”Start Up” Teknologi Finansial Akan Selalu Jadi Incaran
Inovasi teknologi finansial akan selalu dibutuhkan. Oleh karena itu, perusahaan rintisan yang bisa mengembangkan inovasi teknologi finansial akan diincar oleh investor.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
KRISTIAN OKA PRASETYADI UNTUK KOMPAS
Sebuah kios memberikan cashback 5 persen untuk transaksi menggunakan uang elektronik OVO.
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan rintisan yang mampu mengembangkan inovasi teknologi finansial diperkirakan tetap menjadi incaran investor modal ventura pada jangka panjang. Bentuk inovasi itu akan menjadi penggerak utama aneka jenis layanan digital.
”Kami percaya, semua perusahaan teknologi pada akhirnya akan masuk ke bisnis layanan teknologi finansial (tekfin). Sejumlah perusahaan teknologi raksasa sampai perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up internasional, seperti Uber, terjun mengembangkan tekfin bernama Uber Money,” ujar analisis investasi Centra Capital Ventura, Deandra Fidelia Marbun, saat menghadiri peluncuran Startup Report 2021-2022 Q1, Selasa (7/6/2022), di Jakarta.
Uber Money diketahui memiliki beberapa produk tekfin, antara lain dompet elektronik dan Uber kartu kredit. Sementara perusahaan teknologi raksasa, seperti Google, juga memiliki tekfin bernama Google Pay. Google Pay terdiri dari layanan dompet elektronik dan sistem gerbang pembayaran daring.
Deandra menjelaskan, konsumen semakin terbiasa berbelanja barang/jasa melalui platform digital. Namun, pada saat bersamaan terdapat sejumlah warga yang masih belum terlayani maksimal ataupun tidak terakses oleh layanan perusahaan jasa keuangan. Kondisi tersebut mendorong terobosan-terobosan tekfin diperlukan.
”Tren mendatang, perusahaan modal ventura mengincar start up yang mengembangkan tekfin terpisah ataupun solusi tekfin yang menyambung ke ekosistem layanan sektor industri di luar finansial (embedded finance). Tekfin akan menjadi ’tulang punggung’ atas segala jenis layanan digital, termasuk logistik,” katanya.
KOMPAS/ALIF ICHWAN
Warga mencoba aplikasi mobile money LinkAja di Jakarta, Senin (25/2/2019). Layanan keuangan elektronik milik Telkomsel, yakni TCASH, resmi berubah menjadi menjadi LinkAja mulai 22 Februari lalu. LinkAja merupakan layanan uang digital sinergi dari berbagai badan usaha milik negara (BUMN). LinkAja menggabungkan produk TCASH milik Telkomsel, Yap! milik BNI e-Cash milik Bank Mandiri dan T- Bank BRI. Penggabungan ini diharapkan BUMN dapat bersaingan dengan OVO dan Go-Pay dandapat secara maksimal menggarap nasabah dan pelanggan Telkomsel.
Startup Report 2021–2022Q1 disusun oleh DailySocial, LinkAja, East Ventures, dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Berdasarkan laporan ini, sampai triwulan I-2022, Indonesia mempunyai 11 startup bervaluasi satu miliar dollar AS atau unicorn. Mereka adalah Traveloka (agen perjalanan daring), OVO (tekfin), JD.ID (e-dagang), Blibli (e-dagang), Tiket.com (agen perjalanan daring), J & T (logistik), Kredivo (tekfin), Xendit (tekfin), Ajaib (kelola kekayaan), Akulaku (tekfin), dan Kopi Kenangan (retail baru).
Pada periode yang sama terdapat sekitar 50 startup yang bervaluasi 100–990 juta dollar AS atau soonicorn. Sebanyak 14 startup di antaranya bergerak di tekfin.
Konsumen semakin terbiasa berbelanja barang/jasa melalui platform digital. Namun, pada saat bersamaan terdapat sejumlah warga yang masih belum terlayani maksimal ataupun tidak terakses oleh layanan perusahaan jasa keuangan.
Founding Partner DS/X Ventures (firma investasi bagian dari jaringan DailySocial) Amir Karimuddin mengatakan, secara kuantitas, startup sektor tekfin mendominasi putaran suntikan pendanaan startup di tahun 2021. Total terdapat 36 putaran penyertaan investasi ke startup tekfin selama 2021. Tren ini melanjutkan kondisi yang terjadi tiga tahun terakhir.
“Jumlah nilai pendanaan yang berhasil dikumpulkan mencapai lebih dari 824 juta dollar AS,” kata dia.
Sepanjang tahun 2021, sesuai Startup Report 2021–2022Q1, terdapat 15 aksi merger dan akuisisi di kalangan startup. Amir menyebut di antara aksi tersebut dilakukan oleh startup tekfin. Sebagai contoh, dompet elektronik LinkAja mengakuisisi iGrow, penyedia layanan pinjam-meminjam berbasis teknologi informasi untuk sektor pertanian. Contoh lain, penyedia layanan pinjam-meminjam berbasis teknologi informasi khusus syariah Alami mengakuisisi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Cempaka Al-Amin.
Tren ke depan diperkirakan semakin banyak pelaku industri terjun ke digital guna memberikan servis lebih baik kepada konsumen. Sektornya pun semakin beragam, mulai dari makanan dan minuman hingga kesehatan
Senada dengan Deandra, Amir mengatakan, tren ke depan diperkirakan semakin banyak pelaku industri terjun ke digital guna memberikan servis lebih baik kepada konsumen. Sektornya pun semakin beragam, mulai dari makanan dan minuman hingga kesehatan. Tren ini akan diikuti dengan tren kemunculan inovasi embedded finance dan web3.
“Inovasi embedded finance bisa berupa layanan asuransi berbasis teknologi. Itu salah satu contohnya. Kami percaya, warga semakin percaya bahwa kehadiran startup apapun latar belakang sektor industrinya berdampak positif ke kemudahan kehidupan mereka dan perekonomian,” ujar dia.
Berdasarkan survei kepada 980 orang yang tercantum dalam Startup Report 2021–2022Q1, 95 persen responden menyadari bahwa startup berdampak positif ke perekonomian dan 98 persen mengakui bahwa startup berdampak ke lingkungan.