Usaha kecil dan menengah yang nyaris terpuruk di masa pandemi mencari peluang usaha baru untuk bertahan. Sejumlah pelaku usaha memutar otak untuk mencari jalan keluar. Mereka terbukti bisa.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 membawa perubahan drastis tidak hanya pada gaya hidup masyarakat, tetapi juga cara berbisnis para pelaku usaha. Di masa-masa transisi, banyak usaha rintisan (start up) mengalami kontraksi dan sulit bertahan. Namun, tak sedikit pula yang menemukan peluang baru dan bangkit di tengah kesulitan.
Dagingmania.id, usaha olahan daging yang berdiri di masa pandemi Covid-19 pada 2020, misalnya, berangkat dari kesulitan memasarkan daging. Pendiri Dagingmania.id, Adhitya Farkhaan, menyatakan, usaha penjualan daging milik kakaknya sempat merosot di awal pandemi. Di tengah kesulitan itu, ia dan kakaknya berupaya mencari konsep bisnis baru agar usaha pemasaran daging mampu bertahan.
Dari dapur rumah tinggalnya, muncul ide untuk memasarkan daging olahan marinasi. Resep marinasi diracik sendiri dengan menggunakan rempah asal mediterania, yakni rosemary, dan dipadukan dengan beberapa rempah lokal Indonesia, seperti lada hitam.
Ada tiga produk marinasi yang diciptakan, yakni saikoro, daging has dalam (tenderloin), dan daging has luar (sirloin). Daging sapi yang digunakan bersumber dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, serta impor dari Australia. Saat dirintis, pemasaran daging marinasi itu hanya menggunakan media sosial dengan aplikasi Whatsapp. Secara bertahap, pemasaran dilakukan melalui lokapasar, antara lain Tokopedia, Shopee, Traveloka, dan Gojek.
Produk marinasi daging olahan kini menjadi andalan dagingmania.id dengan pemasaran mencapai 50 kilogram (kg) per minggu. Pelanggannya dari yang semula didominasi ibu-ibu rumah tangga kini meluas ke kalangan anak muda yang semakin minat dengan urusan memasak. ”Targetnya, produk daging marinasi yang sampai ke konsumen sudah siap masak tanpa khawatir risiko gagal,” ujar Adhitya.
Persoalan lain yang dia hadapi adalah jangkauan pasar yang masih terbatas karena lokasi usaha di Tangerang Selatan tidak bisa menjangkau wilayah utara Jakarta dan Bekasi. Proses pengiriman daging yang memakan waktu lebih dari 12 jam dikhawatirkan mengurangi mutu dan cita rasa. Adhitya dan kakaknya memutuskan ikut kompetisi KoinWorks Neo Inspirasi guna mengumpulkan modal untuk ekspansi bisnis.
”Harapan kami dengan tambahan modal bisa menambah suplai dan lokasi penjemputan ke wilayah Jakarta dan Jawa Tengah,” ujar Adithya yang memenangi kompetisi KoinWorks Neo Inspirasi untuk kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Senada dengan hal itu, CEO Dhara Studio, Roro Widi Astuti, menemukan ide baru di tengah kesulitan bisnis studio yoga pada masa pandemi. Usaha studio yoga ”The Good Prana” yang dia dirikan tahun 2018 itu fokus pada olahraga yoga. Namun, selama pandemi, usaha itu mengalami kesulitan karena pembatasan sosial dan perubahan perilaku masyarakat. Ada perubahan yang mendasar. Jika sebelum pandemi pelanggan mau pergi ke studio yoga untuk berolahraga, sejak pandemi sebagian besar aktivitas dilakukan secara daring.
Konsep usaha diubah dengan fokus lebih pada pelatihan kesehatan dan kebugaran perempuan yang sebelum pandemi dinilai cukup banyak peminat. Nama studio diubah dari The Good Prana menjadi Dhara Studio. Beberapa layanannya, antara lain, olahraga prenatal, pasca-kelahiran, kelas edukasi kesehatan untuk keluarga, hingga konsultasi psikologi bagi ibu-ibu yang mengalami kecenderungan depresi pasca-melahirkan.
”Pandemi berdampak cukup berat, tetapi kami ingin menggerakkan bisnis yang memiliki value yang baik dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Kami melakukan revisi bisnis dengan target ibu yang hamil dan setelah melahirkan. Konsep studio olahraga diperkuat dengan wellness,” kata Roro yang menjadi pemenang KoinWorks Neo Inspire Competition untuk kategori womenpreneur.
Roro menambahkan, layanan kebugaran pasca-kelahiran belum banyak digarap, terutama di kota-kota kecil. Ia berharap layanan ini dapat mengubah pola perilaku perempuan agar semakin peduli dengan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan.
Ajang KoinWorks Neo Inspire Competition yang diikuti hampir 9.000 peserta yang terdiri dari beberapa kategori lomba, antara lain UMKM, pengusaha perempuan (womenpreuner), usaha rintisan, dan kreator konten.
Chief Strategy Officer KoinWorks Ethan Zhang mengemukakan, KoinWorks Neo Inspirasi diyakini membantu UMKM dan sektor terkait untuk pengelolaan yang lebih baik dalam hal keuangan serta pengelolaan bisnis dengan cara yang lebih cerdas dan efisien. ”Kompetisi ini juga diharapkan membantu UMKM untuk belajar mengelola bisnis, memaksimalkan potensi dan pengembangan bisnis,” ujarnya.
Ia menambahkan, ajang kompetisi dengan total hadiah Rp 2 miliar itu diharapkan mendorong inovasi bagi UMKM, menghasilkan kreasi dan mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia sebagai tulang punggung ekonomi.
CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono mengemukakan, tidak semua UMKM membutuhkan pendanaan untuk ekspansi bisnis. Namun, UMKM yang mendapatkan pendanaan dilatih dan dibimbing agar mampu mengelola bisnis lebih efisien.
Salah satu tantangan pelaku UMKM adalah mengembangkan ide orisinal agar naik kelas. Hasil survei KoinWorks memperlihatkan, sebagian UMKM belum memiliki ambisi untuk tumbuh lebih besar lagi sehingga tidak mendorong diferensiasi produk dan merek di pasar. Ajang KoinWorks Neo Inspirasi diharapkan memberikan inspirasi kepada pelaku UMKM untuk melakukan bisnis yang unik dan relevan terhadap target pasar.
”UMKM perlu fokus pada sesuatu yang menjadi keunggulan mereka sehingga ada diferensiasi produk. Ke depan, perlu semakin banyak inovasi dari UMKM untuk bisa naik kelas,” ujar Benedicto.