Generasi Milenial dan Z Lebih Pilih Investasi Berkelanjutan
Investor muda, baik generasi milenial maupun generasi Z, lebih menyukai berinvestasi di instrumen yang berkelanjutan ketimbang generasi yang lebih tua.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investor muda, baik generasi milenial maupun generasi Z, lebih menyukai berinvestasi di instrumen yang berkelanjutan ketimbang generasi yang lebih tua. Mereka menilai, perusahaan ataupun instrumen investasi yang mementingkan prinsip keberlanjutan dan pengelolaan keberlanjutan ini bisa memberikan harapan masa depan yang lebih baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebutkan, dalam sebuah studi, investor muda yang berusia 18-36 tahun atau biasa disebut generasi milenial dan generasi Z menginvestasikan lebih banyak dananya untuk instrumen ataupun perusahaan yang memenuhi prinsip berkelanjutan. Mereka lebih tertarik berinvestasi di sektor berkelanjutan ketimbang para investor generasi sebelumnya.
”Alasan utama mereka adalah agar investasi mereka dapat pemberdayaan sumber daya alam agar berkelanjutan, mendorong kesejahteraan masyarakat, dan menerapkan prinsip tata kelola yang baik,” ujar Mahendra pada acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) dengan tema ”Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments”, Jumat (12/8/2022).
Perencanaan Keuangan dan Chief Executive Officer Finansialku Melvin Mumpuni menjelaskan, karena usianya masih muda, para investor milenial ini pun mempunyai rentang waktu investasi yang lama belasan hingga puluhan tahun ke depan. Sembari memupuk pundi-pundi dengan berinvestasi, lanjut perencana keuangan berusia 33 tahun ini, menilai investasi sektor tata kelola lingkungan, sosial, dan tata kelola (environment, social, governance/ESG) akan lebih menjamin keberlanjutannya ke depan.
Untuk berinvestasi di saham-saham perusahaan hijau, investor bisa menengok ke indeks Sustainable and Responsible Investment (SRI) Kehati. Selain itu, juga sudah banyak penerbitan obligasi hijau dan reksadana hijau dari berbagai perusahaan.
Ditambahkan oleh anak muda lainnya, Tiza Mafira, aktivis dan pengacara hukum lingkungan, keputusan keuangan masyarakat khususnya generasi mudanya juga berpengaruh pada upaya pelestarian lingkungan. Investasi ke sektor yang mengedepankan ESG, menjanjikan bisnis yang berkelanjutan ke depannya sehingga pasti juga menghasilkan imbal hasil yang baik.
”Tuntutan dunia akan operasional perusahaan ataupun entitas agar memenuhi ESG itu terus meningkat,” ujar Tiza.
Pendanaan negara
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peran generasi muda untuk berinvestasi tak hanya untuk menciptakan tata kelola dunia usaha yang berkelanjutan, tetapi juga bisa menambahkan pembiayaan dan pendanaan anggaran negara.
Generasi muda, lanjut Sri Mulyani, bisa berpartisipasi mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan menjadi investor di Surat Berharga Negara (SBN). Adapun di dalam SBN sendiri juga sudah ada produk Sukuk Hijau, yaitu SBN berbasis syariah yang mengedepankan konsep pembiayaan proyek-proyek ramah lingkungan.
”Dengan berinvestasi ini, generasi muda dapat membantu pendanaan negara pada proyek-proyek sustainable, menjaga lingkungan, sekaligus mendapatkan imbal hasil investasi,” ujar Sri Mulyani.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, apabila pemuda zaman pra-kemerdekaan berjuang mencapai kemerdekaan, anak muda hari ini juga turut membantu perekonomian negara dengan cara berbeda. Salah satunya dengan terlibat dalam pembiayaan negara melalui berbagai instrumen investasi SBN.
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, minat generasi milenial dalam berinvestasi memang terus meningkat, salah satunya tecermin dari investor pasar modal kini didominasi oleh anak muda. Sebanyak 60 persen investor pasar modal adalah mereka yang berusia di bawah 30 tahun.
”Minat investasi anak muda meningkat pesat dewasa ini. Edukasi perlu terus-menerus disampaikan agar mereka tak hanya mengerti berbagai produk jasa keuangan, tetapi juga memahami risiko sehingga makin terampil dan berinvestasi,” ujar Purbaya.