Pembangunan Ibu Kota Nusantara terus meminta masukan, terutama menyangkut sistem transportasi yang cerdas. Berbagai peluang sangat terbuka, tetapi partisipasi publik sangat diutamakan.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN terus meminta masukan, terutama menyangkut sistem transportasi yang cerdas. Berbagai peluang sangat terbuka, tetapi partisipasi publik sangat diutamakan dalam membangun ibu kota yang baru ini agar menjadi kota acuan seluruh dunia.
Kepala Otorita IKN Bambang Soesantono selaku pembicara kunci dalam webinar Intelligent Transportation System (ITS) Indonesia bertajuk ”Merancang Transortasi Cerdas di Ibu Kota Nusantara”, Kamis (14/7/2022), mengatakan, ”Membangun IKN bukan hanya memindahkan pusat pemerintahan, melainkan, seperti disampaikan Presiden Jokowi, kita ingin membangun kota berkelas dunia yang dapat menjadi acuan. Tidak hanya bagi kota-kota di Indonesia, tetapi juga bagi negara-negara lain di dunia.”
Untuk itu, pembangunan IKN sebagai kota yang akan dihuni oleh 1,7 juta jiwa hingga 1,9 juta jiwa pada 2045 ini akan dibagi dalam beberapa tahapan, di antaranya tahun 2024, 2035, dan 2045 saat Indonesia merayakan Indonesia Emas atau 100 tahun Indonesia merdeka.
Setelah 2045, Bambang menyebutkan, IKN dimantapkan sebagai superhub ekonomi yang mampu mengelola ekonomi Indonesia menjadi negara maju dengan distribusi ekonomi yang lebih merata. Luas IKN saja mencapai 56.000 hektar, dengan total luas pengembangannya 256.000 hektar.
Dari luasan itu, sebesar 65 persen akan dirancang menjadi hutan tropis dan hanya 25 persen dari total area yang akan dibangun. Ini berarti IKN mempunyai potensi sebagai kota dengan emisi karbon netral karena hutan tropis akan menjadi penarik emisi karbon dengan sangat besar potensinya.
Bambang mengungkapkan, karakteristik IKN diharapkan dapat mewujudkan lima kata kunci, yaitu hijau (green), inklusif, cerdas, tangguh, dan keberlanjutan. Untuk itu, pentinglah partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan IKN. Kemudian, pembangunan IKN juga perlu menyiratkan investment (investasi), knowledge (pengetahuan), dan network (jejaring).
”Investasi atau pendanaan memang penting, tetapi (investasi) bukanlah segalanya. Kita juga membutuhkan pengetahuan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan dan pengelolaan kota,” tutur Bambang.
Karena itu, lanjut Bambang, jejaring dengan institusi yang memiliki pengetahuan dan pendanaan menjadi hal yang sangat penting. Di sinilah, ITS Indonesia diharapkan dapat berkiprah lebih besar dalam pembangunan IKN.
Vice President of Standardization and Monitoring, Evaluation ITS Indonesia Resdiansyah mengatakan, ”Tugas saya saat ini memang menstandardisasi seluruh implementasi transportasi cerdas di Indonesia, termasuk membantu beberapa kementerian merancang transportasi cerdas di IKN.”
Resdiansyah menunjukkan cetak biru desain besar ITS Indonesia khusus kawasan inti pusat pemerintahan IKN. Desain besar ini dirancang ITS Indonesia bersama Kementerian Perhubungan yang dapat dijadikan tulang punggung untuk menciptakan transportasi cerdas.
IKN ini dibangun dari nol sehingga akan dirasakan penuh tantangan. Banyak komponen dalam master plan pembangunan IKN. Namun, sistem transportasi cerdas memang perlu terus dipertajam. Di Indonesia, rancangan ITS dipandang tergolong baru karena ITS di Indonesia sudah berjalan dalam beberapa fase, tetapi tidak dimulai dengan sebuah rencana induk sehingga baru tahun 2019 dirancang untuk wilayah Jabodetabek.
”Seperti apa IKN di tahun 2024? Dan, bagaimana pula IKN pada tahun 2030 dan seterusnya pada tahun 2045? Kita membuat teknologi untuk masyarakat kita. Tidak semua teknologi dalam transportasi cerdas bisa diadopsi 100 persen di IKN. Kita akan berusaha menstandarisasikan dan memaksimalkan customer value di dalam ITS di IKN ini,” papar Resdiansyah.
Menurut dia, tantangan juga tidak mudah. Kondisi geografis IKN berpotensi terjadinya hambatan dalam perencanaan infrastruktur. Memang, tantangan yang sangat serius terutama adalah sumber daya manusia.
”Yang paling penting adalah budaya mengemudi dan perjalanan di Indonesia menjadi fokus. Tidak hanya smart mobility, tidak pula hanya smart urban, tetapi salah satu faktor tantangannya adalah (membangun) smart society. Kadang perencanaan sudah sangat baik, ternyata implementasinya mempunyai tantangan luar biasa,” kata Resdiansyah.
Wicaksono Sarosa dari Tim Transisi Pendukung Persiapan, Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara mengatakan, salah satu kebijakan perkotaan adalah menjustifikasi munculnya kebutuhan akan ibu kota di luar Pulau Jawa. Selama ini, semua terpusat di Pulau Jawa sehingga membuat konsentrasi dan kemanfaatan urbanisasi menjadi lebih merata dan besar adalah pekerjaan besar bangsa ini dengan memindahkan ibu kota ke luar Jawa.
”Ini tantangan luar biasa. IKN dibangun menjadi kota untuk semua orang, bisa mengakses dan mendapatkan manfaat dari keuntungan yang ditimbulkan dari IKN ini,” kata Wicaksono.
Indikator performa IKN
Wicaksono memaparkan delapan prinsip sebagai kunci indikator performa IKN, yakni keselarasan dengan alam; mewujudkan kebinekaan kota; terhubung, aktif dan mudah diakses sebagai patokan; rendah emisi karbon; ekonomi sirkular dan berketahanan; aman dan terjangkau; nyaman dan efisien melalui teknologi; dan memberi peluang ekonomi untuk semua.
”Tentunya, semua ini terkait dengan transportasi untuk semua orang,” ujar Wicaksono.
Department Head of Strategy ITS Indonesia yang juga Direktur Grab Indonesia Tyas Apsari Widyastuti mengatakan, Grab secara perusahaan mendorong kemajuan Asia Tenggara melalui pengembangan teknologi. Secara keseluruhan, Grab sudah beroperasi di delapan negara di Asia Tenggara dan lebih dari 400 kota.
”Grab pun sudah hadir di daerah Sepaku, Penajam Paser Utara, wilayah yang nantinya akan menjadi IKN. Kalau kita mau mengembangkan sebuah kota, pastinya penduduk kota tersebut akan membutuhkan fasilitas yang dapat mendukung kehidupannya sehari-hari,” ujar Tyas.
Terkait dengan IKN, Tyas menyebutkan, selama ini Grab juga memiliki impian untuk membantu dan memanfaatkan teknologi untuk kebaikan. Salah satunya yang disebut langkah hijau, yaitu cara meninggalkan ”jejak” kebaikan buat bumi.
Setidaknya, imbuh Tyas, langkah konkret yang dilakukan oleh Grab adalah mengurangi emisi, menanam pohon, dan langkah daur ulang. Pengurangan emisi diwujudkan dengan penggunaan sepeda motor listrik. Kemudian, penanaman pohon ditempuh sebagai wujud mengurangi emisi karbon. Berikutnya adalah langkah daur ulang sampah plastik.
Direktur Operasional dan Keselamatan PT Transportasi Jakarta Yoga Adiwinarto lebih memberikan berbagai rambu-rambu dalam merancang sistem transportasi cerdas berdasarkan pelajaran dan pengalaman penataan bus Transjakarta. Mobilitas cerdas melalui kehadiran kendaraan listrik yang akan menjadi fasilitas transportasi di IKN sudah menjadi satu kesatuan.
Menurut Yoga, IKN sebagai ibu kota baru haruslah menjadi kota yang terdepan. Memang, karena saat ini Jakarta masih menjadi ibu kota negara, kehadiran kendaraan listrik dipromosikan di kota ini.
Yoga tak menampik bahwa suksesnya sebuah program penyediaan sarana transportasi, seperti kendaraan listrik, adalah komitmen sebagai dasarnya. Karena itu, pentingnya komitmen dan strategi menjadi kunci utama. Ini mungkin terdengar klise.
”Komitmen Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan, pertama-tama, adalah hanya mengadakan bus bebas emisi mulai tahun 2025. Sebagai BUMD, kami pun menjaga komitmen ini. Kedua, memastikan sebagian besar wilayah kota Jakarta bebas emisi pada tahun 2030,” ujar Yoga.
Karena itu, lanjut Yoga, seperti halnya DKI Jakarta, komitmen sudah berupa kebijakan. Kebijakan-kebijakan inilah yang harus dituangkan menjadi strategi dan peta jalannya, termasuk dalam merancang sistem transportasi cerdas di IKN. Tidak sekadar maunya penguasa.
Dicontohkan, komitmen Pemerintah DKI Jakarta adalah tahun 2030, sebesar 100 persen Transjakarta sudah menggunakan armada bus listrik. Langkah ini dilakukan secara bertahap, setidaknya tahun 2025, komitmennya adalah penggunaan bus listrik sebesar 50 persen.
Hingga Maret 2022, kata Yoga, Transjakarta sudah mengoperasikan bus listrik sebanyak 30 unit. Totalnya, jumlah bus listrik yang ditargetkan sebanyak 10.047 unit pada tahun 2030.