Indikator kinerja pasar modal, seperti minat perusahaan menggalang dana publik di bursa dan IHSG, dinilai tumbuh positif. Hingga 19 Juli 2022, dana publik yang dihimpun 26 perusahaan dari IPO mencapai Rp 19,2 triliun.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah inisiatif yang dilakukan Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dinilai turut mendorong perusahaan-perusahaan berani masuk ke pasar modal. Selain itu, momentum perbaikan ekonomi setelah pandemi Covid-19 juga mendorong perusahaan untuk berekspansi lagi.
Hingga Selasa (19/7/2022), dana yang berhasil dihimpun oleh 26 perusahaan dari penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 19,2 triliun. Setelah ini masih ada 30-an perusahaan yang bersiap untuk masuk bursa.
”Tren positif di pasar modal telah diutilisasi oleh para pemangku kepentingan pasar modal, termasuk para pemilik perusahaan, untuk mendapatkan pendanaan sesuai kebutuhan dan strategi internal perusahaan masing-masing,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, Jumat (22/7/2022).
Yetna menambahkan, berdasarkan data BEI, beberapa indikator pasar modal, seperti minat perusahaan yang akan menggalang dana publik melalui bursa dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menunjukkan pertumbuhan positif.
Selain itu, inisiatif yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI untuk meningkatkan jumlah perusahaan yang masuk bursa serta melindungi investor juga merupakan faktor positif. OJK menerbitkan aturan mengenai penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel. Aturan ini mengakomodasi para pendiri perusahaan teknologi.
BEI juga akan mengeluarkan aturan yang diharapkan dapat mengakomodasi perusahaan dengan karakteristik baru yang nilainya tidak terbatas pada net tangible asset (NTA). ”Bisa dari NTA, laba, pendapatan, kapitalisasi pasar, dan atau arus kas. Selain itu, Bursa Efek Indonesia juga akan melakukan pembaruan Peraturan Bursa Nomor I-V terkait Pencatatan di Papan Akselerasi dan diharapkan dapat lebih mengakomodasi kebutuhan stakeholder,” kata Yetna.
Menurut dia, peraturan itu masih berupa konsep dan saat ini masih dalam tahap pembahasan. Selain itu, Bursa Efek Indonesia juga akan mengembangkan implementasi IDX Industrial Classification lebih lanjut terkait perlindungan investor.
Mobil listrik
Salah satu perusahaan yang akan masuk bursa adalah PT VKTR Teknologi Mobilitas. VKTR merupakan anak usaha dari PT Bakrie & Brothers Tbk. Direktur Utama dan CEO Bakrie & Brothers Anindya Bakrie dalam keterangan tertulis menyebutkan, VKTR akan masuk bursa pada akhir tahun 2022. VKTR merupakan perusahaan yang mengembangkan mobil listrik.
”Dengan langkah ini, valuasi VKTR diharapkan bisa tumbuh pesat dan pengembangan perusahaan ini menjadi terbuka lebih luas lagi,” kata Anindya. VKTR akan makin fokus dengan proyek elektrifikasi transportasi dengan mengembangkan bus listrik untuk transportasi publik.
Saat ini VKTR sedang bekerja sama dengan banyak pihak untuk membangun sistem industri elektrifikasi yang lengkap dan kuat dari hulu ke hilir. Selain dengan BYD Auto dan Tri Sakti yang merupakan perusahaan karoseri lokal, VKTR juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi Equipmake dan produsen baterai ramah lingkungan Britishvolt, keduanya dari Inggris. Sebelumnya, pada awal tahun ini sudah ada 30 unit bus listrik dari BYD-VKTR yang menjadi armada Transjakarta.