“Bear Market” Aset Kripto Hal Lumrah dan Hanya Sementara
Fenomena lesunya pasar aset kripto atau bear market tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Ini hanyalah fase yang lumrah terjadi. Justru ini adalah peluang bagi kreator dan investor untuk menggali lagi potensinya.
Fenomena menurunnya harga-harga dan lesunya pasar aset kripto atau Bear Market diyakini sebagai hal yang umum terjadi dan hanya akan bersifat sementara. Justru ini momen seleksi alam untuk melihat mana proyek kripto yang baik dan tidak, sehingga menciptakan peluang yang lebih besar di masa mendatang.
Pasar aset kripto saat ini memang sedang dalam bear market, kondisi pasar yang mengalami penurunan nilai terus-menerus. Penyebutan Bear Market mengambil gerakan beruang (bear) yang menyerang dengan cakarnya dari atas ke bawah. Analogi gerakan ini kemudian digunakan pelaku pasar keuangan di seluruh dunia untuk menggambarkan kondisi pasar yang sedang mengalami penurunan seperti halnya gerakan serang beruang dari atas ke bawah.
Sejak mencapai puncak tertinggi 2022 dengan nilai tukar sekitar 3.500 dollar AS (Rp 50,6 juta) pada awal April, kini jaringan blockchain Ethereum yang menjadi basis NFT paling populer telah kehilangan nilai tukarnya hingga mencapai 70 persen dalam waktu kurang dari tiga bulan. Kini, pada Kamis (30/6/2022), nilai tukar 1 ETH setara 1.053 dollar AS (Rp 15,7 juta).
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan, kondisi “Bear Market” tidak menjadi akhir dari pemanfaatan blockchain. “Bear Market”, lanjutnya, adalah siklus yang sudah umum dan pernah terjadi sebelumnya. “Saya yakin kondisi bear market saat ini hanya koreksi sementara,” ujar Teguh dihubungi Rabu (22/6/2022).
Teguh menjelaskan, Bear Market yang tengah melanda pasar aset kripto ini justru baik dan sehat untuk industri. “Kondisi ini bisa menjadi seperti seleksi alam, mana proyek kripto yang baik dan tidak, sehingga bisa menciptakan peluang yang lebih besar di masa mendatang,” ujar Teguh.
Ia menambahkan, prospek industri kripto, blockchain maupun Web3 ke depan masih menjanjikan dan akan terus tumbuh, bersamaan dengan adopsi yang semakin luas. Kripto nantinya tidak akan dilihat lagi sebagai instrumen investasi, namun sebagai backbone ekosistem yang bisa diadopsi oleh banyak sektor.
Tak hanya itu, Teguh mengatakan, justru saat bear market seperti saat ini adalah peluang dan momen yang bisa dimanfaatkan kreator atau pengembang untuk mengeksplorasi lagi secara lebih luas proyek-proyek untuk menarik investor.
“Developer bisa mencari peluang baru dari seleksi alam yang terjadi di bear market. Saat bear market dan tentu aktivitas transaksi menurun, biasanya investor memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan riset,” ujar Teguh.
Di kalangan kreator, kondisi bear market tidak lantas membuat mereka patah arang dan menarik diri dari NFT. Yusman Ali (32), kreator asal Bandung yang sehari-harinya menjadi desainer sebuah jenama fesyen lokal, mengatakan, kondisi pasar yang tidak terlalu bergairah itu justru menjadi momen yang tepat untuk mengalihkan fokus pada pengembangan karya seni digitalnya.
Yusman biasanya menjual koleksi karya digitalnya di dua lokapasar (marketplace) NFT, yaitu Foundation yang beroperasi pada jejaring blockchain Ethereum, serta Objkt yang menggunakan jaringan blockchain Tezos.
"Kalau sebelumnya, kita fokus ke urusan marketing atau sibuk berkenalan dan berjejaring, ketika lagi bear market begini, kita fokus ngulik karya saja dulu. Supaya ketika marketnya nanti naik lagi, kita sudah siap dengan karya dan harga yang bagus," kata Yusman, yang sudah menekuni NFT sejak Agustus 2021.
Yusman pun tidak akan meninggalkan NFT, meski kondisi pasar kripto sedang fluktuatif dengan tren cenderung menurun. Pasalnya, kehadiran NFT memberinya peluang untuk mendapat apresiasi setimpal atas karya digitalnya. Apresiasi tersebut otomatis mendorongnya untuk lebih banyak menghasilkan karya seni digital berkualitas.
"NFT ini bisa dibilang mendorong percepatan skill. Kalau membandingkan dengan karya saya yang dulu, sekarang sudah jauh banget. Mungkin ada tendensi, karena senang karya dibeli orang, itu memacu kita juga untuk terus naik level," tuturnya.
Eksplorasi tak berhenti
Eksplorasi sejumlah proyek lainnya pada ekosistem blockchain juga tidak berhenti meski kondisi pasar lesu. Beberapa proyek baru dengan menggandeng nama pemain besar masih bergulir.
Pekan lalu, misalnya, perusahaan e-dagang raksasa asal Amerika Serikat, eBay, mengakuisisi lokapasar NFT asal Inggris, KnownOrigin. Inisiatif itu menggabungkan pengalaman, jangkauan, dan reputasi eBay yang sudah tidak diragukan dengan teknologi dan komunitas yang dimiliki KnownOrigin.
Ada pula kerja sama antara pemain sepak bola tersohor Cristiano Ronaldo, dengan salah satu platform bursa kripto terbesar Binance, yang baru diumumkan akhir pekan lalu. Lewat kemitraan itu, Binance rencananya akan merilis koleksi NFT Ronaldo mulai akhir tahun 2022. Koleksi pertama akan menampilkan desain ikonik yang diciptakan dengan kolaborasi bersama Ronaldo.
Demikian pula inisiatif proyek lainnya. Awal Juni ini, jagat maya ramai oleh sebuah proyek gambar profil animasi bervariasi di media sosialTwitter. Para pengguna ramai-ramai memanfaatkan gambar itu untuk profile picture di Twitter.
Proyek bernama society.png itu terdiri dari ribuan gambar profil animasi acak di Fxhash, sebuah lokapasar NFT yang ada pada blockchain Tezos. Ada sebanyak 2.695 kombinasi gambar profil animasi yang tersedia di sana, dijual dengan harga 0,69 xtz, aset kripto berbasis blockchain Tezos.
Para kolektor society.png ini berhak atas penggunaan aset digital gambar yang mereka beli untuk proyek apa pun. Adapun gambar ini berlisensi CC0 (creative commons) sehingga para kolektor asetnya berhak atas penggunaan gambar untuk keperluan apa pun.
Koreksi nilai
Ketua Umum Asosiasi Blockchain Indonesia Asih Karnengsih mengemukakan, saat ini sedang terjadi koreksi nilai pada pasar aset kripto. ”Bahwa saat harga yang menjadi semakin luar biasa tinggi, pada akhirnya ada koreksi. Ini juga memperlihatkan industri (blockchain) yang sebenarnya, yang fokus untuk mengembangkan suatu teknologi. Dan, ini bukan bear market yang pertama kali,” tuturnya.
Namun, apakah itu menjadi akhir pemanfaatan aset kripto dan beragam produk teknologi turunan blockchain? Tidak, menurut Asih. Penurunan ini tidak akan menghentikan eksplorasi pada blockchain. Justru dengan kondisi sekarang, proyek-proyek yang berdiri di atas blockchain akan makin terseleksi. Hanya proyek-proyek dengan utilitas nyata yang akan bertahan.
Asih menambahkan, kondisi kripto sekarang juga bakal mengeliminasi pemain spekulasi semata. Dia menekankan, tujuan blockchain itu bukan hanya pada peningkatan valuasi aset kripto, melainkan juga pada eksplorasi teknologi.
Pada NFT yang juga produk turunan blockchain, misalkan, adalah teknologi kontrak pintar yang bisa mendukung pengakuan hak kepemilikan atas suatu aset. NFT, menurut Asih, saat ini telah menjadi teknologi yang mendukung hak cipta terhadap karya seni di ranah digital.
”Saya kira kondisi bear market ini akan menunjukkan mana (pelaku) yang the real actor dan yang memang bad actor. Mereka yang tersingkir adalah para pelaku yang tidak siap ada di industri ini,” ungkap Asih.
Riset terbaru yang dirilis perusahaan akuntan publik Deloitte bersama Credit Suisse Research Institute pada Juni 2022 bertajuk Collectibles Amid Heightened Uncertainty and Inflation juga menilai industri NFT masih akan terus bertumbuh ke depan, lepas dari kelesuan pasar yang saat ini terjadi.
Laporan itu mencatat, meski total volume transaksi NFT pada triwulan I tahun 2022 ini menurun dibandingkan kondisi puncak pada periode Agustus-September 2021, tetapi secara tahunan, volume transaksi itu masih lebih tinggi di atas kondisi triwulan I tahun 2021.
Demikian juga, dilihat dari segi jumlah wallet yang aktif, kendati menurun hingga menyentuh 150.000 wallet aktif pada triwulan I-2022, tetapi jika dibandingkan dengan 14.000 wallet aktif pada triwulan I-2021, kondisi saat ini masih lebih baik. Jumlah buying wallet yang lebih tinggi ketimbang selling wallet juga mengindikasikan pertumbuhan yang baik dan stabil di industri NFT, meski melambat.
Laporan itu khususnya menyoroti NFT Gaming sebagai kategori aset NFT yang paling likuid, dilihat dari jumlah pemilik, wallet, dan jumlah transaksinya. NFT gaming, yang biasanya berbentuk senjata, karakter, atau aksesoris gaming, mencatat volume transaksi sebesar 5,17 miliar dollar AS pada akhir 2021.
Harga rata-rata sebuah NFT Gaming berada di kisaran 200 dollar AS, jauh berbeda dibandingkan harga rata-rata NFT metaverse dan crypto art yang bisa mencapai 3.500 dollar AS.
Adapun aset NFT yang memiliki volume transaksi terbesar adalah kategori Collectible, mencapai 8,47 miliar dollar AS per akhir 2021. Collectible umumnya mengacu pada aset-aset NFT berupa avatar unik untuk dikoleksi.
Adapun mengacu pada data pelacak pasar NFT, DappRadar, secara harian, per Kamis (30/6) siang, volume transaksi di tujuh dari 10 lokapasar dengan volume penjualan tertinggi di dunia mencatat pertumbuhan. Di lokapasar X2Y2 yang menggunakan jejaring Ethereum, volume transaksi meningkat hingga 248,18 persen dalam 24 jam terakhir. Sementara, LooksRare yang juga beroperasi dengan Ethereum, mencatat pertumbuhan volume transaksi sebesar 136,56 persen.
Terkait perkembangan NFT, Asih menyatakan, kondisi bear market akan menjadi awal pergeseran bagi proyek-proyek yang mengutamakan utilitas. Proyek tidak lagi terlalu mengedepankan spekulasi, tetapi menawarkan kegunaan menarik bagi pengguna.
NFT yang memiliki nilai intrinsik alias tidak berdasarkan hype semata cenderung lebih stabil penerimaannya di masyarakat. Sebuah survei oleh Seton Hall University, Amerika Serikat, terhadap 1.514 responden di negara tersebut menunjukkan, pendukung sebuah klub olahraga memiliki kemauan lebih besar untuk membeli aset kripto atau NFT.
”Mungkin nanti akan lebih banyak lagi kreator atau pengembang berbasis blockchain yang fokus dengan utilitas. Bahwa teknologi ini punya kegunaan nyata, bukan cuma mempromosikan suatu proyek nanti nilainya bakal sekian,” ujar Asih.
Baca juga: "Bear Market" Aset Kripto, Akhir dari NFT?