Para pengguna dibayangi kecemasan apakah kemerosotan nilai kripto menjadi akhir dari pemanfaatan blockchain, non-fungible token atau NFT. Nyatanya, eksplorasi NFT tidak berhenti meski pasar sedang lesu.
Seorang pengunjung melintas di depan karya seni kripto Non-fungible Token (NFT) yang dipamerkan di Indo NFT Festiverse, pada 9-17 April 2022 di Galeri Katamsi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebanyak 238 kreasi dipamerkan dalam kegiatan ini.
Lesunya pasar aset kripto atau yang kerap disebut "bear market" memantik beragam respons di jagat maya. Ada yang merasa rugi karena nilai aset digital ini kian susut, ada pula yang tetap giat berkreasi. Para pengguna itu dibayangi kecemasan apakah kemerosotan nilai kripto menjadi akhir dari pemanfaatan blockchain, non-fungible token atau NFT, hingga transisi era Web3 yang serba terdesentralisasi.
Pasar aset kripto saat ini memang sedang dalam bear market, kondisi pasar di mana mengalami penurunan nilai terus menerus. Sejak mencapai puncak tertinggi 2022 dengan nilai tukar sekitar 3.500 dollar AS (Rp 50,6 juta) pada awal April, kini jaringan blockchain Ethereum yang menjadi basis NFT paling populer telah kehilangan nilai tukarnya hingga mencapai 70 persen dalam waktu kurang dari 3 bulan. Pada Selasa (21/6/2022), nilai tukar 1 ETH setara 1.142 dollar AS (Rp 16,9 juta).
Di antara para pengadopsi teknologi, ada Dennis Adhiswara yang telah menarik sebagian asetnya kripto sejak Mei 2022 lalu. Menurut pengguna dan kolektor NFT yang berkecimpung sejak akhir 2017, nilai aset kripto miliknya kini telah jatuh terlalu dalam. Dengan kondisi tersebut, aktor dan pengusaha bidang industri kreatif ini mengaku hanya menyisakan sedikit aset kripto di dompet digitalnya.
“Saya sudah tarik sebagian, tapi saya tinggalkan juga sejumlah kripto yang kalau saya kehilangan nilainya, saya enggak nangis-nangis bangetlah,” ujar Dennis, Selasa (14/6/2022) pekan lalu.
ADITYA DIVERANTA
Dennis Adhiswara, aktor dan juga kolektor non-fungible token (NFT), memamerkan gambar karakter animasi "society.png" lewat akun Twitter pribadinya. Foto diambil pada Selasa (21/6/2022).
Kecemasan Dennis sangat bisa dipahami karena dunia aset kripto sungguh volatil. Nilai kripto yang turun kini turut menyebabkan nilai NFT turun. Seperti Dennis, sangat mungkin apabila pengguna di berbagai belahan dunia menarik kekayaan aset kripto mereka.
Ketua Umum Asosiasi Blockchain Indonesia Asih Karnengsih menyebutkan, saat ini sedang terjadi koreksi nilai pada pasar aset kripto. “Bahwa saat harga yang menjadi semakin luar biasa tinggi, pada akhirnya ada koreksi. Ini juga memperlihatkan industri (blockchain) yang sebenarnya, yang fokus untuk mengembangkan suatu teknologi. Dan ini bukan bear market yang pertama kali,” jelasnya.
Namun, apakah itu menjadi akhir pemanfaatan aset kripto dan beragam produk teknologi turunan blockchain? Tidak, menurut Asih. Penurunan ini tidak akan menghentikan eksplorasi pada blockchain.
Justru dengan kondisi sekarang, proyek-proyek yang berdiri di atas blockchain akan makin terseleksi. Hanya proyek-proyek dengan utilitas nyata yang akan bertahan. Asih menambahkan, kondisi kripto sekarang juga bakal mengeliminasi pemain spekulasi semata.
ADITYA DIVERANTA
Tangkapan layar koleksi gambar karakter animasi "society.png", proyek aset digital non-fungible token (NFT) yang dipublikasi oleh akun @titoys90. Foto diambil pada Selasa (21/6/2022).
Dia menekankan, tujuan blockchain itu tidak hanya pada peningkatan valuasi aset kripto, tetapi juga pada eksplorasi teknologi. Pada NFT yang juga produk turunan blockchain, misalkan, adalah teknologi kontrak pintar yang bisa mendukung pengakuan hak kepemilikan atas suatu aset. NFT, menurut Asih, saat ini telah menjadi teknologi yang mendukung hak cipta terhadap karya seni di ranah digital.
“Saya kira kondisi bear market ini akan menunjukkan mana (pelaku) yang the real actor dan yang memang bad actor. Mereka yang tersingkir adalah para pelaku yang tidak siap ada di industri ini,” ungkap Asih.
Eksplorasi
Iklan
Meski bear market, eksplorasi sejumlah proyek pada ekosistem blockchain ternyata tidak berhenti. Awal Juni ini, misalnya, jagat maya ramai oleh sebuah proyek gambar profil animasi bervariasi di media sosial Twitter. Para pengguna ramai-ramai memanfaatkan gambar itu untuk profile picture di Twitter.
Proyek bernama society.png itu terdiri dari ribuan gambar profil animasi acak di Fxhash, sebuah lokapasar NFT yang ada pada blockchain Tezos. Ada sebanyak 2.695 kombinasi gambar profil animasi yang tersedia di sana, dijual dengan harga 0,69 xtz, aset kripto berbasis blockchain Tezos.
ADITYA DIVERANTA
Tangkapan layar proyek gambar karakter animasi "society.png" di Fxhash, lokapasar di jaringan blockchain Tezos. Foto diambil pada Selasa (21/6/2022).
Para kolektor society.png ini berhak atas penggunaan aset digital gambar yang mereka beli untuk proyek apapun. Adapun gambar ini berlisensi CC0 (creative commons), sehingga para kolektor asetnya berhak atas penggunaan gambar untuk keperluan apapun.
Tito Yusuf (32) dan Sandy Pirouzi (31) adalah orang-orang di balik proyek itu. Dilihat dari aktivitas penjualan di penjelajah blockchain Tezos, Selasa (21/6/2022) malam, ribuan gambar animasi di society.png telah laku sebanyak 701 file digital.
Penjualan gambar di society.png praktis meraup sebanyak 403 xtz. Apabila dikonversi ke Rupiah, nilainya kini mencapai Rp 8,8 juta dengan nilai 1 xtz setara Rp 22.000 pada Selasa malam.
Tito bercerita, proyek society.png ini bermula dari niatan untuk bereksperimen di kreasi NFT. Saat proyek diluncurkan per 9 Juni lalu, Tito dan Sandy hanya berniat melepas proyek senang-senang tanpa memikirkan kondisi bear market.
ADITYA DIVERANTA
Tangkapan layar koleksi gambar karakter animasi "society.png" yang dimiliki seorang pengguna di blockchain Tezos. "Society.png" adalah proyek aset non-fungible token (NFT) yang diinisiasi oleh Tito Yusuf dan Sandy Pirouzi. Foto diambil pada Selasa (21/6/2022).
“Waktu itu niatnya cuma eksplorasi, gimana kalau kita bikin kumpulan gambar acak yang mengekspresikan selera musik dengan tampilan visual. Enggak kepikiran market lagi bull atau gimana, ya, bikin aja,” ujar Tito yang berprofesi pengelola studio desain di Bandung ini. Seiring hal itu, data menunjukkan ada fenomena munculnya kenaikan transaksi NFT di tren umum bear market.
Berdasarkan data pelacak pasar NFT, DappRadar, selama periode 24 jam terakhir sejak Selasa (21/6) sore, volume transaksi NFT justru meningkat sebanyak 16,88 persen di lokapasar NFT terbesar, OpenSea. Lokapasar NFT lainnya, seperti LooksRare dan Mobox pun meningkat masing-masing 30,64 persen dan 35,74 persen.
Secara umum, enam dari 10 lokapasar dengan volume penjualan tertinggi di dunia mencatatkan pertumbuhan selama 24 jam terakhir. Pada pekan lalu, di saat nilai tukar Ethereum dan Bitcoin anjlok hingga 18 persen dalam semalam, jumlah transaksi bahkan melonjak hingga 54 persen. Publikasi khusus kripto dan NFT, Decrypt, menyebut ada kemungkinan besar kolektor NFT melihat adanya 'diskon harga' NFT dibalik tren penurunan nilai tukar kripto secara umum.
Terkait perkembangan NFT, Asih menyatakan, kondisi bear market akan menjadi awal pergeseran bagi proyek-proyek yang mengutamakan utilitas. Proyek tidak lagi terlalu mengedepankan spekulasi, tetapi menawarkan kegunaan menarik bagi pengguna.
ADITYA DIVERANTA
Tangkapan layar proyek gambar karakter animasi "society.png" di Fxhash, lokapasar di jaringan blockchain Tezos. Foto diambil pada Selasa (21/6/2022).
NFT yang memiliki nilai intrinsik alias tidak berdasarkan hype semata cenderung lebih stabil penerimaannya di masyarakat. Sebuah survei oleh Seton Hall University Amerika Serikat terhadap 1.514 responden di negara tersebut menunjukkan, pendukung sebuah klub olahraga memiliki kemauan lebih besar untuk membeli aset kripto atau NFT.
Dari laporan yang dipublikasikan pada 6 Juni 2022, ditunjukkan bahwa 57 persen rumah tangga yang memiliki suporter fanatik (avid fan) untuk olahraga apapun pernah memiliki aset kripto, baik dalam bentuk cryptocurrency maupun NFT. “Mungkin nanti akan lebih banyak lagi kreator atau pengembang berbasis blockchain yang fokus dengan utilitas. Bahwa teknologi ini punya kegunaan nyata, bukan cuma mempromosikan suatu proyek nanti nilainya bakal sekian,” ujar Asih.
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Survei yang dipublikasikan Seton Hall University pada 6 Juni 2022 menunjukkan bahwa suporter klub olahraga yang serius, cenderung lebih banyak memiliki NFT ataupun aset kripto dibandingkan populasi umum.