Hilirisasi dan Ekspansi Pasar Tujuan Ekspor Jadi Andalan
Hilirisasi komoditas tahap lanjut dan terus berekspansi pasar ekspor bisa menjadi cara mempertahankan surplus neraca perdagangan jangka panjang.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
MEDIANA
Wamendag Jerry Sambuaga saat memberikan sambutan Ralali Talks, Kamis (28/7/2022), di Jakarta. Ralali Talks ini juga bertujuan memperingati ulang tahun kesembilan Ralali, platform e-dagang khusus bisnis ke bisnis.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berharap surplus neraca perdagangan masih bisa dipertahankan. Cara yang bisa ditempuh adalah dengan terus mendorong hilirisasi komoditas dan ekspansi pasar ekspor.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, saat membuka Ralali Talks, Kamis (28/7/2022), di Jakarta, mengatakan, neraca perdagangan pada Januari -Juni 2022 mencatatkan surplus 24,98 miliar dollar AS. Nilai ekspor Januari -Juni 2022 mencapai 141,07 miliar dollar AS atau naik 37,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produk unggulan yang berkontribusi positif terhadap kinerja ekspor selama periode itu mencakup minyak kelapa sawit, batubara, besi baja, nikel, dan alas kaki.
”Pada Desember 2021, neraca perdagangan surplus 35,34 miliar dollar AS dan ini merupakan tertinggi selama 15 tahun terakhir. Pemerintah berharap kondisi surplus neraca perdagangan bisa terus dipertahankan,” ujar Jerry.
Jerry mengatakan, kemajuan teknologi digital semakin pesat. Menurutnya, digitalisasi layanan perdagangan bisa ikut membantu neraca perdagangan Indonesia terus tumbuh positif.
Ekosistem perdagangan daring akan terus didorong kondusif, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). ”Untuk jangka panjang, skema bisnis ke bisnis (B2B) secara daring seharusnya lebih banyak dikedepankan karena akan membantu UMKM dapat akses pasar yang lebih luas juga,” imbuh dia.
ERIKA KURNIA
Pelepasan 16 kontainer ekspor produk peternakan ayam PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) Tbk di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, saat dihubungi terpisah, mengatakan, memasuki semester II-2022, beberapa harga komoditas mulai turun. Ini akan membuat nilai ekspor turun. Meski demikian, dia memperkirakan, secara keseluruhan sepanjang tahun 2022, neraca perdagangan Indonesia masih tetap akan surplus.
”Surplus tipis,” ujar Faisal.
Menurut Faisal, untuk mempertahankan surplus neraca perdagangan jangka panjang, pemerintah perlu melakukan transformasi struktur ekspor. Misalnya, mengurangi ketergantungan porsi ekspor komoditas dan mendorong ekspor produk manufaktur yang bernilai tambah tinggi.
Kebijakan hilirisasi komoditas yang sekarang telah diambil, lanjut Faisal, perlu terus dilanjutkan dan diarahkan ke tahap produk setengah jadi ataupun produk jadi. Dari sisi sektor perkebunan, Faisal berharap, kebijakan hilirisasi seharusnya bukan hanya menyasar ke kelapa sawit.
Di luar itu, Faisal berpendapat, pemerintah perlu memiliki strategi pemasaran ke negara-negara bukan pasar tradisional Indonesia. Strategi ini dia nilai sebagai perluasan sasaran perdagangan.
”Pemerintah juga telah berkomitmen mendorong hulu-hilir industri kendaraan listrik. Kami harap pemerintah sudah mulai menyiapkan strategi pemasaran dari sekarang,” katanya.