Waralaba Didorong Ekspansi
Pengusaha waralaba dalam negeri hendaknya berani menawarkan kerja sama usaha ke luar negeri. Jangan hanya merasa bisa menjadi besar di dalam negeri.
JAKARTA, KOMPAS — Pengusaha franchise atau waralaba dalam negeri hendaknya berani menawarkan kerja sama usaha ke luar negeri. Jangan hanya merasa bisa menjadi besar di dalam negeri, yang tak lain sekadar sibuk berkompetisi dengan waralaba lainnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Syailendra mengemukakan hal itu dalam pembukaan pameran ”The 20th International Franchise, License, and Business Concept Expo and Conference (IFRA) Hybrid Business Expo in Conjunction with Indonesia Licensing Expo 2022” di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (5/8/2022).
Pameran waralaba tahunan ini digelar secara hibrida di JCC, 5-7 Agustus 2022, dan dapat diakses secara virtual pada 5-31 Agustus 2022. Pameran ini akan menampilkan lebih dari 250 merek dagang serta dihadiri sekitar 150 pengusaha lisensi dan waralaba.
Syailendra mengatakan, perekonomian Indonesia saat ini pun tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global. Badan Pusat Statistik mencatat, perekonomian nasional pada triwulan II-2022 tumbuh 5,44 persen secara tahunan (year on year), melanjutkan pertumbuhan positif pada triwulan I-2022 sebesar 5,01 persen secara tahunan.
Salah satu usaha yang mampu menguatkan ekonomi domestik Indonesia adalah bisnis waralaba. Berdasarkan laporan tahunan usaha waralaba pada 2020, sektor ini berkontribusi 1 persen terhadap produk domestik bruto Indonesia. Total gerai waralaba yang beroperasi selama pandemi mencapai 93.732 unit dan menyerap sebanyak 628.600 tenaga kerja.
Waralaba dinilai sebagai solusi untuk usaha pemula dalam mengawali bisnis. Pengusaha lokal baru dapat memberikan pertumbuhan bagi bisnis waralaba di Indonesia. Tren pertumbuhan bisnis waralaba diperkirakan akan meningkat seiring naiknya permintaan dan respons masyarakat.
Tahun 2021, pertumbuhan waralaba Indonesia tercatat sebanyak 113 jenis yang memiliki legalitas berupa surat tanda pendaftaran waralaba (STPW). Jumlah ini naik 5 persen dibandingkan dengan tahun 2020.
Menteri Perdagangan, lanjut Syailendra, mengamanatkan bahwa inilah saatnya pengusaha lokal berkiprah ke luar negeri. Waralaba didorong untuk berpikir mengembangkan bisnisnya ke luar negeri, terutama bisnis ritel. Kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan Kemendag diharapkan tidak lagi membuat peritel senang bersaing dengan toko-toko tradisional.
Selain itu, Kemendag mendorong para peritel bermitra dengan warung-warung tradisional. Mereka harus bisa menyuplai kebutuhan warung tradisional sehingga bisa tumbuh bersama melayani masyarakat. Tentu, dengan harga yang kompetitif.
”Jangan hanya jago kandang,” kata Syailendra.
Dari sejumlah peserta pameran, sejumlah produk waralaba negara tetangga, seperti Malaysia dan Taiwan, terlihat mulai menawarkan peluang usaha. Salah satunya, bisnis piza asal Malaysia yang diperkirakan akan mulai dibuka pertama kalinya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Ada pula waralaba restoran khas Korea.
Selain itu, ada pula bisnis kemitraan untuk penyediaan sepeda motor listrik, waralaba minimarket dan supermarket, serta waralaba apotek. Ada pula waralaba di bidang kuliner dengan paket-paket harga yang kompetitif.
Produk lokal
Ketua Asosiasi Lisensi Indonesia (Asensi) Susanty Widjaya menegaskan, bisnis lisensi, termasuk kemitraan, co-branding, distributorship, dan juga waralaba memiliki kontribusi dan potensi pasar yang luas. Tahun 2021, bisnis waralaba memang tetap tumbuh sebesar 5 persen dengan didominasi pemain di sektor makanan dan minuman.
”Kalau dilihat perkembangannya, merek lokal juga meningkat. Hadirnya merek baru bagi para pelaku usaha justru ada di masa pandemi Covid-19,” ujar Susanty.
Susanty menambahkan, peningkatan permintaan dan pertumbuhan ekonomi merupakan hal positif. Tahun 2020 dan 2021, para investor cenderung menunggu dan melihat perkembangan situasi. Tahun 2022 inilah menjadi momentum untuk menjadi pengusaha.
Pelaku usaha lisensi, khususnya lisensi merek dan produk lokal, serta para UMKM kembali bersemangat untuk mengembangkan atau melebarkan gerai kemitraannya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Iskandar menegaskan, AFI ingin mendorong usaha lokal terus tumbuh. Misalnya, usaha kuliner Indonesia yang begitu variatif sehingga bisa dijadikan usaha cepat saji atau lebih spesifik mendirikan usaha makanan khusus vegetarian.
Di bidang kopi, lanjut Anang, Indonesia memiliki kekuatan hasil perkebunan yang luar biasa. Sayang, perkembangannya tidak terlalu bagus karena dimasuki pemain asing. Padahal, jika dilakukan usaha waralaba lokal, tentu akan menghasilkan nilai tambah.