Perbankan Tawarkan Skema Kredit Pemasangan PLTS Atap Rumah Tangga
Pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di atap rumah tangga makin marak. Dukungan perbankan diperlukan agar masyarakat makin bisa menjangkau biaya pemasangan PLTS atap rumah tangga.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan perbankan mulai marak menawarkan skema kredit untuk pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap rumah tangga. Seiring dengan kesadaran masyarakat untuk menggunakan listrik yang bersumber dari energi terbarukan dan mendukung upaya pemerintah menurunkan emisi, kebutuhan akan PLTS atap makin meningkat. Peluang inilah yang coba ditangkap perbankan.
Digital Lending Division Head Bank OCBC NISP Veronica Susanti menjelaskan, sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan lingkungan, permintaan pemasangan PLTS atap ikut meningkat. Berangkat dari hal itu, pihaknya menawarkan produk dan skema kredit untuk pemasangan PLTS atap rumah.
”Produk dan skema kredit ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pendanaan untuk pemasangan PLTS atap rumah tangga,” ujar Veronica dalam webinar bertajuk ”Dukungan Lembaga Jasa Keuangan untuk Pembiayaan Transisi Energi di Industri Perumahan”, Kamis (9/6/2022).
Ia menjelaskan, pihaknya menawarkan program kartu kredit ”Solar Panel Financing”. Dengan program itu, masyarakat bisa mengangsur biaya pemasangan PLTS atap sebesar Rp 500.000, dengan bunga 0 persen selama 36 bulan masa angsuran.
Subject Matter Expert Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Bidang Sustainable Finance, Trioksa Siahaan, menjelaskan, transisi energi di sektor perumahan selama ini memang terhambat dari besarnya investasi yang perlu dikeluarkan untuk pemasangan PLTS atap. Kini, lanjut Trioksa, dengan adanya berbagai skema kredit pemasangan PLTS atap, masyarakat bisa lebih menjangkaunya.
Trioksa menjelaskan, harga dari pembelian dan pemasangan PLTS atap mencapai Rp 55 juta untuk produksi listrik 450 kilowatt per jam setiap bulannya. Dalam hitungannya, dengan kredit perbankan dengan tenor 10 tahun dan bunga 7 persen dengan metode anuitas, maka masyarakat akan memperoleh titik impas atau break event point (BEP) dalam kurun 7-8 tahun.
Selain itu, lanjut Trioksa, masyarakat bisa menikmati efisiensi penggunaan listrik sampai 60 persen dibandingkan saat ini. Dengan perhitungan itu dan berbagai skema kredit, ia percaya kredit untuk segmen ini akan terus berkembang ke depan.
”Pembiayaan atau kredit ke sektor energi hijau ini pasti akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan dari masyarakat,” kata Trioksa.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Andriah Feby Misna menambahkan, pihaknya menargetkan pada 2025 ada 3.610 megawatt listrik yang bersumber dari PLTS atap. Adapun segmen atap rumah tangga ditargetkan berkontribusi sebesar 1.524 megawatt atau 42,21 persen dari total listrik yang dihasilkan PLTS atap pada 2025. Selebihnya dihasilkan oleh PLTS atap dari segmen lain, seperti industri, bisnis, sosial, dan pemerintahan.
Sementara pada 2022, target total listrik listrik yang dihasilkan PLTS atap sebesar 450 megawatt. Adapun segmen rumah tangga ditargetkan menghasilkan 189 megawatt.
Target bauran energi
Andriah menjelaskan, makin maraknya pemasangan PLTS atap ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mencapai target bauran energi baru dan terbarukan pada 2025 yang sebesar 23 persen. Sedangkan sampai dengan 2021, porsi energi baru dan terbarukan sebesar 12,2 persen.
Andriah menjelaskan, meski pemerintah mendorong semua sektor itu bisa perlahan bertransisi menggunakan PLTS atap, pihaknya fokus memassalkan pemasangan PLTS atap rumah tangga. Adapun pada 2021 baru ada 3.472 rumah yang memasang PLTS atap.
”Dengan dukungan lembaga keuangan, masyarakat menjadi lebih bisa menjangkau biaya pemasangan PLTS atap. Semakin massal pemasangannya, perlahan bisa ikut mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan sehingga mencapai target bauran energi baru dan terbarukan pemerintah,” ujar Andriah.
Selain untuk mencapai target bauran energi, pemasangan PLTS atap juga sejalan dengan komitmen pemerintah mencapai National Determined Contribution (NDC) penurunan emisi rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 secara mandiri. Adapun target penurunan bisa mencapai 41 persen dengan dukungan internasional. Tak hanya itu, Indonesia juga berkomitmen menciptakan nol emisi karbon pada 2060.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, pemasangan PLTS atap rumah tangga memang bisa menambah penggunaan energi terbarukan. Meski jumlah kontribusi listrik per rumah itu kecil, tetapi karena jumlahnya banyak dan massal, pada akhirnya kontribusinya bisa sangat besar.