Taiwan Tertarik Kerja Sama Sistem Transportasi Ibu Kota Baru
Taiwan tertarik membangun kerja sama penyediaan teknologi sistem transportasi ramah lingkungan di Ibu Kota Negara Nusantara. Dari bus listrik, skuter listrik, hingga sistem transportasi perlu dipersiapkan secara matang.
JAKARTA, KOMPAS – Taiwan tertarik membangun kerja sama penyediaan teknologi sistem transportasi ramah lingkungan di Ibu Kota Negara Nusantara. Pembangunan IKN sebagai kota pintar tak sekadar membangun sebuah kota ramah lingkungan, tapi juga perlu mempersiapkan sistem mobilitas penduduknya, di antaranya transportasi umum berbasis teknologi listrik.
Berbekal pengalaman dan kemampuannya, sejumlah industri teknologi transportasi Taiwan berbagi pengalaman dalam webinar kota cerdas bertema ”E-mobility and Intelligent Transportation with Taiwan Technology” di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Michelle Wu, Deputy Executive Director Strategic Marketing Dept TAITRA, mengatakan, tahun 2024, Indonesia akan memindahkan ibu kota Jakarta ke IKN Nusantara di Kalimantan. Dalam pembangunan IKN, Pemerintah Indonesia menganut konsep perlindungan dan kelestarian lingkungan. Bersamaan dengan itu, tentunya perlu memperkenalkan teknologi baru tercanggih.
”Tentu, IKN diharapkan menjadi contoh kota pintar hijau secara global. Para pelaku industri Taiwan juga menantikan momentum ini untuk memperkenalkan teknologi informasi dan komunikasi kami yang matang, serta solusi kendaraan listrik dan sistem pengisian daya yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir,” kata Michelle.
Taiwan tampaknya juga ingin berpartisipasi dalam rencana Indonesia untuk membangun kota yang hijau dan cerdas. Ada enam perusahaan perwakilan Taiwan yang memiliki kemampuan menggunakan kecerdasan buatan untuk manajemen dan kontrol lalu lintas secara keseluruhan.
Mereka pun tergerak memperkenalkan bus listrik dan skuter listrik yang diklaim aman, stabil, dan pengisian daya yang cepat, termasuk sistem pengisian dan penyimpanan energi yang sempurna untuk kendaraan listrik. Bahkan, mereka juga telah mampu menggabungkan teknologi internet of things dan kecerdasan buatan (AI), termasuk sistem pencegahan kejahatan, pemantauan backend, pembelian tiket, dan kebutuhan lainnya.
”Industri teknologi Taiwan pun juga mampu melakukan sistem pemantauan keselamatan lalu lintas, termasuk analisis perilaku pengemudi, statistik penumpang, dan fungsi lainnya. Semua ini adalah teknologi yang tidak boleh kurang dalam membangun transportasi kota pintar,” ujar Michelle.
Vice President of Standardization and Monitoring Evaluation of Intelligent Transportation System Indonesia Resdiansyah selaku wakil Asosiasi Transportasi Cerdas Indonesia mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, Indonesia telah mengambil banyak prakarsa dalam pembangunan sistem transportasi, khususnya di Jakarta.
Ini dimulai dari sistem standardisasi transportasi melalui peraturan Menteri Perhubungan dan berbagai kebijakan pada investasi teknologi sistem transportasi di Indonesia, termasuk perencanaan implementasi IKN Nusantara. Untuk itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah berperan dalam memadukan implementasi konsep kota pintar dengan sistem transportasi cerdas untuk ibu kota baru.
Menurut Resdiansyah, kerja sama Indonesia dan Taiwan dalam sistem transportasi ini akan sangat menguntungkan karena Taiwan merupakan salah satu negara yang memiliki pengalaman implementasi teknologi sistem transportasi. Selain itu, teknologi yang digunakan dalam sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh (MFF) dengan menggunakan RFID telah terbukti berhasil diterapkan di Taiwan.
Solusi inovatif
Deputy Manager CECI Engineering Consultants Inc Mick Yu mengatakan, berbekal pengalaman perusahaannya sejak tahun 1969, solusi inovatif berbasis teknologi mutlak diperlukan, mulai dari perencanaan teknik, perancangan konstruksi, pengawasan, manajemen proyek, hingga pengembangan sistem dan integrasi.
Menurut Mick, jalan raya, jembatan, terowongan, bandara, taman sains, dan pelabuhan merupakan area yang memerlukan solusi inovatif dengan menggunakan aplikasi teknologi sistem transportasi, seperti diimplementasikan di Taiwan.
”Dalam beberapa dekade terakhir, kami mengimplementasikan teknologi ini. Banyak kasus yang berhasil, seperti sistem informasi real time untuk bus, jalan raya, dan pusat pengendalian lalu lintas pada jalan tol dan area perkotaan. Kami juga turut serta dalam pembangunan lokasi tes mobil tanpa pengemudi pertama di Tainan Shalun,” ujar Mick.
Problematika kemacetan lalu lintas dan emisi gas buang kerap menjadi persoalan pengembangan kota. Melalui analisis data secara real time, pihaknya merancang sistem pengendalian secara teknologi. Melalui implementasi sistem sinyal lalu lintas pintar, setidaknya bisa menghemat lebih dari 170.000 jam waktu perjalanan setiap tahun dan juga mengurangi 622 metrik ton emisi karbon. Kasus ini terjadi di Taipei.
Sementara Manager Master Transportation Bus Manufacturing Ltd Lucky Yu mengatakan, penyediaan bus listrik untuk kota cerdas tak dapat dihindari. Namun, acap kali teknologi bus listrik sangat memerlukan kecepatan sistem pengisian baterai. Kalau biasanya membutuhkan waktu 4-6 jam, kini pengisian baterai hanya memerlukan waktu 15 menit.
”Mengapa kami menekankan pengisian baterai bus listrik sebagai solusi terbaik untuk area perkotaan? Karena pengisian yang lambat berarti hanya dapat dipakai satu bus dan memusatkan pengisian hanya untuk satu bus di waktu yang sama. Itu berarti pengelola bus harus mencari tempat parkir yang luas dan permasalahan sumber daya listrik,” kata Lucky.
Untuk program nol emisi karbon, bus kota tradisional hanya dapat berjalan sejauh 200-300 kilometer setiap hari. Yang artinya, bus listrik dapat menggantikan bus kota dengan daya tahan harian mencapai 800 kilometer sehingga potensial untuk menggantikan bus kota, bus antarkota, bahkan bus wisata.
Key Account Manager PT Advantech International Niki Abdillah mengatakan, pasar bus listrik secara global diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 53 miliar dollar AS pada tahun 2027. Hal ini didasarkan oleh upaya konsisten lembaga lokal dan internasional untuk meningkatkan pengurangan emisi karbon yang berkelanjutan.
Laporan yang diterbitkan International Energy Agency (IEA) mengklaim jumlah kendaraan listrik dapat meningkat, dari 11 juta kendaraan pada tahun 2020 menjadi 145 juta kendaraan pada tahun 2030. Bus listrik dapat menjadi bagian penting dari peningkatan jumlah kendaraan listrik.
”Kesadaran masyarakat semakin menguat terkait manfaat terhadap lingkungan beserta keuntungan yang akan dirasakan ketika mengendarai kendaraan berbasis listrik. Juga mendukung program pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim dengan mempercepat sistem transportasi umum berbasis listrik,” ujar Niki.
Sales Assistant Manager Delta Electronics Inc Miles Yeh mengatakan, sejak tahun 2010, pihaknya telah memperkenalkan sistem pengisian untuk kendaraan listrik. Tidak hanya memberikan solusi penyediaan listrik bagi perumahan maupun pabrik.
”Dalam sehari, lebih dari 1 juta pengisian daya listrik untuk kendaraan listrik yang dilakukan oleh Delta. Dari ukuran perumahan sebesar 7 kilowatt hingga stasiun pengisian baterai besar sebesar 200 kilowatt yang telah terpasang lebih dari 50 negara di seluruh dunia,” kata Miles.
CEO Faraday Motor Co Ltd MS Hsu mengatakan, skuter listrik merupakan salah satu komponen dalam menuju pembangunan kota ramah lingkungan. Secara performa, skuter listrik mampu menekan biaya operasional karena biaya pemakaian rendah, tidak ada polusi emisi karbon, aman dengan kecepatan maksimum 75 kilometer per jam, dan jarak tempuh mencapai 80 kilometer.
Menurut Hsu, skuter listrik juga tidak menimbulkan suara bising yang dapat mengganggu suasana kota dan mesin pun sangat efisien. Selain itu, pengisian daya listrik jauh lebih hemat daripada bahan bakar minyak. Apalagi, model skuter listrik hybrid yang memiliki jangkauan maksimum mencapai 200 kilometer.