Eksplorasi Migas di Papua-Maluku Terus Dikembangkan
Menurut data SSKK Migas Wilayah Pamalu, per 1 Februari 2022, ada 10 wilayah kerja migas yang sudah disertai plan of development (POD). Tujuh di antaranya sudah produksi. Upaya eksplorasi terus digalakkan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SORONG, KOMPAS — Pengembangan eksplorasi minyak dan gas di wilayah Papua dan Maluku, khususnya di Papua Barat, terus dikembangkan. Dalam waktu dekat, pengeboran eksplorasi akan dilakukan di Sumur Markisa 01, Kabupaten Sorong, Papua Barat. Wilayah Papua dan Maluku berkontribusi 4 persen terhadap produksi minyak nasional.
Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Papua Maluku (Pamalu) Subagyo, di Sorong, Papua Barat, Senin (13/6/2022) mengatakan, saat sejumlah sumur di Papua Barat, termasuk Sorong dan sekitarnya, sudah berusia tua. Pencarian sumur-sumur baru oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk eksplorasi dilakukan. Nantinya diharapkan produksi migas di Pamalu meningkat.
”Pertamina sedang mengebor. Development sudah, lalu nanti bor eksplorasi. Setelah dieksplorasi, mudah-mudahan dikembangkan hingga produksi. Dengan satu atau dua sumur dan kalau bagus bisa di-POP (put on production)-kan. Untuk Petrogas sudah ada komitmen dua sumur di 2022. Mudah-mudahan bisa segera direalisasikan,” kata Subagyo.
Subagyo menuturkan, pihaknya mendukung upaya pengeboran eksplorasi tersebut. Dengan demikian, nantinya diharapkan produksi tetap sesuai dengan target pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). ”Saat ini masih tercapai 90-95 persen dari (target) produksi APBN,” ujarnya.
Menurut data SKK Migas Wilayah Pamalu, per 1 Februari 2022, ada 10 wilayah kerja migas yang sudah disertai rencana pengembangan (plan of development/POD). Tujuh di antaranya sudah produksi, yakni Berau oleh BP Berau Ltd; Bula Block oleh Kalrez Petroleum (Seram) Limited; Kepala Burung oleh Petrogas (Basin); Salawati oleh Petrogas (Island); Seram Non Bula oleh Citic Seram Energy Limited; West Salawati oleh Montd'or Salawati Ltd; dan Pertamina EP.
”Kontribusi di wilayah Papua Maluku 4 persen dari total produksi siap jual (lifting) minyak nasional. Sementara untuk gas, Papua Maluku berkontribusi 20 persen dari total lifting gas nasional,” ujar Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Pamalu Galih Agusetiawan.
Menurut data SKK Migas, realisasi lifting minyak nasional pada 2021 sebesar 660.251 barel per hari atau 93,70 persen dari target APBN yang 705.000 barel per hari. Sementara realisasi lifting gas nasional pada 2021 sebesar 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 97,6 persen dari target APBN yang 6.662 MMSCFD.
Galih menambahkan, sejumlah hal yang menjadi kendala dalam pengembangan industri migas di wilayah Papua Maluku, antara lain, terkait perizinan dan pertanahan. Mengenai eksplorasi, peluang diyakini selalu ada. Namun, ada risiko sosial yang menjadi tantangan dan kendala yang mesti dihadapi. Akan tetapi, upaya-upaya terus dilakukan agar peluang yang ada dapat dioptimalkan.
Ia menambahkan, terakhir kali pengeboran eksplorasi dilakukan di wilayah Papua Maluku ialah pada 2013 dan saat itu pun tidak berhasil. ”Kini, yang dalam waktu dekat ialah Sumur Markisa 01 di Sorong, oleh Pertamina. Per 13 Juni rig sudah berdiri dan pada 20 Juni 2022 direncanakan akan masuk sumur. Mudah-mudahan ketemu,” kata Galih.
Dalam mendukung keberhasilan eksplorasi, lanjut Galih, selama ini telah dilakukan sejumlah upaya, salah satunya pemanfaatan teknologi enhanced full tensor gradiometry (eFTG) dan laser imaging, detection, and ranging (LiDAR). Teknologi itu menggunakan pesawat yang terbang rendah guna memetakan kekayaan sumber daya alam di perut bumi.
Pengembangan masyarakat
Adapun program pengembangan masyarakat (PPM) oleh KKKS juga terus dilakukan di wilayah kerja Papua Maluku. Salah satunya oleh Petrogas yang memiliki program pemberdayaan bagi masyarakat Kampung Arar, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong. Bekerja sama dengan badan usaha milik desa (BUMDes) setempat, produksi ikan, kerupuk rumput laut, dan bakso ikan diserap oleh Petrogas.
Produksi warga itu digunakan untuk katering di Petrogas. ”BUMDes Arar memasok 2 ton ikan, 6 kilogram (kg) kerupuk, dan 8 kg bakso ikan setiap bulannya. Akhir 2021, alhamdulillah, secara total telah suplai lebih dari 30 ton ikan. Keberlanjutan program ini dapat terjaga. Mudah-mudahan pasarnya dapat lebih berkembang lagi,” ujar Senior Manager Supply Chain Management HR Petrogas Indonesia Oki Pancoro.
Terkait PPM, Subagyo menuturkan, KKKS sudah memetakan dan memprediksi apa yang dibutuhkan dari masyarakat di sekitar wilayah kerja. Pada akhirnya, dengan berkembangnya industri migas, perekonomian masyarakat dapat semakin terungkit. ”Kuncinya adalah rasa memiliki. Selain itu, masyarakat juga sebagai pagar (dalam pelaksanaan di wilayah kerja),” ujarnya.
Sementara itu, SKK Migas memiliki proyek percontohan, yakni Desa Wisata Bahari Kuliner (Dewi Bakul) di Sorong, yang telah berjalan selama enam bulan. Dengan melibatkan semua KKKS. Sejumlah paket wisata disediakan, yakni paket berkemah di Pulau Sisi, serta paket lompat pulau, yakni mengunjungi sejumlah pulau di sekitar Sorong, dengan kapal.