Menteri Perdagangan Bantah Harga Mi Instan Bakal Naik Tiga Kali Lipat
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan membantah harga mi instan bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat karena naiknya harga gandum dunia. Zulkifli juga meyakini harga gandum akan turun pada September mendatang.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan membantah harga mi instan bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat. Harga mi instan memang sempat mengalami sedikit kenaikan karena naiknya harga gandum akibat imbas perang Ukraina-Rusia serta gagalnya panen di sejumlah negara. Namun, Zulkifli meyakini harga gandum akan turun pada September mendatang.
”Kalau katanya naik tiga kali lipat, ya enggak mungkin,” kata Zulkifli seusai acara penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara Kementerian Perdagangan dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Rabu (10/8/2022) malam, di Yogyakarta.
Zulkifli menyatakan, selama beberapa waktu terakhir, harga gandum memang sempat mengalami kenaikan karena sejumlah faktor. Salah satunya adalah gagalnya panen gandum di sejumlah negara produsen gandum, misalnya Australia, Kanada, dan Amerika.
”Jangan lupa kemarin panen gandum Australia itu gagal, Kanada gagal, Amerika sebagian juga gagal,” ujarnya.
Faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga gandum adalah perang Ukraina-Rusia. Hal ini karena perang tersebut mengakibatkan pasokan gandum Ukraina tidak bisa diekspor ke negara lain.
”Dipicu lagi Rusia-Ukraina, gandumnya Ukraina enggak boleh keluar. Jadi, harga memang agak naik,” kata Zulkifli.
Kenaikan harga gandum itu kemudian berdampak pada kenaikan harga mi instan karena gandum merupakan bahan baku pembuatan mi instan. Namun, Zulkifli menyebut, kondisi-kondisi yang menyebabkan kenaikan harga gandum tersebut sudah tidak ada lagi sekarang. Dia mencontohkan, panen gandum di Australia, Kanada, dan Amerika Serikat sudah berhasil dilakukan.
Selain itu, Zulkifli mengatakan, pasokan gandum dari Ukraina juga sudah bisa dikirim ke negara lain. Oleh karena itu, dia meyakini harga gandum akan mengalami penurunan pada September mendatang.
”Australia panen bagus, Kanada panen bagus, Amerika panen bagus, tambah Ukraina sudah dibuka gandumnya. Jadi, saya kira September sudah turun harga gandum. Kalau sekarang naik sedikit, nanti akan normal lagi,” ungkap Zulkifli.
Meski begitu, Zulkifli menyebut, Kementerian Perdagangan (Kemendag) tetap mewaspadai kemungkinan kenaikan harga bahan pokok ke depan. Pemantauan terhadap harga bahan pokok terus dilakukan melalui crisis center (pusat krisis) yang ada di Kemendag.
”Tetap kita harus waspada karena dunia penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, kami di Kementerian Perdagangan ada namanya crisis center untuk memantau tiap hari soal pangan ini,” kata Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok. Salah satunya, jika terjadi inflasi yang tinggi di daerah-daerah tertentu, bupati atau wali kota di daerah tersebut bisa membantu biaya transportasi harga bahan pokok.
Biaya transportasi itu bisa diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). ”Kalau sampai inflasinya tinggi, bahkan ada perintah kepada bupati dan wali kota agar membantu transportasinya dengan dianggarkan dari APBD,” kata Zulkifli.
Australia panen bagus, Kanada panen bagus, Amerika panen bagus, tambah Ukraina sudah dibuka gandumnya. Jadi, saya kira, September sudah turun harga gandum. (Zulkifli Hasan)
Pernyataan tentang kenaikan harga mi instan sebelumnya disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam webinar, Senin (8/8/2022). Saat itu, Syahrul menyebut, harga mi instan bakal naik tiga kali lipat dalam waktu dekat karena kenaikan harga gandum dunia akibat imbas perang Ukraina-Rusia.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang menilai pernyataan Menteri Pertanian bahwa harga mi instan naik tiga kali lipat itu berlebihan. Menurut Franciscus, pasokan gandum untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman serta pakan ternak dalam negeri masih aman.
Apalagi, selama ini, industri makanan dan minuman di Indonesia tidak hanya bergantung pada pasokan gandum dari satu negara saja. “Industri sudah terdidik menghadapi krisis suplai sejak lama. Jadi, selama 18 tahun terakhir ini kita sudah mencoba gandum dari beberapa negara, tidak bergantung pada satu negara saja,” ujar Franciscus (Kompas, 11/8/2022).