Integrasi LRT Jabodebek Buka Akses 310 Kawasan Permukiman dan Komersial
Pengoperasian kereta ringan Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (LRT Jabodebek) dengan lintasan sepanjang 44,43 kilometer diharapkan menambah akses 310 permukiman di kawasan itu ke transportasi umum.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tak lama lagi moda transportasi kereta ringan atau light rail transit/LRT di Indonesia, diberi nama Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi atau LRT Jabodebek sepanjang 44,43 kilometer, akan beroperasi. Integrasi LRT yang melintasi 18 stasiun itu seharusnya mampu membuka akses menuju 310 permukiman dan komersial di kawasan tersebut.
Berdasarkan studi potensi jaringan angkutan umum dan integrasi moda transportasi kawasan di sekitar koridor LRT Jabodebek (2020) yang dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, potensi kawasan permukiman dan komersial di sekitar stasiun memiliki radius rata-rata kurang dari 5 kilometer. Terbukanya akses ke transportasi umum itu berpotensi membantu mobilitas masyarakat sekaligus mendorong perekonomian.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno di Jakarta, Jumat (22/7/2022), mengatakan, sebagai sebuah angkutan massal, pelayanan LRT Jabodebek tidak bisa bersifat tunggal, tetapi harus terintegrasi dari hulu hingga hilir serta pra-perjalanan, selama perjalanan, dan pascaperjalanan.
Berdasarkan data PT KAI, LRT lintas Cawang-Harjamukti sepanjang 14,89 kilometer (km) terdiri atas empat stasiun, yakni Stasiun Harjamukti, Ciracas, Kampung Rambutan, dan TMII. Secara total, keempat stasiun itu membuka akses bagi 87 kawasan permukiman dan komersial.
Sementara lintas Cawang-Jatimulya yang memiliki panjang 11,05 km terdiri atas tujuh stasiun, yaitu Stasiun Ciliwung, Cikoko, Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, dan Dukuh Atas. Tujuh stasiun ini menjadi akses bagi 82 kawasan permukiman dan komersial.
Adapun lintas Cawang-Dukuh Atas (18,49 Km) memiliki tujuh stasiun, yaitu Stasiun Cawang, Halim, Jatibening, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat, dan Jatimulya. Keberadaan lintasan ini membuka akses 141 kawasan permukiman dan komersial. Sementara angkutan umum yang melayani saat ini sekitar 203 trayek. Ini tersebar di seluruh lintasan stasiun LRT Jabodebek
Menurut Djoko, berdasarkan rencana induk PT KAI, tahap pembangunan LRT berikutnya adalah lintas menuju Kota Bogor sejauh 30,7 km. Lintasan ini memiliki enam stasiun, yaitu Stasiun Gunung Putri, Cibinong, Sentul, Sentul City, Bogor Raya, dan Baranangsiang.
Untuk sementara, kata Djoko, sebagian warga Bogor dan sekitarnya dapat menikmati layanan LRT Jabodebek dengan menyambungkan layanan bus dari Terminal Baranangsiang ke Stasiun Harjamukti sejauh 30,7 km melalui jalan tol. ”Untuk memperlancar perjalanan, tentu penumpang perlu disediakan jalur khusus di jalan tol supaya kendaraan lain tidak merasa terganggu. Warga Bogor dan sekitarnya bakal memiliki pilihan, selain KRL, ada juga LRT,” ujarnya.
Penduduk di kawasan-kawasan perumahan itu merupakan potensi pengguna LRT Jabodebek. Oleh sebab itu, semua kawasan itu diharapkan memiliki akses ke stasiun LRT terdekat, baik dengan fasilitas transportasi umum, fasilitas jalur pejalan kaki, jembatan penyeberangan orang, jembatan layang, fasilitas jalur sepeda, dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. ”Integrasi fisik dan pembayaran akan sangat memperlancar pengguna LRT,” kata Djoko.
Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian (Maska) Hermanto Dwiatmoko, pada peluncuran buku Kelaikan Fasilitas Operasi Kereta Api di Jakarta, Jumat (22/7/2022), mengatakan, semakin tinggi teknologi yang digunakan, kelaikan kereta api harus betul-betul menjadi prioritas, terutama bagi keselamatan semua penumpang.
”Yang dimaksudkan kelaikan, dalam bahasa Inggris disebut worthiness, ini menyingkapkan kualitas cukup baik dan memiliki kesesuaian dengan aturan. Artinya, layak operasi dan dapat dioperasikan dengan baik sesuai aturannya,” kata Hermanto.
Kelaikan operasi yang dimaksud, pertama, adalah sesuai dengan spesifikasi teknis. Kemudian lulus uji pertama dan berkala, perawatan dan pemeriksaan sesuai dengan prosedur serta dioperasikan sesuai prosedur. Artinya, kata Hermanto, kereta api itu sudah dioperasikan, diuji, dan dirawat, serta diperiksa dan diaudit oleh sumber daya manusia yang kompeten. Banyak urutannya untuk menentukan suatu sarana dan prasarana dinyatakan laik.
Hermanto mengatakan, setiap sarana dan prasarana perkeretaapian wajib memenuhi persyaratan teknis dan kelaikan operasi. Penyelenggara wajib merawat saran dan prasarana. Sebab, apabila tidak dapat memenuhi standar kelaikan, ada sanksi hukum dalam penyelenggaraan kereta api.
Direktur Pemasaran dan Penjualan Len Railway System (LRS) Agung Suryantoro mengatakan, banyak perkembangan teknologi perkeretapian. Sistem sinyal yang merupakan bagian utama dari fasilitas operasi kereta api, misalnya, sudah digunakan di Inggris sejak tahun 1825.
Pada tahun 2013, kata Agung, MRT pertama Indonesia mulai dibangun di Jakarta. Boleh dibilang, MRT Jakarta ini menjadi tonggak awal dalam implementasi teknologi kontrol kereta api. Ini menjadi titik awal dimulainya kereta api perkotaan atau urban transport.
Agung menambahkan, pada 2015, LRT pertama Indonesia mulai dibangun di Palembang, Sumatera Selatan. LRS dilibatkan untuk membangun sistem persinyalan kereta api. Baru pada 2017, LRS menerapkan automated people mover system (APMS) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Proyek APMS ini menggunakan produk buatan LRS sendiri.
LRS merupakan anak perusahaan PT Len Industry, BUMN yang mengembangkan teknologi sistem transportasi, pertahanan, energi terbarukan, dan ICT-Navigation. Sementara bisnis bidang perkeretaapian yang merupakan bagian dari teknologi sistem transportasi dikerjakan oleh LRS.
Agung menuturkan, LRS juga menjalankan bisnis operasi dan perawatan dengan melibatkan anak perusahaannya, yakni PT Len Rekaprima Semesta, misalnya operasional dan perawatan kereta layang (sky train) di Bandara Soekarno-Hatta. ”Dengan teknologi tinggi, pengalaman sudah menunjukkan bahwa kita pun mampu memanfaatkan tingkat kandungan dalam negeri untuk bahan baku perkeretapian di atas 40 persen,” ujar Agung.