Mencecap ”Rasa” Lompat Pulau Sorong
Melalui Program Pengembangan Masyarakat, perusahaan di sektor minyak dan gas bumi (migas) tak sekadar melaksanakan kegiatan di wilayah kerja, tetapi juga memberi dampak dan sumbangsih agar masyarakat setempat berdaya.
Tak dimungkiri, keindahan gugusan pulau di Raja Ampat, Kabupaten Raja Ampat, menjadi daya tarik utama wisata di Papua Barat. Sebagai gerbang di Papua Barat, Kota dan Kabupaten Sorong berupaya membangun daya tariknya sendiri agar tak sekadar jadi titik transit.
Kolaborasi pemangku kepentingan, termasuk pelaku usaha di sektor minyak dan gas atau migas, dengan warga, menjadi ikhtiar mengangkat potensi Sorong.
Belasan perahu bermesin atau biasa disebut long boat berjajar menghadap dermaga SAR, persis di sebelah barat Pelabuhan Kontainer, Kota Sorong, Selasa (14/6/2022). Beberapa warga mengangkut tabung elpiji dan galon air mineral ke atas perahu, sedangkan sebagian lagi bersiap melepas tali perahu dari dermaga.
Perahu-perahu yang juga kerap disebut taksi laut itu biasa mengantar warga dari dermaga tersebut ke Pulau Doom, berjarak sekitar 3 kilometer (km) dari dermaga itu atau sekitar 10 menit. Akan tetapi, siang itu, salah satu perahu mengantar rombongan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Papua Maluku untuk ”lompat pulau” di perairan Sorong.
Perahu pun berlayar. Setelah melewati Pulau Doom, ke arah barat, perahu tiba di Pulau Soop. Semakin dekat perahu ke pantai, air laut tampak semakin jernih. Batu karang yang alami hingga bintang laut yang terdampar di pasir putih menjadi sajian pemandangan yang istimewa. Keindahan itu dapat diakses dengan waktu tempuh 15 menit saja dari dermaga di Sorong.
Baca Juga: Menjaga Sorong sebagai Kota Bersama
Selepas menikmati keindahan di Pulau Soop, perahu berlayar ke arah tenggara menuju Pulau Yerusel, yang juga berpasir putih. Laut yang relatif tenang membuat perjalanan selama 30 menit tidak memabukkan. Pulau Yerusel sebenarnya jauh lebih dekat dengan dermaga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kampung Arar, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong.
Di Pulau Yerusel yang tak berpenghuni, rombongan menikmati sajian kelapa muda yang segar serta sejenak berfoto sambil menikmati keindahan pantai. Setelah itu, perahu kembali berlayar, menuju Pulau Sisi, sambi melewati Pulau Arar. Pulau Sisi menjadi tujuan terakhir. Di sana, terdapat area seluas 50 meter x 50 meter yang jadi area berkemah (camping ground).
Wisata perjalanan ”lompat pulau” tersebut dikelola oleh unit usaha pariwisata Desa Wisata Bahari Kuliner (Dewi Bakul), Pulau Arar. Kegiatan tersebut dibentuk lewat dukungan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) dari semua Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang diinisiasi oleh SKK Migas Perwakilan Wilayah Papua Maluku.
Sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat, pengelola Dewi Bakul adalah warga Sorong yang dibina pada program PPM itu. ”Program ini sudah berlangsung lebih dari enam bulan. Tujuan utamanya ialah mengangkat potensi pariwisata Sorong serta mengangkat perekonomian warga,” ujar kata Sandi Michael Rumbia, penyuluh pada Dewi Bakul.
Dewi Bakul menawarkan dua paket wisata. Paket A, seharga Rp 250.000 per orang, meliputi jemputan pulang-pergi (PP), makan dengan perahu, serta bermalam di area berkemah Pulau Sisi. Sementara Paket B, seharga Rp 500.000 dilengkapi wisata lompat pulau sebelum bermalam di area berkemah Pulau Sisi, serta layar tancap dengan proyektor di alam terbuka. Untuk kedua paket itu, minimal pemesanan untuk 10 orang.
Sandi mengatakan, dalam menentukan pulau yang dikunjungi, pihaknya fleksibel. ”Yang pertama, kami tawarkan dulu untuk berwisata sejarah di Pulau Doom. Namun, kalau mau langsung lompat pulau, maka langsung ke Pulau Soop, lalu Yerusel, hingga ke Pulau Sisi. Namun, ada opsi juga jika ingin ke Pulau Arar,” jelasnya.
Adapun sejumlah sajian unik yang ditawarkan kepada pengunjung, antara lain bakso ikan yang dituang di dalam batok kelapa muda serta kepiting saus buah merah. Ada juga makanan olahan dari rumput laut, seperti kerupuk dan es krim. Semua penawaran itu dilakukan oleh warga Kampung Arar yang bekerja sama dengan badan usaha milik desa (BUMDes) setempat.
Supervisor Dewi Bakul, Sakinah menuturkan, selain didukung penuh oleh SKK Migas dan KKKS, pihaknya juga mengikuti pelatihan pariwisata di Dinas Pariwisata Kabupaten Sorong. Sempat vakum karena terdampak pandemi Covid-19, paket wisata Dewi Bakul kini dibuka kembali, Di sisi lain, pengelola pun terus diarahkan berkembang serta lebih kreatif.
Kaya potensi
Sandi menyatakan, Sorong kaya akan potensi wisata, termasuk wisata bahari. Namun, sejauh ini belum tergarap optimal. Lewat Dewi Bakul, masyarakat diharapkan semakin terbuka dan tergerak untuk mengoptimalkan pariwisata berkelanjutan yang pada akhirnya akan menggerakkan perekonomian warga.
Menurut dia, di Sorong (Pulau Papua) sendiri sudah ada sejumlah destinasi wisata pantai atau resor yang menawarkan keindahan pantai pasir putih, tetapi sebagian berupa petak-petak dan milik keluarga. ”Dengan wisata lompat pulau ini, kami harap akesibilitas lebih luas. Kami menawarkan pengalaman dan rasa dalam berwisata,” ujarnya.
Melalui pariwisata, kata Sandi, diharapkan akan semakin banyak warga berdaya sehingga mendongkrak perekonomian. Menurut dia, kolaborasi dan kerja sama dengan semua elemen penting demi menghadirkan pariwisata yang berkelanjutan. Namun, secara perlahan, Dewi Bakul pun diharapkan dapat berjalan secara mandiri.
Baca Juga: Topang Industri, Kemitraan Kontraktor Migas dan UMKM Lokal Diperkuat
Dewi Bakul juga mempromosikan aktivitas wisata tersebut, antara lain melalui media sosial, seperti Facebook. Promosi dari mulut ke mulut juga diupayakan. Apabila tumbuh dan berkembang, tak hanya dari sisi pariwisata, sektor pendukungnya diharapkan terangkat.
Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Papua Maluku Galih Agusetiawan, mengemukakan, kemitraan dengan warga di sekitar daerah operasi wilayah kerja migas terus dibangun. Adapun PPM diatur dalam peraturan teknis SKK Migas. Apabila biasanya PPM dilakukan merupakan keharusan yang dijalankan KKKS di wilayah kerjanya, pembinaan Dewi Bakul didukung oleh semua KKKS.
”Program ini diadakan karena kami merasa perlu menyampaikan kepada KKKS agar ada pengembangan, pembinaan, dan pendampingan, yang dilakukan dengan hati kepada masyarakat. Prosesnya cukup panjang, tetapi mereka nyatanya bisa dan mampu meningkatkan kemandirian, disertai nilai juang dalam mengembangkan Dewi Bakul bersama,” ujar Galih.
Kendati sempat terkendala peningkatan kasus Covid-19, Dewi Bakul terus diarahkan untuk berkembang juga meningkatkan kreativitas sehingga ada peningkatan daya tarik. Dengan demikian, kapasitas mereka akan terus meningkat.
Selain Dewi Bakul yang merupakan inisiasi dari SKK Migas, berbagai PPM dilakukan oleh perusahaan migas yang memiliki wilayah kerja di daerah Papua Barat. Sejumlah hasil pembinaan dan pemberdayaan warga dipamerkan pada Pra Forum Kapasitas Nasional 2022 Wilayah Papua Maluku, di Kota Sorong, Papua Barat, Selasa (14/6/2022).
Berdasarkan data SKK Migas Wilayah Papua Maluku, per 1 Februari 2022, ada 10 wilayah kerja migas yang sudah disertai rencana pengembangan. Tujuh di antaranya sudah berproduksi, yakni Berau oleh BP Berau Ltd; Bula Block oleh Kalrez Petroleum (Seram) Limited; Kepala Burung oleh Petrogas (Basin); Salawati oleh Petrogas (Island); Seram Non Bula oleh Citic Seram Energy Limited; West Salawati oleh Montd’or Salawati Ltd; dan PT Pertamina EP.
Kontribusi wilayah Papua-Maluku adalah 4 persen dari total produksi siap jual atau lifting minyak nasional. Sementara gas, Papua-Maluku berkontribusi 20 persen dari total lifting gas nasional. Dengan demikian, melalui PPM, perusahaan tak sekadar melaksanakan kegiatan di wilayah kerja, tetapi juga memberi dampak dan sumbangsih agar masyarakat setempat berdaya.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Papua Barat, Yohanes Tulus mengatakan, sejak awal, pihaknya mendukung penuh industri migas. Itu agar tenaga kerja lokal terserap dan ada pemberdayaan orang asli Papua. Di samping itu, berbagai potensi di Papua, termasuk sektor pariwisata, diharapkan terus diperkenalkan pada masyarakat luas, sehingga berkembang.
Pada akhirnya, kontribusi KKKS di Sorong dan sekitarnya diharapkan menjadikan Sorong ”Kota Bersama” terus berkembang. Tak sekadar menjadi persinggahan sementara menuju Raja Ampat, tetapi berbagai potensinya dapat diangkat sehingga menghadirkan pariwisata berkelanjutan yang juga memacu perputaran perekonomian daerah.