Kesejahteraan petani dinilai menjadi faktor penting yang perlu diupayakan guna menghadapi ancaman krisis pangan global. Segenap kendala masih dihadapi produsen pangan nasional, khususnya petani padi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesejahteraan petani dinilai menjadi kunci untuk menghadapi ancaman krisis pangan. Ketika petani sejahtera, produksi pangan akan semakin terjamin, sejalan dengan meningkatnya motivasi untuk memacu produktivitas dan produksi.
Pada komoditas padi, misalnya, salah satu hal yang perlu diupayakan adalah mendorong nilai tambah. Petani perlu dibantu agar tidak berkutat pada produksi gabah, tetapi bergeser hingga mereka bisa menggiling padi menjadi beras sehingga ada nilai tambah.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar petani (NTPK) nasional pada 2022 sejauh ini selalu di atas 100. NTP tertinggi terjadi pada Maret 2022, yakni dengan 109,29. Sementara pada Juni 2022, NTP nasional turun menjadi 105,96. NTP tahun ini relatif lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya yang kerap berkisar 98-104.
Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmadja berpendapat, kesejahteraan petani perlu benar-benar jadi perhatian. Meskipun produktivitas dan produksi padi digenjot, ia pesimistis hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya ekstra agar petani mendapatkan nilai tambah.
”Status petani kita harus digeser, kalau selama ini berujung di (produksi) gabah, ke depan harus berujung di beras. Sebab, nilai ekonomi tertinggi, mulai dari gabah hingga beras, itu ada di hilir,” ujar Entang dalam webinar ”Inspirasi Daerah, Hasil Panen Produktivitas Tinggi” yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Jumat (29/7/2022).
Menurut Entang, semua pihak perlu memikirkan bagaimana caranya agar petani tidak langsung menjual hasil panen. Berulang kali pihaknya menyampaikan kepada pemerintah agar bantuan alat dan mesin pertanian tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tetapi juga untuk penanganan pascapanen.
Bantuan seperti alat-alat penggilingan padi mini perlu diberikan kepada kelompok tani. ”Jadi, saya mengusulkan bantuan alat dan mesin pertanian jangan lagi traktor dan sumur pompa. Coba lebih banyak alat-alat pascapanen, seperti penggilingan. Ini penting karena petani-petani kita lemah dalam hal itu (pascapanen),” lanjutnya.
Menurut Entang, ketidaksejahteraan petani serta sejumlah masalah pertanian lainnya, seperti alih fungsi lahan dan infrastruktur irigasi yang rusak, menjadi tantangan yang tidak mudah. Hal tersebut mesti diperhatikan mengingat saat ini ada tuntutan peningkatan produksi pangan karena ada peringatan ancaman krisis pangan global. Selain perang Rusia-Ukraina, gangguan rantai distribusi dan produksi di negara produsen juga menghambat pasokan pangan.
”Di berbagai negara sudah terjadi kesulitan mendapatkan bahan pangan. Di Indonesia pun beberapa komoditas, seperti kedelai, bawang putih, dan gula, masih bergantung pada impor. Jadi, infrastruktur pertanian khususnya irigasi harus tetap dijaga karena jika tidak, saya khawatir apa yang ditargetkan (peningkatan produksi) tidak tercapai,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Pandeglang, Banten, Nasir menyatakan, pihaknya mendorong agar bantuan dari pusat diarahkan pada mesin pengering serta rice milling unit (RMU) atau penggilangan padi. Selain itu, ia juga berharap semakin banyak petani dirangkul oleh pihak-pihak yang menyerap gabah dan beras seperti Perum Bulog sehingga ada nilai tambah.
”Kami harap yang menjadi mitra tidak hanya pengusaha-pengusaha besar, tetapi juga petani. Tidak apa-apa misal hanya 20 ton. Di Pandeglang sudah mulai. Jadi, yang kelompok tani yang difasilitasi Kementerian Pertanian menjadi mitra Bulog. Ke depan kami juga berharap OPD-OPD (organisasi perangkat daerah) membeli produk petani. Jadi, mereka ada rasa didukung,” ujarnya.
Peneliti Muda Balai Besar Padi Sukamandi Kementerian Pertanian, Rina Hapsari, menjelaskan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi budidaya padi, seperti kondisi lahan, perlakuan benih, dan sistem tanam. Agar optimal dalam hasil produksi yang didapat para petani, sistem tanam jajar legowo penting karena akan meningkatkan kualitas dan populasi tanaman.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dalam keterangannya, Rabu (27/7/2022), mengatakan, pihaknya memastikan pengamanan pangan nasional dalam menghadapi situasi geopolitik dunia. Ketahanan pangan serta peningkatan daya saing berkelanjutan terus diupayakan.
Secara terpisah, pengamat ekonomi pertanian dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang, Muhammad Makky, mengemukakan, dalam menghadapi ancaman krisis pangan global, ada sejumlah hal yang perlu diwaspadai. Salah satunya mengenai stabilitas harga.
”Stabilitas harga ini terancam oleh permainan tengkulak. Sebagai solusi, harus ada penguatan KUD (koperasi unit desa) dan juga badan usaha milik desa sebagai pengolah komoditas dari petani,” ujar Makky.
Sementara mengenai produktivitas, kata Makky, perlu ada efisiensi yang antara lain dapat dilakukan dengan membentuk kelompok tani. Selain itu, upaya mendorong efisiensi dapat dilakukan dengan mendata setiap lahan yang dilindungi dengan digitalisasi serta optimalisasi jatah pupuk subsidi.