Agenda tentang pembagian dividen masih mendominasi aksi korporasi. Selain pembagian dividen, beberapa emiten juga melakukan beli balik saham (”buyback”).
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan dari berbagai aksi korporasi diambil manajemen emiten melalui beberapa rapat umum pemegang saham hari ini, Senin (6/6/2022). Agenda tentang pembagian dividen masih mendominasi aksi korporasi.
PT Harum Energy Tbk memutuskan membagi dividen sebesar Rp 200 miliar hasil dari perolehan laba bersih tahun buku 2021. Keputusan tersebut sudah disepakati para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham, Senin.
”Dengan memperhitungkan jumlah saham beredar setelah stock split, besaran dividen setara dengan Rp 15,02 per saham,” ujar Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara secara daring.
Pada tahun 2021, emiten pertambangan batubara ini membukukan kenaikan laba sebesar 25,6 persen dari 59 juta dollar AS menjadi 74,1 juta dollar AS. Harum Energy juga tengah melakukan proses pemecahan nilai nominal saham (stock split).
Kesempatan
Selain harga batubara yang sedang tinggi, Harum Energy juga mencari pasar baru. Kali ini, krisis energi yang terjadi di India membuka peluang bagi Harum untuk menjual batubara ke negara itu. Ray mengatakan, sebagian besar batubara Harum Energy diekspor ke China. Namun, pada triwulan I-2022 ini, India menjadi pasar baru.
Ray mengatakan, peluang penjualan ke India akan mengurangi ketergantungan pada pasar China. Pasar China diperkirakan melambat dalam 2-3 bulan ke depan. Sepanjang triwulan I-2022, penjualan batubara ke India menempati pangsa pasar 8 persen dari penjualan Harum Energy.
Sementara itu, PT Metrodata Electronics Tbk juga akan membagikan dividen sebesar Rp 128,9 miliar. Dividen tersebut merupakan bagian dari perolehan laba pada tahun buku 2021.
Total dividen yang dibagikan setara dengan 25,3 persen dari laba bersih yang senilai Rp 508,8 miliar. Sisa perolehan laba bersih sebesar Rp 379,9 miliar akan dibukukan sebagai laba ditahan.
Beli balik saham
Selain pembagian dividen, beberapa emiten juga melakukan beli balik saham (buyback), seperti PT Matahari Departement Store Tbk. Para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham hari ini telah menyepakati rencana tersebut.
Langkah beli balik saham akan dilakukan selama 18 bulan mulai 6 Juni 2022 hingga berakhir pada 5 Desember 2023. Jumlah saham yang akan dibeli balik sebanyaknya 10 persen dari jumlah saham yang beredar atau maksimal 262.614.878 saham.
Dana yang disediakan untuk membiayai beli balik saham ini sebesar Rp 1 triliun. Adapun alasan beli balik saham ini, menurut Wakil Presiden Direktur dan CEO Matahari Terry O’Connor, adalah upaya perseroan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan kinerja saham perseroan.
Sementara itu, PT XL Axiata Tbk sudah menyelesaikan akuisisi 51 persen saham PT Hipernet Indodata pada Kamis (2/6) pekan lalu. Dari keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, transaksi pembelian saham itu senilai Rp 335,3 miliar. XL Axiata membeli saham Hipernet dari PT Mitra Indo Asia sebesar 34,31 persen dan PT Magna Karya Archipelago sebesar 14,69 persen.