Segmen Ultra Mikro Jadi Kunci Perluas Inklusi Keuangan
Para pelaku sektor jasa keuangan dinilai perlu terjun lebih dalam untuk menjangkau segmen usaha ultra mikro yang belum terjangkau layanan jasa keuangan. Segmen ini jadi kunci menggenjot inklusi keuangan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Guna mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada tahun 2024, para pelaku sektor jasa keuangan dinilai perlu terjun lebih dalam untuk menjangkau segmen yang belum terjangkau layanan jasa keuangan, seperti segmen usaha ultra mikro. Upaya menjangkau segmen ini sama artinya memperluas inklusi keuangan.
Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Supari menyatakan, untuk mendorong tercapainya target inklusi keuangan yang ditetapkan pemerintah sebesar 90 persen pada tahun 2024 salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menjangkau segmen ultra mikro. Sebab, hingga kini masih banyak pelaku usaha mikro yang belum tersentuh layanan jasa keuangan.
”Segmen (ultra mikro) ini yang sebetulnya sangat membutuhkan layanan keuangan, tetapi belum tersentuh,” ujar Supari dalam konferensi pers ”Pesta Rakyat Simpedes”, di Gedung Sarinah, Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Berdasarkan target inklusi keuangan tersebut, menurut perhitungannya, pada tahun 2024, diperkirakan akan ada sekitar 171 juta orang di usia produktif yang akan membutuhkan akses layanan jasa keuangan. Dari jumlah itu, pihaknya menargetkan bisa menjangkau 121 juta orang di antaranya bisa mengakses layanan jasa keuangan oleh grup BRI.
Guna membantu pencapaian target itu, mulai tahun lalu pemerintah membentuk perusahaan induk (holding) ultra mikro, terdiri dari BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Supari menjelaskan, holding ultra mikro sudah mengantongi 36 juta nasabah ultra mikro. ”Sudah sekitar 80 persen dari total usaha mikro di Indonesia,” ujar Supari.
Salah satu kegiatan yang dilakukan BRI untuk memperluas inklusi keuangan dan memberdayakan lebih banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah dengan menggelar Pesta Rakyat Simpedes (PRS) yang dilaksanakan Juni sampai Desember tahun ini. Kegiatan ini digelar di 354 kantor cabang BRI yang tersebar di 354 kabupaten/kota.
Selain itu, PRS juga diadakan di kantor cabang di 379 lokasi yang menjadi kantong UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia. Menurut dia, PRS akan melibatkan 3.000-5.000 pelaku UMKM untuk menampilkan produknya kepada masyarakat. ”Kami memberikan akses pasar kepada UMKM melalui PRS,” ujar Supari.
Pemberdayaan UMKM
Supari menambahkan, perlu pendekatan yang berbeda untuk menjangkau segmen ultra mikro. Pelaku jasa keuangan tidak bisa serta merta langsung memberikan pembiayaan. Perlu pemberdayaan dan pelatihan terlebih dahulu dalam menyentuh segmen ini.
”Kami kedepankan pemberdayaan dan pelatihan kepada pelaku usaha ultra mikro, bukan lagi pembiayaan. Nanti (pembiayaan) itu akan mengikuti saja ketika sudah terlatih dan berdaya,” ujar Supari.
Upaya memberdayakan UMKM juga dilakukan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). BNI fokus memberdayakan UMKM yang berorientasi ekspor dengan terlibat dalam Pasar Senggol Turki dengan memboyong 50 jenis produk UMKM mitra binaan untuk pameran di Turki. Pasar Senggol merupakan sebuah festival ekonomi dan budaya Indonesia di Turki.
Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom menyampaikan, pihaknya akan fokus pada bisnis internasional. Salah satu upayanya adalah dengan mendorong UMKM berorientasi ekspor agar lebih berkembang.
UMKM binaan yang dibawa BNI, antara lain, untuk kategori UMKM Xpora adalah Bali Wirama dengan kategori home and garden decor yang selama ini produknya 100 persen diekspor ke Eropa dan Faber Instrumen Indonesia dalam bidang usaha instrumen musik dan homedecor dari kayu seperti radio kayu, shoehorn, jam dinding, flashdisk kayu, dan lainnya yang produknya mulai dilirik oleh konsumen luar negeri karena keunikannya dengan ciri khas kayu Indonesia.