Inovasi UMKM dan Ekosistem Digital Dukung Pemulihan Ekonomi
Sebanyak 19 juta UMKM telah terhubung dalam ekosistem digital. Angka ini tumbuh 100 persen sejak sebelum pandemi Covid-19. Jumlah tersebut ditargetkan menjadi 30 juta atau naik dua kali lipatnya pada 2024.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI, DAHLIA IRAWATI, AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·6 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Berkat daya saing dan inovasi ekonomi digital Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memiliki daya tahan lebih baik pada masa pandemi Covid-19. Meski demikian, masih dibutuhkan dorongan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kontribusi pelaku usaha di masa pemulihan ekonomi saat ini mengingat perannya yang signifikan dalam penciptaan lapangan pekerjaan.
Hal itu menjadi benang merah Bincang Kompas yang digelar secara hibrida dengan tema Inovasi UMKM dan Ekosistem Digital Untuk Mendukung Pemulihan Ekonomi di Hotel Kampi, Surabaya, Senin (7/6/2022). Acara itu menghadirkan Menteri Koperasi Usaha Mikro, Kecil, Menengah Teten Masduki, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak, Ketua Departemen Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, dan Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Iskak Danuningrat.
Teten mengatakan, sebanyak 19 juta UMKM telah terhubung dalam ekosistem digital. Angka ini tumbuh 100 persen sejak sebelum pandemi Covid-19. Jumlah tersebut ditargetkan menjadi 30 juta atau naik dua kali lipatnya pada 2024.
Dengan terhubung dalam ekosistem digital pelaku UMKM dapat memperkuat belanja dalam negeri karena mereka memiliki peluang lebih besar untuk ikut serta dalam pengadaan belanja barang dan jasa pemerintah di tingkat pusat, provinsi, maupun daerah kabupaten dan kota.
”Tahun ini ditargetkan 1 juta produk UMKM masuk dalam sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik atau e-katalog. Saat ini sudah mencapai 326.990 produk. Pemerintah terus mengawal program 40 persen pengadaan barang dan jasa bagi produk UMKM,” ujar Teten Masduki.
Strategi lain yang dikembangkan oleh pemerintah di tingkat pusat adalah membangun kemitraan usaha besar, usaha kecil, baik bersama BUMN maupun pihak swasta sehingga UMKM menjadi rantai pasok dari industri nasional. Belajar dari negara lain seperti Jepang, Vietnam, dan Korea Selatan, pelaku UMKM tidak terpisah dengan ekosistem pengembangan usaha.
Di Jepang, misalnya, peran UMKM sangat penting dalam menyuplai komponen otomotif untuk memperkuat bisnis sektor otomotif nasional. Untuk itulah Kementerian Koperasi UMKM terus memperkuat kemitraan dengan usaha besar dimulai dengan sembilan BUMN dan sejumlah perusahaan swasta seperti PT Mitra Bumdes Nusantara, IKEA, Grab, dan Gojek.
Teten Masduki mengapresiasi peran Sampoerna Enterpreneurship Training Center dalam mendampingi ribuan UMKM di lebih dari 70 kota dengan mendirikan pusat pelatihan kewirausahaan terpadu yang diluncurkan pada 2007. Hal ini penting karena pihaknya ingin pada 2024 lahir 1 juta wirausaha mapan baru.
”Pola pikir berwirausaha harus terus ditanamkan, terutama untuk pelaku usaha mikro dan kecil yang masih perlu memahami cara mengidentifikasi target pasar, meningkatkan skala produksi, dan menciptakan model bisnis yang tepat. Mari terus kita tingkatkan sinergi dan kolaborasi dengan semua pihak khususnya swasta agar UMKM ke depan semakin kuat dan tahan tantangan,” kata Teten.
Sementara itu Emil mengatakan kondisi pelaku UMKM di masa pandemi Covid-19 jauh lebih baik. Setidaknya hal itu berdasarkan kinerja kelancaran kredit yang terdata di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meski demikian, kinerja UMKM terutama di Jatim perlu lebih digenjot lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi tingginya permintaan terhadap lapangan kerja yang terindikasi dari tingginya angka pengangguran.
Untuk mengakselerasi kinerja ini, perlu digenjot lagi dorongan pemerintah daerah terhadap UMKM. Salah satunya, dorongan untuk memperkuat ekosistem digital. Hal itu karena ekosistem digital mampu memberi ruang yang lebih besar untuk mengembangkan produk-produk UMKM.
”Tentunya, hal itu bisa dicapai apabila produknya itu sendiri sesuai dari sisi harga, jenis, dan kualitas. Inilah pentingnya melibatkan berbagai pihak seperti kampus dan swasta untuk duduk bareng,” kata Emil.
Keterlibatan berbagai pihak diperlukan agar pendampingan menjadi lebih efektif sehingga produk yang dihasilkan mampu berkompetisi di pasar global. Perusahaan besar juga diharapkan berperan dalam pendampingan UMKM sehingga terbangun sinergi yang baik. Misalnya melibatkan UMKM sebagai pemasok bahan baku industri.
Pola pikir berwirausaha harus terus ditanamkan terutama untuk pelaku usaha mikro dan kecil yang masih perlu memahami cara mengidentifikasi target pasar, meningkatkan skala produksi, dan menciptakan model bisnis yang tepat. (Teten Masduki)
Selain pendampingan di bidang produksi, Pemprov Jatim juga menyiapkan dukungan pendanaan. Saat ini, tengah disiapkan skema pendanaan dengan sistem penggalangan dana atau crowd funding untuk membantu pelaku UMKM mengembangkan bisnisnya.
Gancar Candra Premananto mengatakan kunci penting keberhasilan UMKM adalah kerja sama banyak pihak, misalnya pentahelix yang melibatkan pengusaha, akademisi, media, pemerintah, dan masyarakat.
Ketahanan UMKM saat Pandemi
”Praktisi berusaha untuk maju, dengan difasilitasi oleh pengusaha dan pemerintah, serta dimentori oleh akademisi. Disisi lain, masyarakat mendukung dengan mengonsumsi produk UMKM. Kerja sama semua pihak inilah kunci keberhasilan dan kemajuan UMKM,” kata Gancar.
Terkait berkembangnya era dunia digital, Gancar berpendapat, hal itu memberi peluang luas bagi UMKM untuk berinovasi. Salah satunya, dengan beragam aplikasi digital yang bisa mendorong kinerja UMKM. Misalnya, aplikasi yang mempermudah pengelolaan keuangan ataupun aplikasi displai produk.
Kepala Urusan Eksternal PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat mengatakan, sejak awal berdiri pada tahun 1913, perusahaan selalu memiliki perhatian khusus terhadap UMKM. Oleh karena itu, payung program ”Sampoerna untuk Indonesia” hadir secara konsisten membina UMKM guna memanfaatkan potensi daerah, meningkatkan daya saing, dan memberdayakan masyarakat sekitar.
”Kami percaya, pemberdayaan UMKM yang bersifat pembinaan dapat memberi dampak jangka panjang. Untuk itu, sejak 15 tahun lalu kami telah menjalankan program pembinaan, salah satunya Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC),” ucap Iskak.
Kegiatan SETC mencakup pelatihan dan pengembangan UMKM untuk memanfaatkan potensi sumber daya di setiap daerah, seperti pertanian, kuliner, hingga batik. Pihaknya bersyukur dan bangga telah menyaksikan dampak positif dari program pembinaan bagi UMKM, hingga memberi manfaat yang lebih luas bagi masyarakat sekitarnya.
SETC memiliki kegiatan seperti beragam pelatihan dan pembukaan akses pasar bagi UMKM di berbagai sektor, termasuk kuliner, batik, kerajinan tangan, pertanian, dan lainnya. Selama 15 tahun terakhir, SETC telah memberi pelatihan kepada lebih dari 56.000 peserta.
Salah satu binaan Sampoerna, Ferry Sugeng Santoso, pelaku UMKM batik indigo asal Pasuruan berkisah bahwa dari hanya bermodal Rp 5 juta, maka ia saat ini bisa memiliki tempat di hati pencinta batik dalam dan luar negeri. Produknya diterima di pasar internasional seperti Belanda. Harga batiknya bisa mencapai ratusan juta rupiah per lembar.
”Yang diperlukan UMKM adalah fokus. Boleh belajar apa saja dan dari mana saja, tetapi harus tetap fokus kita usaha apa. Pendampingan dan bimbingan dan pihak luar, salah satu fungsinya adalah mendorong agar kita bisa konsisten dan fokus menekuni usaha meski situasi jatuh bangun,” katanya.
Ani Nurdian, pelaku UMKM Letes Craft Pasuruan, mengatakan bahwa UMKM harus melek digital. Sebab, hal itu sangat membantu kinerja mereka. ”Saya memang pelaku UMKM yang sudah tidak muda lagi, sudah 50-an tahun, tetapi bukan berarti tidak bisa belajar. Saya menggunakan aplikasi keuangan digital sehingga mempermudah pengelolaan keuangan saya. Saat pandemi, saat orang tak bisa bertemu, maka kami berjualan secara online. Website dan medsos kami hidupkan lagi. Dan hasilnya, omzet kami naik tiga kali lipat,” katanya.