Jaga Ketahanan Pangan, Pembangunan Bendungan Dikebut
Keberadaan 231 bendungan telah mampu meningkatkan indeks pertamanan menjadi rata-rata 147 persen. Dengan tambahan 61 persen bendungan yang tengah dibangun, indeks pertamanan bisa mencapai 200 persen.
Oleh
NINA SUSILO, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keberadaan bendungan di berbagai wilayah diyakini tak hanya memenuhi kebutuhan air untuk masyarakat, tetapi juga mendukung ketahanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk mempercepat penyelesaian pembangunan bendungan di sejumlah daerah.
Presiden Joko Widodo meninjau Bendungan Sindangheula yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jumat (17/6/2022). Dalam peninjauan ini, Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar, dan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah.
Sembari mengamati bendungan yang diresmikan pada 4 Maret 2021 tersebut, Presiden berdiskusi dengan Basuki. Basuki menjelaskan bahwa kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air telah meningkatkan indeks pertanaman, dengan rata-rata nasional menurut Badan Pusat Statistik, berada di angka 147 persen. Nilai indeks tersebut diharapkan dapat terus naik apabila sejumlah proyek pembangunan bendungan telah selesai.
”(Kehadiran bendungan) Meningkatkan indeks pertanaman yang sekarang ini rata-rata nasional BPS, Pak, 147 persen, dengan 231 bendungan. Jadi dengan tambahan 61 bendungan bisa kita menjadi 200 persen,” ujar Basuki.
Selain itu, keberadaan bendungan juga berpengaruh terhadap hasil produksi pangan di Indonesia. Dengan indeks pertanaman 147 persen, hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton. Angka ini melebihi kebutuhan konsumsi nasional. ”Padahal, konsumsinya 28 juta ton. Jadi make sense, Pak, kenapa tiga tahun kita enggak impor (beras),” ujarnya.
Diharapkan adanya sejumlah bendungan yang masih dalam proyek pembangunan dapat meningkatkan indeks pertanaman. Diperkirakan, produksi beras nasional dapat mencapai 40 juta ton pada tahun 2045.
Keberadaan bendungan juga berpengaruh terhadap hasil produksi pangan di Indonesia. Dengan indeks pertanaman 147 persen, hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton. Angka ini melebihi kebutuhan konsumsi nasional.
”Jadi nanti 2045 kalau (indeks pertanaman) bisa sampai 200 (persen), itu bisa produksi 40 juta ton. Surplusnya bisa sampai 10 juta (ton),” katanya.
Bendungan Sindangheula yang berjarak 8,5 kilometer dari kawasan pusat pemerintahan Provinsi Banten diresmikan Presiden Jokowi pada 4 Maret 2021. Bendungan dibangun dengan anggaran Rp 451 miliar dan memiliki kapasitas tampung sebesar 9,30 juta meter kubik.
Bendungan Sindangheula disiapkan untuk menyediakan air baku masyarakat, pengendali banjir, pembangkit listrik, dan tempat rekreasi. Sebagai penyedia air baku dengan kapasitas hingga 0,80 meter kubik per detik, bendungan ini bisa dimanfaatkan daerah-daerah industri yang berkembang di Kota Serang, Kabupaten Serang, dan Kota Cilegon.
Selain itu, bendungan ini juga bisa digunakan untuk mengairi 1.289 hektar sawah, khususnya di Kota dan Kabupaten Serang. Bendungan juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas 0,40 MW.
”Kami harapkan bendungan ini memberikan nilai tambah yang besar bagi petani di Banten dalam menjamin ketersediaan air yang cukup sehingga makin produktif dan bisa menjaga ketahanan pangan,” ujar Presiden saat peresmian.
Presiden juga menilai penyediaan air bisa menjaga kemandirian pangan. Karena itu, bendungan dan waduk banyak dibangun sepanjang masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Secara nasional, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 61 bendungan sepanjang 2015-2024. Sebanyak 15 bendungan rampung dalam periode 2015-2019. Tahun 2021, diselesaikan 17 bendungan.