Kratom Indonesia Tembus Pasar Amerika
Walau masih dibayang-bayangi kekhawatiran menyangkut kategorisasi zat adiktif atau tidak di negeri sendiri, potensi kratom Indonesia telah berhasil menembus pasar Amerika Serikat dan Belanda.
JAKARTA, KOMPAS — Walau masih dibayang-bayangi kekhawatiran menyangkut kategorisasi zat adiktif atau tidak di negeri sendiri, potensi kratom Indonesia telah berhasil menembus pasar Amerika Serikat dan Belanda. Hingga saat ini, produk herbal yang berasal dari tanaman kratom (Mitragyna speciosa) tidak dilarang untuk diekspor baik dalam bentuk bubuk maupun ekstrak.
Penegasan itu dikemukakan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki dalam pertemuan dengan Kamar Dagang, Asosiasi Kratom Amerika Serikat, peneliti, senator dan perwakilan DPR AS yang membahas keberlangsungan perdagangan kratom di Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Teten mengatakan, ”Kami saat ini belum banyak memanfaatkan kratom untuk industri farmasi atau keperluan lainnya. Dalam regulasi kami, kratom bukanlah dimasukkan sebagai produk yang dilarang. Bisa dibudidayakan dan diperdagangkan.”
Kementerian Koperasi dan UKM mendorong pengembangan kratom yang dinilai memiliki potensi nilai tambah yang besar. Pengembangan itu dilakukan melalui Koperasi Anugerah Bumi Hijau (Koprabu) yang telah bekerja sama dengan para petani di Kalimantan Barat.
Berdasarkan data Koprabu, saat ini 733 petani di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, telah dikonsolidasi untuk pengolahan dan pemasaran ekspor serbuk kratom ke Amerika Serikat dan Belanda. Luas lahan yang sebagian besar berada di pinggiran sungai itu mencapai 500 hektar. Total ekspor mencapai 3.016 ton per bulan dengan nilai ekspor sebesar 60,3 juta dollar AS per bulan.
Kratom merupakan tanaman tropis dari famili Rubiaceae yang berasal dari Asia Tenggara (Thailand, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina), dan Papua Niugini. Di Indonesia, tanaman ini banyak tumbuh di Kalimantan Barat, Sumatera, Sulawesi, dan Papua.
”Saya akan mengambil inisiatif berbicara dengan Kementerian Kesehatan, Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementerian Perdagangan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Saya optimistis Indonesia bisa memproduksi kratom dan melanjutkan perdagangan dengan Amerika dan negara lainnya,” tegas Teten.
Menurut Teten, pengembangan budidaya kratom bisa diperluas dengan memanfaatkan program hutan sosial. Melihat potensi dan permintaan pasar yang besar, Kementerian Koperasi dan UKM memandang perlunya dukungan regulasi yang kuat untuk keberlangsungan bisnis ini.
Reri Indriani, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM, mengatakan, pengembangan kratom ditujukan untuk ilmu kosmetik. Pada intinya, BPOM terbuka untuk mengawal inovasi dan pengembangan kratom untuk pembuktian sebagai obat sepanjang keuntungannya melebihi resistensi yang ditimbulkan bagi tubuh manusia.
”Tentunya, pembuktian dilakukan untuk navigasi risiko peredarannya. BPOM siap melakukan pengawalan dalam pengembangannya. Hal ini juga sudah disampaikan BPOM kepada Badan Narkotika Nasional. Kami tetap akan merujuk keputusan dari kementerian sebagai leading sector,” kata Reri.
Menurut Reri, kratom saat ini masih berada di dalam proses penetapan penggolongannya. Entah dimasukkan sebagai golongan narkotika, BPOM secara prinsip akan mengikuti keputusan pimpinan nasional yang diketahui oleh Kementerian Kesehatan dan BNN.
Senior Kebijakan Publik American Kratom Association (AKA) Mac Haddow mengatakan, ”Kami mewakili 16 juta konsumen Amerika yang memanfaatkan kratom sebagai suplemen kesehatan. Sebanyak 95 persen bahan baku yang diperoleh dari Indonesia ditujukan untuk Amerika Serikat.”
Menurut Mac, pihaknya telah bermitra dengan komunitas petani kratom di Indonesia untuk membantu perdagangan kratom. Selain itu, pihaknya juga ingin membantu Pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dalam ekspor kratom dari Indonesia.
”Kami menyambut baik dan terbuka untuk menjadi mitra Indonesia dalam mendapatkan sertifikasi FDA AS, untuk mencabut peringatan impor karena adanya larangan pada bahan kratom. Dengan demikian, perluasan pasar kratom bukan hanya bermanfaat bagi 200.000 petani di Indonesia, melainkan juga penduduk Amerika,” kata Mac.
Mac menyebut, potensi perdagangan kratom sebelum pandemi sangat tinggi. Namun, saat ini terjadi evaluasi dampak ekonomi produk kratom di Amerika Serikat dan diperkirakan angkanya turun menjadi 1,3 miliar dollar AS atau setara Rp 19,32 triliun dalam informasi perdagangan Amerika.
”Sebenarnya potensi perdagangan itu jauh lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat ada sekitar 16 juta populasi penduduk Amerika, bahkan bisa jadi masyarakat dunia yang mengharap bantuan dari pengobatan ini, untuk menyelamatkan hidup mereka dan itulah yang terjadi di Amerika Serikat,” ujar Mac.
President American Indonesian Chamber of Commerce Wayne Forest mengatakan, pihaknya ingin mendukung riset kratom ini. Sebab, produk ini serupa dengan minuman kopi.
Salah seorang vendor Kratom AS, Chris Japson, mengakui, sejak dikenalkan tanaman kratom oleh rekannya sesama vendor, Shawn Brady, ada perubahan yang sangat signifikan pada penyakit nyeri punggung yang dialaminya bertahun-tahun.
”Setelah 17 kali bolak-balik ke Indonesia, sampai datang langsung ke hutan bertemu petani untuk melihat kratom, saya mengalami kesembuhan. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengembangkan kratom sebagai pengobatan agar orang lain yang juga merasakan sakit seperti saya bisa dibantu untuk sembuh,” ujar Chris.