Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat (12/8/2022) berada pada level Rp 14.688, menguat 227 poin atau 1,5 persen dibandingkan kurs penutupan Senin (8/8/2022) pada level Rp 14.915.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menguat 1,5 persen dalam sepekan terakhir. Penguatan kurs rupiah dipicu oleh inflasi AS pada Juli 2022 yang menurun dibandingkan Juni 2022 yang mengindikasikan agak meredanya gejolak pasar keuangan sehingga investor kembali percaya diri menanam investasinya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Mengutip kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jumat (12/8/2022) berada pada level Rp 14.688, menguat 227 poin atau 1,5 persen dibandingkan kurs pada Senin (8/8/2022) pada level Rp 14.915.
Selama sepekan terakhir, dana asing cukup deras masuk ke Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), aliran modal asing ke dalam negeri selama 8-11 Agustus 2022 mencatat neto Rp 7,74 triliun. Rinciannya, beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 4,29 triliun dan beli neto di pasar saham senilai Rp 3,44 triliun.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, Minggu (14/8/2022), menjelaskan, selama sepekan terakhir, nilai tukar dollar AS melemah terhadap mata uang negara berkembang termasuk Indonesia.
Pelemahan nilai tukar dollar AS tersebut dipicu oleh data inflasi Juli 2022 AS yang sebesar 8,5 persen, menurun dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 9,1 persen. Kendati angkanya masih tinggi, lanjut Josua, menurunnya inflasi ini dimaknai pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), tidak akan lagi seagresif sebelumnya dalam menaikkan suku bunga.
”Seperti kita ketahui selama beberapa bulan terakhir The Fed telah menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi di Amerika Serikat. Saat ini inflasinya sudah mulai menurun. Ini mengindikasikan kenaikan bunga The Fed bakal tidak seagresif sebelumnya,” ujar Josua.
Hal ini kemudian mendorong investor kembali memasukkan dananya ke aset lebih berisiko di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Selain rupiah, mata uang lainnya, seperti peso Filipina naik 0,7 persen, won Korea naik 0,6 persen, dan baht Thailand sebesar 0,4 persen.
Josua menjelaskan, dampak penguatan nilai tukar rupiah ini melegakan karena bisa menekan lonjakan inflasi yang berasal dari importasi barang (imported inflation). Dengan nilai tukar rupiah menguat, maka harga barang impor tidak semahal sebelumnya.
Hal ini tentu akan meringankan beban pelaku industri manufaktur yang sebagian besar bahan baku produksinya masih bergantung pada impor. Dengan nilai tukar rupiah yang menguat, beban ongkos bahan baku bisa ditekan.
Suku bunga acuan
Josua menjelaskan, stabilitas nilai tukar rupiah ke depan, salah satunya akan dipengaruhi kebijakan suku bunga BI. Seiring dengan proyeksi inflasi yang terus meningkat, Josua memperkirakan BI akan menaikkan suku bunganya 50-75 basis poin sampai akhir tahun. Adapun nilai tukar rupiah akan terjaga di kisaran Rp 14.600-Rp 14.700.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, inflasi yang melandai di AS menandakan kebijakan suku bunga The Fed mulai membuahkan hasil sehingga memberi indikasi kepada pasar bahwa kenaikan suku bunga tak akan seagresif sebelumnya.
”Apabila kemudian BI menaikkan suku bunga, maka akan jadi sentimen positif untuk mempertahankan atau memperkuat nilai tukar rupiah,” ujar Faisal.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.