Anak Usaha Bakrie dan UNS Bangun Kerja Sama Strategis Laboratorium Baterai
PT VKTR Teknologi Mobilitas, yang bergerak di bidang manufaktur elektrifikasi transportasi dan ekosistem telematika, kembali membangun kerja sama strategis. Kali ini, dengan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —PT VKTR Teknologi Mobilitas, anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak di bidang manufaktur elektrifikasi transportasi dan ekosistem telematika, kembali membangun kerja sama strategis dengan institusi pendidikan untuk mendukung pembangunan laboratorium penelitian dan pengembangan teknologi baterai dalam bidang transportasi secara jangka panjang dan berkelanjutan.
Setelah menjalin kerja sama dengan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), VKTR melanjutkan kerja sama pengembangan baterai listrik kendaraan dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur Utama PT VKTR Teknologi Mobilitas Gilarsi W Setijono dan Ketua Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Teknologi Penyimpanan Energi Listrik UNS Prof Agus Purwanto, di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (2/6/2022).
Gilarsi mengatakan, pembangunan laboratorium ini bertujuan untuk inovasi dalam pengembangan teknologi baterai kendaraan listrik dan menjadi pusat pengujian terhadap baterai listrik, baik untuk memperkaya IPTEK dalam negeri maupun kebutuhan komersial.
”Sebagai komponen utama dari kendaraan listrik, teknologi baterai yang ada saat ini masih mengalami banyak keterbatasan sehingga masih sangat terbuka untuk dipelajari dan dikembangkan. Berdasarkan pemikiran itu, kita melakukan rencana kerja sama strategis dengan UNS,” tutur Gilarsi dalam keterangan persnya.
Menurut Gilarsi, keterbatasan teknologi baterai saat ini terdapat pada dua aspek, yakni aspek performa atau kinerja baterai dan aspek harga bahan baku atau material baterai yang masih sangat mahal. Jika dua hal ini bisa diatasi, upaya pengembangan teknologi baterai akan lebih maju lagi.
Dalam melihat performa baterai, lanjut Gilarsi, ada dua hal yang krusial, yakni kemampuan kecepatan baterai dalam mengantarkan energi dan banyaknya energi yang dapat disimpan oleh baterai tersebut. Selain itu, baterai juga harus aman, tahan lama, cepat dalam pengisian daya, ramah lingkungan, dan dapat dibuat dengan biaya yang relatif murah.
”Segudang tantangan di masa depan itu telah menanti untuk kita pecahkan bersama, mengingat perkembangan teknologi baterai nantinya akan semakin meningkat pesat,” jelas Gilarsi.
Dia juga mengatakan, posisi Indonesia dalam rantai produksi baterai kendaraan listrik sangat strategis. Pasalnya, Indonesia saat ini tercatat sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar, yakni mencapai 52 persen dari total cadangan nikel dunia.
Belum lagi, kata Gilarsi, nilai ekonomi nikel semakin tinggi akibat berkecamuknya perang antara Rusia dan Ukraina. Ini memicu kekhawatiran akan menipisnya pasokan nikel karena gangguan produksi di Rusia. Situasi global ini sangat menguntungkan Indonesia.
”Saya kira ini merupakan peluang yang besar bagi kita sebagai negara produsen nikel terbesar untuk menjadi pemain nikel terkemuka, terutama dalam rantai suplai bahan baku untuk baterai kendaraan listrik,” kata Gilarsi.
Laboratorium penelitianini, ujar Gilarsi, nantinya terbuka dan memberikan peluang bagi siapa saja yang ingin bergabung, termasuk alumni dan mahasiswa UNS yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Agus Purwantomengatakan, pihaknya menyambut baik rencana kolaborasi ini. Kerja sama strategis antara UNS dan VKTR ini merupakan salah satu upaya untuk senantiasa membangun budaya inovasi di Kampus UNS. Selanjutnya, UNS akan menyiapkan pembangunan innovation lab dan akan mengelolanya untuk kemajuan bersama.
”Kerja sama ini merupakan upaya yang terus-menerus untuk membangun budaya inovasi di kampus UNS. Secara khusus, kerja sama dengan PT VKTR ini adalah langkah awal yang baik untuk menciptakan satu ekosistem yang saling mendukung untuk mengembangkan elektrifikasi transportasi di Indonesia secara jangka panjang dan berkelanjutan oleh perguruan tinggi dan industri,” tutur Agus.
Semakin lengkap
Kerja sama yang dibangun VKTR semakin lengkap. Sebelumnya, VKTR telah menandatangani kerja sama strategis dengan sejumlah pihak, antara lain produsen bus listrik terkemuka dunia, BYD Auto; produsen baterai ramah lingkungan asal Inggris, BritishVolt; perusahaan karoseri Tri Sakti; perusahaan teknologi heavy mobility dari Inggris, Equipmake; Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS); serta sejumlah pihak lainnya.
Menurut Gilarsi, kerja sama dengan pelbagai pihak ini merupakan salah satu strategi VKTR untuk melokalisasi teknologi dan produk-produk manufakturnya. Pihaknya ingin agar ekosistem elektrifikasi transportasi di Indonesia dibangun secara lengkap dari hulu hingga ke hilir.
”Membangun ekosistem elektrifikasi transportasi ini merupakan langkah yang panjang ke depan. Semuanya kita petakan, mulai dari fasilitas pembuatan badan bus, fasilitas pembuatan sasis, teknologi telematika dan mekatronika, hingga yang sekarang ini adalah teknologi baterainya,” ujar Gilarsi.
Gilarsi optimistis, seiring berjalannya waktu, teknologi dan industrialisasi kendaraan listrik di Indonesia akan mengalami perkembangan yang sangat cepat dan menjanjikan. Untuk itu, pihaknya akan terus memperluas kemitraan dengan pihak-pihak yang memiliki keahlian berbeda-beda baik dalam segi teknologi maupun inovasi di bidang kendaraan listrik untuk memastikan penguasaan teknologi yang tepat bagi pasar Indonesia.
Awal tahun ini, kata Gilarsi, sebanyak 30 bus listrik VKTR-BYD telah diluncurkan sebagai bagian dari armada Transjakarta dan telah hilir mudik di jalanan melayani transportasi warga Ibu Kota. Ke depan, pihaknya akan memperluas jangkauan produk VKTR ke daerah-daerah lain selain DKI Jakarta.
”Insya Allah, kami optimistis dengan dukungan pemerintah, para pebisnis terkait, serta masyarakat luas, VKTR akan mampu menjadi pemain utama dalam bisnis dan industri kendaraan listrik yang dapat dibanggakan,” kata Gilarsi.