Kurs rupiah cenderung melemah terhadap dollar AS. Ke depan, tekanan terhadap rupiah bakal makin kuat seiring kenaikan tingkat suku bunga di AS dan negara lainnya yang memicu arus modal keluar,
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring makin agresifnya kenaikan tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat di waktu mendatang dan normalisasi kebijakan moneter sejumlah negara dunia, potensi depresiasi rupiah yang dipicu arus modal keluar makin menguat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bank Indonesia diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan pada Juli 2022.
Sejak awal Juni 2022 hingga 22 Juni 2022, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi 1,93 persen. Adapun sejak awal tahun, rupiah telah terdepresiasi 4,14 persen. Kendati demikian, depresiasi rupiah tidak sedalam mata uang negara lainnya, seperti India yang sebesar 5,17 persen, Malaysia sebesar 5,44 persen, dan Thailand sebesar 5,84 persen.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan, melemahnya nilai tukar rupiah sepanjang bulan ini, secara khusus sejak pekan kedua Juni, dipicu oleh kenaikan tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed). Kebijakan The Fed itu direspons pasar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan arus modal keluar (capital outflow) sehingga mengendurkan nilai tukar rupiah.
”Kenaikan bunga The Fed ini menyebabkan dorongan arus modal menguat,” ujar Faisal, Jumat (24/6/2022).
Ia mengatakan, dalam waktu mendatang potensi arus modal keluar ini kemungkinan akan terus menguat seiring belum membaiknya kondisi perekonomian AS yang memicu ketidakpastian global. Tingkat inflasi negara ”Paman Sam” itu belum juga melandai sehingga The Fed cenderung terus menaikkan tingkat suku bunga acuan sebagai upaya mengendalikan inflasi. Hal itu berpotensi memicu arus modal keluar dari Indonesia yang semakin deras sehingga rupiah bisa terdepresiasi dan mengguncang sistem keuangan.
Faisal memperkirakan, bukan tidak mungkin rupiah akan melemah hingga menembus level psikologis Rp 15.000. ”Tetapi, saya yakin BI dan pemerintah pasti akan mati-matian menjaga agar hal itu tidak sampai terjadi,” ujar Faisal.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Faisal memperkirakan BI akan mulai menaikkan tingkat suku bunga acuan paling pada Juli 2022. Kenaikan tingkat suku bunga itu bertujuan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Faisal menambahkan, BI juga sudah menyiapkan sejumlah amunisi lain untuk menjaga kestabilan nilai tukar. Salah satunya adalah cadangan devisa BI yang dalam kondisi sangat baik untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Namun, lanjut Faisal, kondisi global tidak sepenuhnya menekan Indonesia. Kenaikan harga komoditas dunia memberikan keuntungan kenaikan ekspor sehingga memberikan surplus neraca perdagangan. Hal ini memberikan tambahan bantalan cadangan devisa yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Hal senada dikemukakan oleh peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky. Ia menjelaskan, depresiasi rupiah dan sejumlah mata uang negara lain dipicu oleh pengetatan moneter yang dilakukan The Fed dan sejumlah bank sentral lainnya.
Meski demikian, Riefky mengatakan, cadangan devisa masih cukup untuk menahan guncangan itu. Sampai dengan Mei 2022, cadangan devisa Indonesia mencapai 135,6 miliar dollar AS. Cadangan itu setara dengan pembiayaan 6,8 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Intervensi
Dalam jumpa pers seusai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (23/6/2022), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, depresiasi rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang agresif di sejumlah negara. ”Hal itu untuk merespons meningkatnya tekanan inflasi,” ujar Perry.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan, untuk menjaga kestabilan nilai tukar, pihaknya melakukan triple intervention atau terjun langsung ke pasar uang melalui tiga jalur. Adapun tiga jalur itu adalah pasar spot, pasar domestic non deliverable forward (DNDF), dan masuk ke dalam pasar obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) jika dibutuhkan.
”Itu juga kalau kondisi memaksa masuk ke sana. Tentu kami akan secara berhati-hati melihat fundamental dan sesuai mekanisme pasar,” ujar Destry.
Ia menambahkan, BI akan berkoordinasi dengan pemangku kepentingan ekonomi lainnya untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Selain itu, pihaknya juga mencermati perkembangan pasokan valuta asing (valas).
Upaya intervensi BI untuk mempertahankan nilai tukar dari gejolak eksternal sepanjang tahun ini terpantau dari menurunnya cadangan devisa. Posisi cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan sejak Februari 2022 dari posisi 141,4 miliar dollar AS menjadi 135,6 miliar dollar AS pada Mei 2022.
Dalam berbagai kesempatan, Perry Warjiyo selalu menegaskan, garis besar kebijakan moneter BI tahun ini akan lebih mengedepankan stabilitas (pro stability). Adapun kebijakan BI lainnya tetap diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth).