Potensi kenaikan harga BBM akan berpengaruh signifikan ke proses produksi barang, layanan logistik, hingga kenaikan harga barang jadi di pasar ritel. Konflik Rusia-Ukraina turut memengaruhi.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perdagangan ritel dalam negeri berangsur-angsur mengalami pemulihan sejalan dengan peningkatan mobilitas sosial. Meski demikian, sektor ini tetap harus mewaspadai berbagai tantangan, seperti potensi masih tingginya harga energi dan kondisi eksternal makroekonomi global.
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta di sela-sela acara Indonesia Retail Summit 2022, Senin (15/8/2022), di Jakarta, mengatakan, perdagangan ritel luring sama sekali lesu saat pandemi Covid-19. Selama buka-tutup pembatasan sosial merespons pandemi, kondisi ritel luring sempat stagnan. Kalaupun ada pusat perbelanjaan baru diresmikan saat pandemi, itu pun sebenarnya adalah eksekusi rencana lama.
”Kini, kondisi kami berangsur-angsur pulih meski baru ritel luring makanan-minuman yang pulih lebih dulu,” ujar Tutum.
Ritel luring mode belum mampu pulih seperti kondisi sebelum pandemi Covid-19. Menurut Tutum, daya beli warga terhadap produk mode masih terbatas. Apalagi, beberapa aktivitas masyarakat masih ada yang tetap berjalan dari jarak jauh atau daring sehingga memengaruhi permintaan membeli baju baru.
Tutum mengatakan, masih ada sejumlah kekhawatiran yang dirasakan pelaku usaha perdagangan ritel. Misalnya, perang Ukraina-Rusia yang belum kunjung usai sehingga berdampak ke logistik, pangan, dan harga energi. Potensi kenaikan harga bahan bakar minyak akan memberikan pengaruh signifikan ke proses produksi barang, layanan logistik, hingga berpotensi pula ke naiknya barang jadi di pasar ritel.
”Belum lagi kondisi global lainnya, seperti ketegangan hubungan China-Taiwan. Dari dalam negeri, daya beli masyarakat belum mencapai puncaknya. Meski demikian, kami tetap berharap perdagangan ritel bisa segera membaik,” ucapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada triwulan II-2022, pertumbuhan tahun ke tahun (y-on-y) produk domestik bruto berdasarkan lapangan usaha perdagangan mencapai 4,42 persen, sedangkan distribusinya terhadap total produk domestik bruto 12,71 persen.
Pada saat bersamaan, Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kepatuhan Pajak Yon Arsal mengatakan, sesuai dengan Google Mobility Index per 14 Agustus 2022, mobilitas penduduk semakin membaik pada tahun 2022, khususnya selama periode triwulan II dan III tahun ini. Aktivitas penduduk meningkat hingga 20 persen selama tiga bulan terakhir pada 2022 jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Mobilitas warga di lokasi rekreasi dan pusat perbelanjaan termasuk yang menghadapi lonjakan.
Dari sisi perpajakan, dia menyampaikan bahwa perdagangan ritel masih menjadi tumpuan penerimaan pajak nasional. Penerimaan pajak dari perdagangan ritel kini masih berkontribusi 23 persen terhadap total penerimaan pajak. Pada 2020 atau ketika awal pandemi Covid-19, penerimaan pajak dari perdagangan tumbuh negatif, lalu tahun 2021 tumbuh 14 persen, dan sekarang sudah sekitar 66 persen.
”Subsektor perdagangan besar berkontribusi signifikan terhadap total penerimaan pajak sektor perdagangan, yaitu 70 persen. Sementara penerimaan pajak perdagangan eceran menyumbang 15–20 persen terhadap total penerimaan pajak sektor perdagangan. Total penerimaan pajak dari sektor perdagangan tetap masih bisa tumbuh ekspansif meski muncul kecenderungan perlambatan,” ucap Yon Arsal.
Yon mengakui bahwa sektor perdagangan sudah berangsur-angsur pulih ke kondisi sebelum pandemi, tetapi masih tetap ada tantangan. Risiko ketidakpastian makroekonomi global, misalnya. Kementerian Keuangan telah memberikan sejumlah perlakuan insentif pajak bagi pelaku perdagangan ritel, seperti kemudahan administrasi dan restitusi Pajak Penghasilan ataupun Pajak Pertambahan Nilai.
Akses pasar
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang hadir bersamaan menyampaikan, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2022 mencapai 5,44 persen. Ini dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus meningkat, seperti konsumsi rumah tangga. Sepanjang semester I-2022, surplus perdagangan mencapai sekitar 24,89 miliar dollar AS. Menurut dia, pencapaian itu amat positif.
”Untuk mendukung perdagangan ritel, kami mengupayakan agar akses pelaku usaha tembus ke pasar nasional ataupun internasional semakin luas. Dari sisi perdagangan internasional, pemerintah mengupayakan aneka perjanjian perdagangan bebas, seperti dengan Uni Emirat Arab sebagai pintu masuk produk Indonesia ke pasar Afrika. Lalu, dalam waktu dekat, Pemerintah Indonesia akan meratifikasi perjanjian perdagangan bebas ASEAN,” kata Zulkifli.