Pedagang, warung makan, dan konsumen di sejumlah daerah mengeluhkan lonjakan harga beberapa bahan pokok. Mereka berharap harga bahan pokok bisa dikendalikan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, AGNES SWETTA PANDIA, YOLA SASTRA, KRISTIAN OKA PRASETYADI, DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO, FIKRI ASHRI, WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Harga sejumlah bahan pokok dan bahan pangan, seperti bawang merah dan cabai, terus meroket. Kenaikan harga komoditas-komoditas itu menyebabkan tergerusnya daya beli masyarakat.
Di Surabaya, Jawa Timur, harga bawang merah pada Minggu (10/7/2022) menyentuh Rp 70.000 per kilogram (kg). Harga semahal itu, menurut para pedagang di pasar-pasar tradisional di Surabaya, bisa dibilang baru kali ini terjadi.
”Memang hampir setiap tahun harga bawang merah naik, tetapi paling mahal Rp 30.000 per kg,” kata Kasmo (55), pedagang bawang di wilayah Rungkut, kemarin.
Berdasarkan pantauan di Pasar Surya, Kota Surabaya, harga bahan pokok pada sepekan terakhir mengalami banyak perubahan. Selepas Idul Fitri, hampir semua komoditas pangan terus melambung.
”Harga cabai dan bawang merah benar-benar bikin nangis,” ujar Evie (40), pengusaha kuliner yang memproduksi berbagai macam sambal.
Tingginya harga bahan pokok membuat para pedagang makanan di Kota Cirebon dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terpaksa mengurangi pembelian. Mereka mengganti bahan masakan hingga menaikkan harga demi bertahan di tengah gejolak harga pangan.
Sami (44), pedagang warung makan di Jalan Perjuangan, Cirebon, misalnya, memilih menggunakan cabai kering karena harga cabai merah dan cabai rawit melambung. ”Sejak cabai mahal, saya pakai cabai kering. Kalau tidak, bisa rugi. Warung lain juga pakai cabai kering,” ujarnya.
Pedagang dan warga di Kota Padang, Sumatera Barat, mengeluhkan pula tingginya harga cabai merah dan bawang merah sekitar sebulan terakhir. Pemerintah diminta mengendalikan harga komoditas tersebut agar kembali stabil dan normal.
Pantauan di Pasar Raya Padang, Jumat (8/7), harga cabai merah Rp 104.000-Rp 120.000 per kg. Sementara harga bawang merah berkisar Rp 50.000-Rp 55.000 per kg.
Nasril (50), pedagang di Jalan Pasar Baru, Pasar Raya Padang, mengatakan, harga cabai merah sangat berfluktuasi. Pada Jumat pagi, ia menjual stok cabai seharga Rp 90.000 per kg. Dua jam kemudian, ia menjual stok baru Rp 100.000 per kg, lalu naik menjadi Rp 110.000 per kg, dan Rp 120.000 per kg pada Jumat siang.
Ia melanjutkan, tingginya harga komoditas itu berdampak buruk terhadap pedagang. Daya beli masyarakat berkurang dan angka penjualan cabai serta bawang menurun sekitar 30 persen dibandingkan dengan kondisi normal.
”Kami sangat membutuhkan bantuan pemerintah dalam mengendalikannya agar harga barang tak terlalu mahal. Biaya rumah tangga bertambah, sedangkan gajinya segitu saja,” katanya.
Zahara (55), warga Kecamatan Nanggalo, Padang, menyebutkan, kenaikan harga bahan pokok membuat pusing. Ia harus memutar otak dalam mengatur biaya belanja rumah tangga. Di rumahnya, cabai merah harus ada. ”Suami saya tidak makan kalau tak ada cabai,” katanya.
Untuk mengatasi tingginya harga, Zahara mengurangi pembelian cabai dan bawang. Biasanya ia membeli cabai merah satu kilogram. Kini ia hanya membelinya setengah atau seperempat kilogram.
”Pusing mengatur keuangan rumah tangga. Belum lagi kami harus memikirkan sayur, beras, minyak, gas,” ucapnya.
Tingginya harga komoditas berdampak buruk terhadap pedagang. Daya beli masyarakat berkurang dan angka penjualan cabai serta bawang menurun sekitar 30 persen dibandingkan dengan kondisi normal.
Yanti (47), pedagang nasi di Kecamatan Padang Timur, mengatakan, margin keuntungannya semakin tipis sejak harga cabai merah, bawang merah, dan bahan pokok lain naik sebulan terakhir.
”Harga nasi tidak bisa dinaikkan karena nanti pelanggan pergi. Jadi, sekarang, ditahan- tahan saja dulu. Harga tidak naik, porsinya juga tidak dikurangi. Margin keuntungan tipis,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah bisa menurunkan harga bahan pokok tersebut. Jika kondisi berlarut-larut, usahanya semakin susah.
Operasi pasar
Kepala Dinas Pangan Sumatera Barat Efendi mengatakan, dinas melakukan operasi pasar setiap Senin-Sabtu untuk mengendalikan harga bahan pokok, termasuk cabai merah dan bawang merah. Operasi pasar dilakukan di toko tani milik dinas ataupun dengan mobil keliling ke 19 kabupaten/kota secara bergiliran.
”Kami menjual dan menyediakan sembako murah untuk mengendalikan harga, termasuk cabai merah dan bawang merah. Misalnya, cabai merah kemarin dijual Rp 80.000 per kg,” ucap Efendi.
Di Kalimantan dan Sulawesi, harga bahan pokok juga melambung. Berdasarkan pantauan Kompas di Pasar Besar Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga, antara lain bawang merah, daging sapi, ayam pedaging, dan cabai merah.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Leonard S Ampung menyebutkan, terjadi kenaikan signifikan harga beberapa komoditas pokok di Kota Palangkaraya dan beberapa kota lain. Pemerintah daerah, lanjutnya, telah menggelar pasar murah dan pasar penyeimbang untuk menetralkan harga.
Di Manado, Sulawesi Utara, harga cabai rawit dan bawang merah naik ke angka Rp 100.000 per kg pada hari raya Idul Adha, Minggu. Meski demikian, pedagang di Manado memprediksi harga akan kembali turun setelah Idul Adha.
Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Jumat (8/7), kenaikan harga cabai yang terjadi sejak awal Juni 2022, antara lain, disebabkan produktivitas yang menurun sebagai dampak cuaca ekstrem. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan April-Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan April-Mei 2021. Hal tersebut juga memicu peningkatan penyakit.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengerahkan jajarannya untuk memonitor kondisi tanaman cabai di lapangan. Selain itu, dilakukan upaya-upaya untuk meredam gejolak harga agar tidak berkepanjangan.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya menuturkan, kenaikan harga terjadi juga karena menjelang hari raya Idul Adha.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B Hirawan, Minggu, mengatakan, produksi dan distribusi menjadi dua isu yang selalu membayangi pemenuhan kebutuhan pangan nasional.
”Badan Pangan Nasional harus segera menyelesaikan fase konsolidasi dengan kementerian terkait. Hal itu diperlukan agar mereka bisa segera menjalankan fungsinya,” ujar Fajar.