Demi Layak Ekspor, Kriya Labuan Bajo Perlu Kreasi dan Inovasi
Produk kriya dari perajin Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, masih memerlukan ”sentuhan” yang membuat produk rakyat ini lebih bernilai tinggi. Kuncinya, pelatihan dan perbaikan, serta dibantu pemasarannya.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Produk kriya dari perajin Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, masih memerlukan ”sentuhan” yang membuat produk rakyat ini lebih bernilai tinggi. Kualitas produk kriya yang dijadikan merchandise perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi G20 sudah baik dan berkualitas. Namun, untuk layak ekspor, produk kriya masih perlu perbaikan yang memperkuat karakter seninya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Bidang Pendanaan Suzana Teten Masduki, dalam pelatihan dan bimbingan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Labuan Bajo yang berlangsung pada Kamis-Minggu (21-24/7/2022), mengatakan, ”Saya telah melihat UMKM yang memproduksi, terutama kriya, untuk merchandise G20. Semua memiliki kualitas yang baik dan indah.”
Dengan kualitas seperti ini, permintaan akan kriya karya Indonesia diyakini tidak akan berhenti sampai di sini saja. Dari hasil kriya daerah ini, perajin dinilai siap menyambut pemulihan ekonomi dengan kembalinya wisatawan ke Labuan Bajo.
”Itulah mengapa kami mengambil tema ’Cerita Kriya’ dalam pelatihan tahun ini. Meskipun sudah berkembang luar biasa, kita masih harus terus memperbaiki beberapa hal agar semakin berkembang hingga layak ekspor dan menjadi pilar ekonomi bagi Labuan Bajo dan NTT secara keseluruhan,” kata Suzana dalam siaran pers.
Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil (UKM) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) bersinergi menghadirkan pelatihan dan bimbingan kepada pelaku UMKM di Labuan Bajo. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan produk unggulan Labuan Bajo yang menjadi salah satu dari lima destinasi superprioritas Indonesia.
Rangkaian kegiatannya, antara lain, kolaborasi bertema ”Cerita Kriya, Perajin Berdaya”. Gagasan ini dilakukan untuk mengembangkan para pelaku usaha, khususnya pengembangan produk unggulan kriya khas Labuan Bajo.
Adapun rangkaian kegiatan acara ini, antara lain, bimbingan teknis pengawasan koperasi, sosialisasi pembentukan koperasi kepada kelompok usaha produktif masyarakat, pelatihan vokasional bagi usaha mikro di sektor pariwisata, bimbingan peningkatan mutu produk usaha mikro di kawasan/kluster pariwisata, sosialisasi kredit usaha rakyat (KUR), dan open desk pendampingan penerbitan legalitas usaha berupa Nomor Induk Berusaha (NIB).
Ada pula pelatihan vocational design dan branding produk UKM bersama, bimbingan teknis kewirausahaan penunjang pariwisata daerah, fasilitasi financial matching bagi wirausaha, fasilitasi literasi digitalisasi keuangan, bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan terintegrasi dengan sistem informasi data tunggal (SIDT)-KUMKM, sinergi pengembangan produk lokal unggulan, serta lokakarya kewirausahaan pengembangan produk unggulan daerah.
Suzana menegaskan, Indonesia boleh berbangga perannya dalam Presidensi G20 tahun ini. Namun, hal yang lebih membanggakan adalah semangat UMKM dalam menyambut dan mengambil bagian dalam perhelatan besar tersebut.
”Dengan G20, hal ini adalah tahun yang tepat dan terbaik untuk menggenjot kualitas produksi, manajemen, hingga akses pendanaan bagi UMKM kriya, terutama di Labuan Bajo dan NTT secara keseluruhan. Tempat yang indah luar biasa ini, banyak lahir kriya dengan filosofi dan craftmanship yang memukau. Lebih dari sanggup untuk memukau dunia,” ujar Suzana.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya menambahkan, tujuan kegiatan ini juga untuk meningkatkan kapasitas di bidang produksi, pemasaran, pembiayaan, dan manajemen usaha koperasi dan UMKM di sektor kriya di Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Eddy menyerahkan pula secara simbolis Program Strategis Kementerian Koperasi dan UKM berupa penyerahan KUR dan pemberian pinjaman Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB)-Koperasi dan UMKM melalui Koperasi Simpan Pinjam KOPDIT Suka Damai.
”Untuk mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi superprioritas diperlukan sinergi semua pihak dalam rangka pengembangan produk-produk kreatif dan produk unggulan daerah, termasuk produk kriya. Oleh karena itu, diharapkan dengan sinergi tersebut dapat terwujud koperasi dan UMKM yang berkualitas, berdaya saing, dan berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” ujar Eddy.
Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Manggarai Barat Yulianus Weng mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan ini. Kegiatan ini pun dinilai dapat langsung bersentuhan dengan pelaku UMKM tanpa terhambat birokrasi.
Yulianus menambahkan, dalam masa jabatannya ini, pertama kalinya ada kementerian yang memberikan pelatihan secara komplet, dari hulu ke hilir. Dari produksi, perizinan, pembiayaan, hingga pemasaran dan pendampingan.
”Perlu kami sampaikan, kami pun mendukung secara penuh untuk pelaku UMKM baik pembinaan, modal maupun pemasaran produk. Melalui Dekranasda, kami juga melatih 10 UMKM di beberapa kecamatan dan hasil karya mereka, yakni berupa topi dan selendang yang kemudian dibeli Dekranasda serta pemerintah kabupaten untuk diberikan sebagai bingkisan kepada para tamu. Jadi, UMKM tidak perlu lagi pikirkan pemasaran hasil produknya,” kata Yulianus.