirian pangan. Setidaknya, ada alternatif produk dan solusi bagi keterbatasan bahan baku dan ketidakstabilan harga minyak goreng yang terjadi selama ini.
Di Indonesia, dari 14,59 juta hektar luas perkebunan sawit, lahan seluas 6,04 juta hektar atau 41 persennya dikelola oleh petani swadaya. Dari total produksi CPO sebanyak 44,8 juta ton, sebesar 35 persen di antaranya atau 15,68 juta ton adalah hasil dari sawit rakyat. ”Minyak makan merah sudah dipraktikkan oleh negara lain dan terbukti memiliki kandungan gizi lebih tinggi dari minyak goreng komersial, bahkan minyak sawit merah Malaysia,” kata Teten.
Ekosistem usaha pengembangan minyak makan merah bisa dilakukan melalui koperasi dengan kerja sama dan kolaborasi multipihak.
Bahkan, sebagai functional food, minyak makan merah ini tidak hanya untuk menggoreng, tetapi bisa dikonsumsi sebagai minyak makan, suplemen, atau emulsi anti-stunting, dan kosmetik alami.
Ekosistem usaha pengembangan minyak makan merah bisa dilakukan melalui koperasi dengan kerja sama dan kolaborasi multipihak yang meliputi petani swadaya terkonsolidasi dalam wadah koperasi. Koperasi bisa berperan sebagai agregator, sekaligus offtaker (penyerap) pertama hasil sawit rakyat (TBS) dengan harga pokok produksi terbaik.
Kemudian, pendampingan kelembagaan dan proses bisnis koperasi tetap dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Sementara faktor pembiayaan modal kerja bagi petani sawit anggota koperasi dilakukan melalui kredit usaha rakyat oleh Himpunan Bank-bank Negara (Himbara), sedangkan pembiayaan modal kerja bagi koperasi untuk membeli TBS dari petani dapat didukung oleh Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UKM (LPDB KUKM).
”Sementara pembiayaan koperasi yang mengelola pabrik CPO dan pabrik minyak makan merah akan didukung oleh pembiayaan modal investasi (mesin) oleh BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) dan pembiayaan modal kerja bagi koperasi oleh LPDB-KUKM,” ujar Teten.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, nota kesepahaman itu meliputi penelitian dan pengkajian isu-isu penting dan strategis tentang pengembangan dan pembangunan industri agro minyak makan merah (suplemen makanan) berbasis kelapa sawit.
Selain itu, kerja sama juga mencakup pengembangan sumber daya manusia hingga inovasi terkait teknologi dalam proses produksi guna menghasilkan minyak makan merah (suplemen makanan) berbasis kelapa sawit yang aman untuk dikonsumsi masyarakat. ”Program dan kegiatan strategis pemasaran maupun penjualan atas hasil produk minyak makan merah akan dilakukan oleh Hippindo,” ujarnya.
Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Edwin Syahputra Lubis merinci, pabrik minyak makan merah terdiri atas 12 komponen mesin dengan kandungan lokal (TKDN) 70 persen. Kebutuhan pembiayaannya relatif murah, yakni Rp 8,142 miliar, untuk kapasitas 10 ton per hari. Sementara untuk pabrik CPO membutuhkan biaya sekitar Rp 15 miliar untuk kapasitas 50 ton per hari (5 ton per jam). ”Koperasi diproyeksikan mendapat profit Rp 17,81 juta per hari atau Rp 5,34 miliar per tahun dengan payback periode 4 tahun dan 3 bulan,” jelas Edwin.
Oleh karena itu, kata Edwin, harus ada skema pembiayaan terintegrasi yang terbentuk dari kolaborasi antara BPDPKS untuk modal pengadaan mesin, LPDB-KUMKM untuk modal kerja, dan pembiayaan KUR (Himbara) bagi modal kerja petani sawit.
Proyek uji coba pengembangan minyak makan merah ditargetkan bisa terealisasi pada Januari 2023. Hasil Rapat Terbatas 18 Juli 2022, Presiden Jokowi telah menginstruksikan untuk membangun tiga lokasi awal sebagai pilot project.