Masih ada pelaku industri rintisan bidang teknologi atau ”start up" memiliki cukup pendanaan untuk berekspansi dan memburu talenta yang punya keahlian tinggi.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Eksekutif start up Indonesia berbicara mengenai masa depan start up Indonesia dalam acara Ngeteh Sore Bersama Kompas di Menara Kompas, Jakarta, Selasa (21/1/2020). Narasumber dalam acara tersebut CEP DailySocial.id Rama Mamuaya, Co-founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison, dan CEO Telkomsel Mitra Inovasi Andi Kristianto (kiri ke kanan).
JAKARTA, KOMPAS — Terlepas dari fenomena pengurangan karyawan di lingkup sejumlah perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up, masih ada pelaku industri teknologi yang mencari talenta baru. Kompetensi dan keahlian pekerja yang mereka buru semakin tinggi dan spesifik.
”Kebanyakan klien start up kami telah mengantongi penyertaan investasi minimal seri B dan di antaranya bergerak di sektor teknologi finansial (tekfin). Mereka masih aktif melakukan rekrutmen untuk level manajer ke atas. Peluang pertumbuhan bisnis tekfin di Indonesia masih besar,” kata Managing Director PT Headhunter Indonesia Haryo Utomo Suryomarto saat dihubungi, Senin (11/7/2022), di Jakarta.
Selain start up tekfin, kata Haryo, start up sektor perdagangan secara elektronik atau e-dagang juga ada yang membuka perekrutan karyawan baru untuk level manajer ke atas. Perekrutan ini bertujuan ekspansi. Sebab, jumlah start up yang berkecimpung di bidang e-dagang terbilang banyak, yang artinya mereka harus saling berebut untung.
Terkait keahlian yang diminta, Haryo menyebutkan, beberapa yang semakin laku, misalnya pengembang aplikasi sistem operasi Android, iOS, dan desainer UI/UX (user interface/user experience). Fundamental model bisnis mereka pun bagus. Dengan kata lain, mereka memiliki strategi bisnis yang berkelanjutan.
”Karyawan yang menjadi sasaran pengurangan start up, tetap diburu oleh start up lainnya. Apalagi, si bersangkutan punya keahlian yang memadai dan lay off bukan kesalahan mereka. Talenta seperti itu masuk ke dalam incaran kami untuk kami tawarkan ke klien start up yang membutuhkan dan negosiasi gaji relatif mudah,” ujar Haryo.
Direktur Michael Page Indonesia Imeiniar Chandra saat dihubungi terpisah mengatakan, perekrutan baru di lingkup industri start up tetap terjadi, tetapi selektif. Michael Page Indonesia membantu perekrutannya, di antaranya terkait keahlian di bidang hukum, hard skill di bidang teknologi digital, dan manajemen sumber daya manusia.
Semakin tinggi dan spesifik kualifikasi keahlian yang dicari oleh start up, semakin kurang suplai di pasar tenaga kerja. ”Kami fokus membantu perekrutan untuk level karir manajer ke atas. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kami merasa pasar tenaga kerja Indonesia selalu kekurangan suplai pekerja yang punya kompeten/ahli,” ucap Chandra.
Adapun di JobStreet Indonesia yang menjadi tempat berkumpulnya lowongan pekerjaan dari seluruh jenjang di berbagai latar belakang industri, menurut Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri Hertoto, lowongan pekerjaan baru dari start up masih ada. Lowongan ini untuk kebutuhan pengembangan bisnis perusahaan. Sementara lowongan dengan spesialisasi yang paling banyak diiklankan di JobStreet adalah penjualan dan pemasaran dengan angka 50.100 iklan lowongan kerja sepanjang tahun 2021, meningkat dari 38.500 iklan pada 2020.
ALIF ICHWAN
Pencari kerja mencari informasi dan selanjutnya mengisi berkas dokumen lamaran kerja untuk diserahkan ke panitia penerima kerja. Ribuan pencari kerja memenuhi lantai satu perbelanjaan Blok M Square, Jakarta, Selasa (19/11/2019).
Sementara itu, Senior Vice President Talent PT Bukalapak.com Tbk Suryo Sasono menambahkan, pihaknya tetap berkomitmen berinvestasi dan terus merekrut tenaga kerja, baik berasal dari Indonesia maupun global. Bukalapak juga membuat beberapa program untuk merealisasikan komitmen itu, di antaranya adalah BUKA Acceleration Program. Program ini bertujuan untuk merekrut mahasiswa tingkat akhir dan baru lulus untuk ditempatkan di bidang manajemen produk dan rekayasa perangkat lunak.
”Di dua bidang itu, kami menginginkan agar suplai talentanya berkesinambungan, terutama untuk kebutuhan internal Bukalapak,” ujar Suryo.
Managing Partner at Ideosource Venture Capital Edward Ismawan Chamdani saat dikonfirmasi mengatakan, naik-turun bisnis di ekosistem start up sudah sering terjadi sejak awal tahun 2000. Ekosistem ini penuh dengan pergantian strategi dan pengembangan.
Di kalangan start up bahkan pernah berkembang konsep ”gagal cepat, sukses lebih cepat”. Rata-rata start up berupaya melakukan inisiatif yang diharapkan disruptif, tetapi sering kali belum tentu berhasil.
”Jadi, tidak heran banyak berita pengurangan tenaga kerja belakangan. Namun, di sisi lain, kami optimistis masih ada rekrutmen baru yang secara khusus meminta skill set tertentu,” ucap Edward.
Sementara itu, Head of Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda saat dihubungi terpisah berpendapat, salah satu imbas ketidakpastian kondisi makroekonomi global adalah keterbatasan likuiditas yang memengaruhi potensi pengurangan pendanaan kepada start up. Bagi start up yang masih mampu melakukan perekrutan talenta baru, ini karena mereka dinilai tetap memperoleh pendanaan.
”Bagi start up yang masih mendapatkan pendanaan, dia hendaknya menggunakan pendanaan itu untuk strategi bisnis yang lebih berkelanjutan. Jangan sampai memperbesar skala usaha, tetapi ongkos yang dikeluarkan terlalu besar untuk pengeluaran operasional. Fokus investasi saja di inovasi teknologi,Head of Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance,” ujar Nailul.