Petrokimia Gresik Dorong Generasi Muda Mengoptimalkan Produktivitas Pertanian
Petrokimia Gresik terus mendorong generasi muda untuk terjun dan mengoptimalkan produktivitas pertanian dalam upaya mencegah terjadinya krisis pangan yang mengancam dunia.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Petrokimia Gresik terus mendorong generasi muda untuk terjun dan mengoptimalkan produktivitas pertanian dalam upaya mencegah terjadinya krisis pangan yang mengancam dunia. Potensi krisis pangan dapat dilihat dari tren kebutuhan pangan dan luas lahan pertanian di Indonesia yang semakin tak seimbang.
Demikian diungkap Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih pada Petro AgriTalk bertajuk ”Peran Petrokimia Gresik dan Pemuda di Tengah Isu Pangan Global” yang digelar secara online, Kamis (11/8/2022).
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia otomatis diikuti kebutuhan pangan yang terus meningkat. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jika dibandingkan antara kebutuhan tahun 2020 dengan proyeksi Indonesia Emas di tahun 2045, terjadi peningkatan kebutuhan beras nasional sekitar 5,44 juta ton, dari 29,86 juta ton menjadi 35,3 juta ton.
Sementara tren peningkatan kebutuhan pangan tersebut berbanding terbalik dengan luas lahan pertanian yang berdasarkan data Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) justru semakin berkurang.
Sebagai perbandingan, luas lahan pertanian Indonesia di tahun 2012 mencapai 8,13 juta hektar, berkurang menjadi 7,46 juta hektar pada 2019. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menunjukkan, produktivitas sawah di Indonesia rata-rata 5,2 ton per hektar.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan di tahun 2045, produktivitas sawah harus mencapai 7 ton per hektar dengan estimasi luas lahan tidak lagi berkurang.
”Perlu ada inovasi-inovasi baru dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian dan hal itu menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk generasi muda, agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga,” kata Digna.
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan Petrokimia Gresik dapat dilihat dari kepeloporannya dalam menciptakan teknologi pemupukan melalui produk-produk inovasi kemudian menyediakan pupuk subsidi dan nonsubsidi berkualitas.
Upaya lain melakukan pengawalan budidaya pertanian melalui program MAKMUR yang bertujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta aktif mendorong regenerasi petani sebagai upaya mengamankan masa depan pertanian dan ketahanan pangan Indonesia.
Digna menyebutkan, dalam mendorong regenerasi petani sendiri telah dilakukan sejak tahun 2014 dengan menggandeng Pelatihan Anak Remaja Tani (PATRA) dan kemudian di 2017 menyelenggarakan Jambore Petani Muda (JPM) yang rutin dilaksanakan tiap tahun hingga saat ini.
Ancaman krisis pangan ini seharusnya justru menjadi motivasi generasi muda untuk mengoptimalkan pertanian yang ada. (Kadek Gandhi)
Program ini telah menghasilkan banyak petani muda sukses, seperti Kampung Strawberry di Bali dan Kampung Buah Naga di Banyuwangi.
”Saat ini cukup banyak sosok petani muda yang sukses di bidang pertanian. Ini harus diiringi dengan inovasi teknologi pertanian modern agar semakin banyak generasi muda yang tertarik terjun ke sektor ini,” katanya.
Pada kesempatan itu, juga hadir antara lain Duta Petani Milenial Jawa Barat, Ulus Pirmawan, dan Agrosociopreneur asal Bali, I Kadek Gandhi, yang merupakan petani sukses alumni JPM.
Selaras dengan yang disampaikan Digna, Ulus mengungkapkan bahwa pascapandemi kali ini petani harus terus berjuang keras untuk meningkatkan produktivitas di tengah berbagai tantangan yang ada, seperti mahalnya biaya produksi dan rendahnya harga hasil panen.
Inovatif
Ia pun mengapresiasi Petrokimia Gresik yang menghadirkan produk inovatif dengan harga kompetitif, dan yang terpenting terbukti mendongkrak produktivitas pertanian sehingga pendapatan petani pun turut meningkat. Pendapatan yang besar inilah yang menurutnya mampu menarik minat generasi muda untuk terjun di dunia pertanian.
”Semakin banyak kemudahan yang ditawarkan oleh Petrokimia Gresik, maka generasi muda tidak perlu khawatir untuk terjun di dunia pertanian,” ujarnya.
Begitu juga dengan Kadek. Ia menyampaikan petani muda tidak perlu takut untuk terjun dan mengoptimalkan sektor pertanian karena saat ini sudah banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan generasi muda untuk akselerasi produktivitas.
”Ancaman krisis pangan ini seharusnya justru menjadi motivasi generasi muda untuk mengoptimalkan pertanian yang ada sehingga mampu menjadi jawaban kebutuhan pangan nasional bahkan global,” katanya.
Di kesempatan lain, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional terkait Sensus Pertanian Tahun 2023 di Batu, Kamis (11/8/2022), mengatakan, peran BPS bagi pemerintah baik di level pusat maupun daerah sangatlah penting, khususnya pada upaya pemerintah dalam penekanan angka kemiskinan.
Dikatakan, kemiskinan tertinggi tercatat ada di perdesaan, tetapi berbanding terbalik dengan angka pengangguran yang terpantau rendah. Di wilayah kabupaten, sektor perkebunan hingga peternakan tercatat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, tetapi sayangnya masih tercatat miskin.
Sektor pertanian sangat penting, tetapi yang hidup di dalamnya sangat sulit,
ujar Emil.
Oleh karena itu, mantan Bupati Trenggalek ini menekankan bahwa saat ini pihaknya tengah mencoba mengubah pendekatan dalam penanganan kemiskinan.
”Kemiskinan bukan lagi urusan dinas sosial, bukan hanya terkait bansos, melainkan ini adalah permasalahan struktural di dalam sektor perekonomian sehingga additional intervention harus dilakukan,” tegasnya.
Emil mencontohkan pada proses pemberian bantuan pupuk bagi petani. Banyak dijumpai petani-petani daerah yang tercatat kurang mampu mengalami kesulitan akses dalam mendapatkan subsidi. Hal semacam ini, menurut dia, perlu ada intervensi tambahan.
”Dalam situasi seperti ini perlu data yang lebih spesifik, by name by address. Penting sekali bagi kami data tersebut dari BPS,” ucapnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Nasional Margo Yuwono berharap besar agar data dan informasi yang disajikan oleh BPS bisa bermanfaat bagi pemerintah dalam penentuan kebijakan.
”Data dan infomasi ini adalah registrasi sosial ekonomi yang diharapkan bisa menjadi penyalur bantuan ke masyarakat,” jelasnya.