Menggerakkan ekonomi warga terus digelorakan Pemerintah Kota Surabaya, salah satunya dengan menghidupkan sektor pariwisata yang bisa menjadi pengungkit ekonomi.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
Paling mudah untuk menggerakkan ekonomi warga dimulai dari menggarap secara serius sektor pariwisata. Dengan alasan tamasya atau sekadar melepas penat, segala aktivitas ekonomi masuk di sektor ini. Tak hanya makanan, minuman, transportasi, penginapan, hingga buah tangan, pelaku bisnis di seputaran pariwisata dikooptasi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.
Barangkali faktor ini yang mendorong Pemerintah Kota Surabaya tak kenal lelah menggarap sektor pariwisata sebagai pangkal untuk pergerakan ekonomi kota berpenduduk 3,1 juta jiwa ini.
Hal itu dilakukan dengan terus menggeliatkan sektor pariwisata, termasuk menambah obyek, lebih pada menata sekaligus menyempurnakan berbagai sarana penunjang. Tujuannya, agar minimal warga kota ini semakin ringan langkahnya untuk bertamasya walau hanya dalam kota.
Salah satu obyek wisata yang terus didengungkan adalah berperahu di Kalimas sepanjang 18 kilometer. Sungai Kalimas tak sekadar menjadi tempat piknik, tetapi secara bertahap lelah menjadi prioritas utama pengembangan transportasi sungai, angkutan pariwisata, dan logistik barang.
Mimpi ini bakal bisa terealisasi karena Kalimas memiliki lebar 20-35 meter dan kedalaman 0,5-6 meter.
Tahap pertama, rute yang digelar ada rute pendek dan panjang. Untuk rute pendek, harga tiket Rp 4.000, dan untuk rute panjang Rp 10.000 per penumpang. Penumpang naik di dermaga Monumen Kapal Selam (Monkasel) di Jalan Pemuda dan berakhir di dermaga Siola, Jalan Tunjungan.
Penumpang yang membayar tiket untuk berperahu juga bisa menikmati dan mengunjungi Monumen Kapal Selam, mampir sekaligus masuk ke Museum Pendidikan, serta bisa menikmati musik dan wisata kuliner di pasar terapung yang berlokasi di dermaga Taman Prestasi.
Pasar apung
Ketika perahu balik ke Monkasel, penikmat wisata sungai bisa mampir ke Museum Pendidikan. Mereka diberi waktu 15 menit untuk masuk. Penumpang juga akan mampir sekejap ke dermaga Taman Prestasi untuk belanja di pasar apung.
Sepanjang perjalanan, di tengah sungai ada pemain musik saksofon di atas perahu. Pergelaran musik dan pasar terapung yang pedagangnya didominasi pelaku UMKM Kota Surabaya berlangsung pada malam Minggu.
Loket penukaran tiket di dermaga Monkasel sudah dibuka setiap hari pukul 15.00. Untuk para penumpang yang menginginkan naik perahu dengan rute panjang, perjalanan dimulai dari Monkasel hingga Siola dan melewati beberapa dermaga.
Jadwal perjalanan perahu di Kalimas yang kini berjumlah 12 unit dan terus akan bertambah bisa dipantau melalui laman tiketwisata.surabaya.go.id mulai pukul 15.00 hingga pukul 21.00.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Pemerintah Kota Surabaya Wiwik Widayati, secara bertahap seluruh wisata di Surabaya akan terkoneksi, termasuk semisal dengan Tunjungan Romansa. Mereka yang berperahu di Kalimas, misalnya, akan diberi paket kunjungan ke museum, taman, atau obyek lain, termasuk menikmati wisata kuliner yang otentik.
Bagi yang memilih rute pendek, selepas turun dari perahu, mereka bisa diajak mencicipi berbagai kuliner khas Surabaya di Sentra Wisata Kulier (SWK) yang sekarang sudah ada di 45 lokasi.
Makanan dan minuman serta camilan yang ada di SWK rata-rata otentik, antara lain rawon dan rujak cingur. Jika ingin membeli oleh-oleh, pengunjung bisa datang ke Pasar Genteng dan pusat-pusat produk UMKM Surabaya di Surabaya Kriya Galeri, yang sampai sekarang sudah ada di 10 lokasi. Selain makanan khas, juga ada kuliner kekinian.
Kuliner otentik
Berperahu di Kalimas, bagi Fransiska Ima (40), sangat menyenangkan, apalagi digelar sejak petang hingga malam hari. ”Serasa piknik di luar negeri, karena sungai bersih dan sepanjang sungai pun umumnya sudah tertata. Tempat mampir, seperti taman dan museum, saja sudah membuat hati senang,” kata ibu dari dua putri yang ingin menjajal rute panjang ini.
Hadirnya wajah baru wisata air Kalimas memang menjadi daya tarik bagi warga Surabaya. Salah satunya Indah, warga Jalan Medokan Asri Timur, yang langsung mengajak total 10 anggota keluarga untuk mencoba wahana tersebut.
”Di Surabaya terlalu banyak tempat piknik, tidak perlu jauh-jauh ke luar kota,” ujar perempuan yang kerap mengajak keluarganya mengunjungi sejumlah taman di Kota Surabaya. Kota ini sekarang dihijaukan paling tidak oleh 400 taman.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Rabu (15/6/2022) malam mengajak puluhan pemimpin perusahaan media beserta redaksi dan perwakilan organisasi pers di ”Kota Pahlawan” menikmati wisata air Kalimas. Sembari menaiki perahu, puluhan awak media itu diajak menikmati eksotisme malam di Kota Surabaya via Kalimas.
Rute dimulai dari dermaga Monkasel, singgah di pasar terapung dermaga Taman Prestasi, dilanjutkan menikmati pameran lukisan di dermaga Taman Ekspresi, dan berakhir di dermaga Siola. Dari Jalan Tunjungan itu, rombongan naik Suroboyo Bus menuju Monkasel.
Untuk terus menghidupkan lagi wisata Kalimas, Pemkot Surabaya menambah lampu penerangan, spot-spot wisata, musik dan pertunjukan seni, hingga pasar terapung.
Meski tiket yang ditawarkan untuk menikmati obyek wisata air Kalimas tidak mahal, Eri Cahyadi menginginkan wisatawan bisa senang dan bahagia. Bahkan, untuk memanjakan mereka, di sepanjang Kalimas bakal ditambah lagi dengan spot-spot seni dan pasar apung.
Ke depan, setiap wisatawan bisa berhenti di titik-titik tertentu untuk menikmati dan membeli produk-produk UMKM yang dijual di sepanjang Kalimas. Mari menyusuri sepenggal Kota Surabaya dimulai dari jantung kota dengan berperahu di Kalimas.
Hati akan semakin gembira setelah menyusuri gemerlap ”Kota Pahlawan”. Apalagi, perjalanan berperahu di sungai yang membelah Kota Surabaya ini digelar mulai petang hingga tengah malam.
Pesona kota yang hijau dengan ratusan taman bertema dan sangat memuliakan pejalan kaki ini benar-benar terpancar, terutama di kala malam. Surabaya, oh Surabaya. Ayo, rek, tamasya dengan berperahu di Kalimas sambil dilanjut dengan mlaku-mlakunang Tunjungan.