Pembukaan lowongan pekerjaan baru diyakini mulai marak terjadi sejalan dengan peningkatan vaksinasi Covid-19 sejak 2021.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gencarnya vaksinasi Covid-19 dan pelonggaran pembatasan sosial menambah keyakinan pelaku usaha terhadap pemulihan ekonomi. Pembukaan lowongan kerja baru mulai marak dilakukan kembali sejak 2021. Hanya saja, memasuki 2022, pelaku industri mesti mewaspadai kondisi makroekonomi yang tidak sekondusif tahun lalu dan bisa memengaruhi pasar tenaga kerja.
Tren pembukaan lowongan kerja baru, salah satunya, bisa dilihat di JobStreet.com Indonesia. Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri Hertoto, Sabtu (25/6/2022), di Jakarta, mengatakan, berdasarkan data internal yang dikelola dan termaktub dalam JobStreet Outlook Report 2022, jumlah iklan lowongan kerja yang terpasang di JobStreet Indonesia dari tahun 2020 menuju 2021 naik dua kali lipat. Kenaikan iklan secara signifikan mulai terjadi sejak Juli 2021. Situasi ini sejalan dengan peningkatan populasi penduduk yang telah tervaksinasi dan pelonggaran pembatasan sosial karena Covid-19.
Jika dlihat dari latar belakang sektor industri, ada sepuluh sektor industri yang paling banyak memasang iklan lowongan kerja di platform JobStreet Indonesia sepanjang 2021. Kesepuluh sektor industri itu yaitu manufaktur (22.700 iklan lowongan kerja), ritel dan perdagangan (21.200 iklan), perbankan dan keuangan (13.400 iklan), teknologi informasi (13.200 iklan), serta transportasi (11.300 iklan).
Selain itu, jumlah iklan dari industri produk konsumen (8.600 iklan), konsultasi (8.400 iklan), konstruksi dan bangunan (7.200 iklan), layanan kesehatan (6.900 iklan), serta makanan dan minuman (6.400 iklan).
Sementara dilihat dari sisi volume dokumen lamaran kerja yang masuk melalui platform JobStreet Indonesia sepanjang 2021, terdapat sepuluh besar sektor industri tujuan. Kesepuluhnya yaitu manufaktur (17,5 juta lamaran kerja), ritel dan perdagangan (12,8 juta), produk konsumen (8,8 juta), transportasi (8,7 juta), perbankan dan keuangan (7,2 juta), serta makanan dan minuman (4,7 juta). Lalu, konstruksi dan bangunan (4,4 juta), teknologi informasi (4,4 juta), properti dan real estat (4 juta), serta pertanian (4 juta).
”Kalau perusahaan sektor manufaktur memiliki iklan lowongan dan jumlah pelamar kerja terbanyak, kami memaknai situasi itu selaras dengan pernyataan pemerintah yang menyebut sektor manufaktur sebagai penopang pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Dari sisi spesialisasi bidang pekerjaan, JobStreet Outlook Report 2022 menyebutkan, sepanjang 2021, volume bidang pekerjaan yang paling banyak mendapat lamaran kerjanya yaitu admin/human resources (22,1 juta), akuntansi dan keuangan (18,6 juta), serta perdagangan dan pemasaran (17,6 juta).
Spesialisasi bidang pekerjaan lain yang juga banyak terdapat lamaran kerja adalah manufaktur (16,2 juta), jasa layanan (11,4 juta), teknik (6,7 juta), komputer dan teknologi informasi (4,6 juta), bangunan dan konstruksi (3,5 juta), tenaga seni, media, dan komunikasi (2,8 juta), serta hotel dan restoran (1,8 juta).
Menurut Sawitri, sepanjang 2021, JobStreet Indonesia mencatat ada kenaikan volume pemasangan iklan lowongan kerja khusus pemasaran digital sebesar 167 persen. Porsi pemasangan iklan lowongan kerja mengenai spesialisasi itu mencapai 10,7 persen dari total iklan yang masuk.
”Selama pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 berlangsung, ada kecenderungan pola belanja masyarakat bergeser dari luring ke daring. Kecenderungan pola belanja seperti itu diperkirakan akan tetap bertahan meski ada pelonggaran pembatasan sosial. Pelaku industri, apa pun sektornya, menyikapi dengan aktif mengembangkan pemasaran digital,” kata Sawitri.
Pelaku industri, apa pun sektornya, menyikapi dengan aktif mengembangkan pemasaran digital.
JobStreet Indonesia adalah bagian dari JobStreet.com. JobStreet.com bersama JobsDB.com adalah laman lowongan sekaligus mendaftar lamaran kerja bagian dari SEEK Asia. SEEK Asia beroperasi di tujuh negara di Asia, termasuk Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani, saat dihubungi Minggu (26/6/2022), di Jakarta, mengatakan, dengan meningkatnya tingkat vaksinasi Covid-19, kekebalan kelompok diharapkan lekas terbentuk sehingga menambah keyakinan dunia usaha. Lowongan pekerjaan baru akan cepat tumbuh.
Dia memandang, industri jasa transportasi dan perdagangan, akomodasi, restoran, hiburan, dan kebugaran sekarang jauh membaik dibandingkan dengan saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar. Begitu pula dengan sektor industri manufaktur.
”Secara makroekonomi atau dilihat dari sisi kontribusi terhadap keseluruhan pertumbuhan ekonomi, sektor manufaktur memiliki kontribusi tertinggi. Kemudian, kontribusi tertinggi berikutnya adalah perdagangan, pertanian, pertambangan, serta konstruksi dan transportasi,” ujarnya.
Shinta menambahkan, pelaku usaha cukup optimistis dengan upaya vaksinasi Covid-19 yang intensif, termasuk vaksin penguat dan membaiknya tingkat kesadaran masyarakat atas kesehatan. Kondisi ini akan mendorong aktivitas perekonomian membaik.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2021 sebesar 6,26 persen, turun 0,81 persen dibandingkan dengan Agustus 2020. Kemudian, TPT Februari 2022 sebesar 5,83 persen atau turun 0,43 persen ketimbang TPT Februari 2021.
Apabila ditelaah lebih detail, dia menyampaikan, selama pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 berlangsung, hanya perusahaan skala besar yang bertahan walau mereka tidak melakukan perekrutan baru. Ketika pandemi mulai bisa dikendalikan tahun 2021 dan awal 2022, merekalah yang bisa kembali membuka perekrutan tenaga kerja baru.
Sektor manufaktur Indonesia dinilai lebih resilient dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Pada Desember 2021, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di posisi 53,5 atau turun dari bulan sebelumnya yang tercatat 53,9. Meski demikian, PMI manufaktur Indonesia itu dinilai tetap berada di level ekspansif.
”Meski TPT turun, kita perlu melihat TPT ‘normal’ sebelum pandemi Covid-19 berapa. Perusahaan skala menengah ke besar memang sudah mulai membuka lowongan pekerjaan kembali sejak 2021. Akan tetapi, perusahaan skala kecil sampai sekarang belum sampai ke sana karena di antara mereka masih ada yang kolaps,” kata Faisal.
Berdasarkan data BPS, pada Februari 2022 terdapat 81,33 juta orang bekerja pada kegiatan informal, naik 0,35 persen dibandingkan dengan Februari 2021.
Sesuai data BPS pula, masih terdapat 11,53 juta penduduk usia kerja yang terdampak pandemi Covid-19 pada Februari 2022. Jumlah itu terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (0,96 juta orang), bukan angkatan kerja karena Covid-19 (0,55 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (0,58 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (9,44 juta orang).
Pasar ketenagakerjaan Indonesia pun masih harus tetap waspada pada tahun 2022. Faisal memandang, kondisi makroekonomi global tahun 2022 tidak sekondusif tahun 2021. Di Amerika Serikat, misalnya, sedang menghadapi inflasi dan dikhawatirkan mendongkrak angka pengangguran. Situasi ini bisa bertransmisi ke dalam negeri dan memengaruhi ketenagakerjaan di Indonesia.