Karawang, Magnet yang Tetap Memikat Investasi
Kawasan industri di Pulau Jawa, seperti Karawang dan Bekasi, masih menempati posisi penting untuk menarik minat investor. Keberadaannya menopang gerak industri sekaligus perekonomian nasional.

Salah satu pabrik mobil PT Astra Daihatsu Motor, Karawang Assembly Plant, di Karawang, Jawa Barat.
Kekuatan apa yang dimiliki kawasan industri di Karawang dan sekitarnya? Kendati ibu kota negara akan dipindah, kontribusi industri dari Karawang dinilai akan tetap besar. Kendaraan yang akan dibeli dan digunakan di ibu kota negara yang baru berasal dari kawasan industri ini. Karawang menjadi magnet yang tetap memikat.
Kini, Karawang lebih tepat disebut center point industry. Dengan posisi strategis dan infrastrukturnya, daerah ini memiliki sekitar 1.800 kegiatan industri sehingga berpotensi terintegrasi dengan sektor lain.
Industri merupakan tulang punggung terbesar dalam konteks kontribusi terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) di Indonesia. Di Pulau Jawa, hampir 60 persen kontribusinya disokong oleh lebih dari 54 kawasan industri. Sementara di Sumatera dan Kalimantan masih terbatas.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karawang Eka Sanatha dalam diskusi grup terfokus ”Menakar Prospek Properti Karawang Seiring Meningkatnya Realisasi Investasi di Kawasan Industri Terbesar di Asia Tenggara” di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/8/2022), memaparkan, realisasi investasi di Kabupaten Karawang pada semester I-2022 mencapai Rp 15,27 triliun. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan, nilai investasi di Kabupaten Karawang tahun 2022 mencapai Rp 29,8 triliun.

”Baru satu semester, investasinya sudah masuk Rp 15,27 triliun. Setengah jalan saja kita sudah hampir sama dengan kondisi saat Covid-19 melanda negeri ini,” ujar Eka.
Sebelum pandemi Covid-19, investasi di Kabupaten Karawang sebesar Rp 24,29 triliun (2019). Begitu Covid-19 melanda, investasi turun menjadi Rp 16,73 triliun (2020). Namun, investasi berangsur pulih menjadi Rp 26,63 triliun (2021) hingga menjadikan Karawang masuk lima besar daerah investasi di Indonesia.
Baca juga: Kinerja Manufaktur Melambat, Nyaris Terkontraksi
Tantangan besarnya adalah sistem transportasi Karawang yang perlu dirancang secara matang. Tidak ruwet. Simpul transportasi yang bagus akan menjadi daya tarik. Di negara-negara maju, simpul transportasi yang bagus tidak ada pilihan lain, yakni angkutan massal berbasis rel.
Daya pikat Kabupaten Karawang begitu besar, mengingat daerah ini diapit tiga pusat pertumbuhan, yaitu Jabodetabek, Bandung Raya, dan Cirebon Raya, dengan konektivitas andalan berupa Tol Trans-Jawa. Jumlah penduduknya hanya 2,3 juta jiwa.

Karawang pun mendapat label sebagai kawasan industri terbesar di Asia Tenggara melalui Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989. Berbagai dukungan infrastruktur memperkuat daerah ini. Misalnya, Bandara Soekarno-Hatta telah dikembangkan hingga Terminal 3. Ke depan, berdasarkan cetak biru Kementerian Perhubungan, Bandara Soekarno-Hatta II akan dikembangkan di Karawang. Itu sudah masuk dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 2013.
Selain itu, Karawang didukung pula oleh Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara dan Pelabuhan Patimban di Subang. Tol Cibitung-Priok juga akan segera selesai. Saat ini segmen satu ruas tol itu sudah dapat digunakan. Tol Jakarta-Cikampek pun dikembangkan dengan adanya pelebaran lajur dari Karawang Barat hingga Karawang Timur yang diperkirakan mulai bisa digunakan akhir tahun 2022.
Pada Mei 2022, prakualifikasi lelang pembangunan Tol Sentul-Karawang Barat (61,5 kilometer) sebagai bagian dari jalan tol lingkar III telah berakhir. Memang, transportasi darat yang tak berbasis rel lambat laun akan menciptakan keruwetan lalu lintas. Namun, kereta cepat juga bakal melintasi Karawang. Idealnya, kereta cepat terkoneksi dengan kereta yang ada saat ini.
Hal lain yang tak kalah penting, bisnis perumahan yang terkait penyediaan air bersih dengan mengandalkan sistem penyediaan air minum (SPAM) Sungai Citarum dan Jatiluhur.
Potensi pasar
Yayat Supriatna, pengamat perkotaan dan perencanaan wilayah dari Universitas Trisakti, mengatakan, tahun lalu, pihaknya meneliti interrelasi kawasan industri di Jawa dan luar Jawa. ”Ternyata, hampir sebagian besar kawasan industri, seperti di Sei Mangkei (Sumatera Utara) dan lainnya, hanya memproduksi produk setengah jadi,” ujarnya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Sabtu (31/10/2020). Pembangunan tahap satu pelabuhan akan selesai pekan ketiga November dengan rencana operasional terbatas.
Mayoritas produk setengah jadi itu dikirim ke Jawa, salah satunya ke kawasan industri Karawang. Memang, Jawa mempunyai potensi pasar besar. Di sinilah, industri layak dicap sebagai tulang punggung perekonomian. Adanya industri membuat potensi pertumbuhan wilayah semakin besar. Oleh karena itu, keberadaan industri diyakini bakal mendorong pertumbuhan Karawang dan wilayah sekitarnya.
Hal yang menarik, adanya Tol Trans-Sumatera dan Trans-Jawa akan menciptakan interkoneksi luar biasa. Industri yang sangat diuntungkan adalah mereka yang terkait dengan pasar ritel. Berbisnis di Jawa sangat disukai karena jaringan jalannya lebih baik sampai ke pelosok dan didukung potensi pasar yang sangat besar.
”Terus terang saja, lokasi pertumbuhan Karawang itu ibarat ‘tutup mata saja, duit datang sendiri’. Maaf saja, jika dibandingkan dengan IKN (ibu kota negara), kita membutuhkan investasi Rp 400 triliun. Kalau kebutuhannya Rp 10 triliun per tahun, berarti kita membutuhkan waktu 40 tahun. Sedangkan Karawang dalam satu tahun bisa mendekati Rp 29 triliun. Ini kekuatan pasar yang besar,” jelas Yayat.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Colliers Indonesia, memandang, bicara investasi, Karawang sebagai salah satu kawasan industri di timur Jakarta ini merupakan industri yang high tech. Rasio antara jumlah perusahaan dan pekerjanya lebih kecil. Hal ini berbeda dengan industri-industri di daerah Tangerang yang kebanyakan padat karya. Sementara di Serang lebih fokus sebagai industri berat dan polluted industry.
”Bekasi dan Karawang memiliki karakteristik yang hampir sama. Yang mendorong industri di daerah ini adalah otomotif. Dari tahun 1997 hingga 2013, pendorongnya adalah perusahaan-perusahaan otomotif. Walaupun tidak lagi terlampau ekspansif, perusahaan-perusahaan itu lebih fokus pada manufaktur teknologi tinggi,” kata Ferry.

Berdasarkan data Colliers Indonesia, merek-merek otomotif besar berinvestasi di kawasan industri Karawang dan Bekasi. Pengembangan industri otomotif saat ini berubah menjadi teknologi lebih tinggi lagi, seperti mobil listrik.
Menurut Ferry, industri pusat data pun tak kalah pentingnya saat ini. Perkembangannya sangat besar karena pandemi Covid-19 membuka peluang, khususnya bagi bisnis berbasis daring. Kebutuhan itu tidak hanya berasal dari perusahaan seperti Alibaba dan Microsoft, tetapi juga sekarang masuk ke arah penyedia layanan pusat data yang menyewakan fasilitas untuk pengembangan perusahaan. Tentunya, industri mendorong pertumbuhan sektor lain, seperti pusat belanja dan hunian.
Baca juga: Perekonomian Global Tak Menentu, Manufaktur Tetap Tumbuh Progresif
Kekuatan besar
Menurut Yayat, Provinsi Jawa Barat memperoleh pendapatan besar dari sektor manufaktur. Ekspor produk manufaktur nasional pun disokong oleh industri-industri di Jawa Barat.
Lantas, bagaimana Karawang bisa menjadi pusat industri di Jawa Barat sekaligus di Indonesia? Pertama, kekuatan kawasan dan jaringannya pantas mengibaratkan Karawang ”tutup mata, duit datang”. Kabupaten ini akan tumbuh dan berkembang dengan kluster-kluster kota industri dan kawasan properti. Memang, kalau dibiarkan, semua kawasan ini akan menjadi enclave atau kantong-kantong tersendiri.
”Inilah yang diperlukan, bagaimana center point ini bisa mengintegrasikan seluruh jaringan infrastruktur di kawasan industri dan properti menjadi satu-kesatuan. Tidak jalan sendiri-sendiri,” kata Yayat.
Kedua, Karawang diharapkan akan lebih maju dan modern dari sekadar menciptakan daerah biasa-biasa saja. Jangan sampai, ketika tumbuh dan berkembang dengan kawasan industri, Karawang hanya menciptakan dua wajah serupa Jakarta, berseberangan antara modern dan terbelakang.

PT Honda Prospect Motor yang terletak di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pernah menghentikan sementara kegiatan produksi selama dua pekan.
”Kekuatan industri dan properti akan menjadi kekuatan dasar ekonomi. Saya coba membandingkan. Kalau kita membangun kota dengan basis fungsi pemerintahan, kontribusi PDRB akan kecil. Namun, kalau basisnya industri, kontribusinya bisa lebih dari 20 persen. Propertinya pun akan menghasilkan multiplier effect luar biasa,” ujar Yayat.
Oleh karena itu, target yang perlu dirancang adalah struktur ruang daerahnya perlu dirancang supaya terintegrasi dengan transportasi, air bersih, pengelolaan sampah, dan sebagainya. Mengapa? Karawang memiliki lima kawasan perkotaan penting yang harus diperhatikan menjadi dasarnya, yaitu Cikampek, Karawang Barat, Karawang Timur, Rengasdengklok, dan Cilamaya.
Tantangan Pemerintah Kabupaten Karawang adalah mewujudkan jaringan pelayanannya. Sebab, ”visi misi tanpa gizi, hanyalah mimpi” Pusat pertumbuhan perkotaan tanpa struktur ruang dan jaringan pelayanan yang baik akan sulit untuk membangun budaya yang sehat, bersih, dan produktivitas tinggi. Inilah kunci perlunya membangun kota layak huni.