Kota Besar di Asia, Turki, dan Amerika Serikat Jadi Incaran Wisatawan
Kepercayaan diri warga Indonesia untuk bepergian ke destinasi wisata kota-kota besar di dalam ataupun luar negeri menguat. Ini didorong berbagai kebijakan pelonggaran mobilitas sosial dan peningkatan vaksinasi Covid-19.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat kepercayaan diri warga Indonesia untuk bepergian ke destinasi wisata domestik ataupun internasional diyakini meningkat pasca-pelonggaran pembatasan sosial. Sejumlah kota besar di dalam dan luar negeri menjadi incaran berwisata.
Vice President of Commercial Traveloka John Safenson membuktikan pendapatnya itu melalui data internal Traveloka yang menunjukkan tingkat kepercayaan diri pelanggan Traveloka bepergian dalam satu bulan mendatang mencapai 80 persen. Sebanyak 70 persen pelanggan Traveloka telah menerima vaksin Covid-19 penguat (booster). Porsi ini naik dua kali lipat ketimbang Maret 2022.
”Bali masih menjadi destinasi wisata favorit bagi warga negara Indonesia. Hal ini tidak mengherankan karena sebelum pandemi Covid-19 pun Bali juga menjadi destinasi populer,” ujar John di sela-sela konferensi pers pengumuman promo Traveloka Epic Sale 2022, Senin (30/5/2022), di Jakarta.
Bagi John, hal yang menyenangkan berikutnya adalah Bali kembali menjadi destinasi populer warga negara lain. Ini tergambar dari data internal Traveloka yang menunjukkan pemesanan tiket penerbangan dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Australia ke Bali naik tujuh kali lipat saat ini.
Sementara bagi warga negara Indonesia, John menyampaikan, mereka juga berminat bepergian ke destinasi kota besar lainnya di Indonesia, seperti Medan, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya. Tujuan mereka berkunjung ke kota-kota besar ini bukan semata-mata untuk wisata bersenang-senang, melainkan juga kunjungan ke sanak saudara dan usaha. Pelanggan Traveloka umumnya generasi muda berusia 25-40 tahun.
Chief Marketing Officer Traveloka Shirley Lesmana menambahkan, kebiasaan bepergian ke destinasi domestik ataupun internasional biasanya muncul saat libur sekolah. Kondisi pandemi Covid-19 di tingkat Asia Tenggara, khususnya, sudah terkendali. Pemerintah masing-masing negara di kawasan juga memberlakukan kebijakan yang mendorong warga kembali percaya diri bepergian, seperti peniadaan karantina dan pelonggaran tes Covid-19.
”Destinasi wisata di Asia Tenggara menjadi incaran warga negara Indonesia, diikuti kota besar seperti Istanbul di Turki, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Pemerintah Korea Selatan baru-baru ini bahkan merilis program pengajuan visa elektronik yang diharapkan bisa memikat wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Meski kota-kota besar di dalam ataupun luar negeri menjadi incaran warga untuk bepergian kembali, Shirley menilai situasi itu tidak lantas berarti destinasi lain tidak menarik. Pemerintah Indonesia telah berupaya agar muncul destinasi di luar Bali yang populer. Misalnya, pemerintah mengupayakannya melalui kebijakan pengembangan lima destinasi superprioritas.
Kelima destinasi superprioritas di Indonesia meliputi Danau Toba (Sumatera Utara), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara). Shirley menilai, pemerintah juga bekerja keras membangun infrastruktur agar memudahkan akses wisatawan berkunjung.
”Kemunculan sejumlah jalan tol baru sebenarnya bisa menjadi pendorong semakin banyak orang berwisata dan pada akhirnya menumbuhkan hotel-hotel baru,” ucap Shirley.
Adapun pemilik The Rooms Apartment Bali, Ronny Soetanto, mengatakan, selama dua tahun pandemi Covid-19, tamu yang menginap semuanya merupakan wisatawan domestik (warga negara Indonesia). Ketika memasuki tahun ketiga pandemi Covid-19, dia mengaku telah kembali kedatangan tamu berlatar belakang wisatawan mancanegara.
”Walaupun porsi tamu asing baru 5 persen, kami senang. Kami melihatnya sebagai tanda bahwa industri pariwisata di Bali mulai pulih,” katanya.
Mengutip blog Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO), pada Maret 2022, UNWTO telah menyatakan, pariwisata internasional melanjutkan pemulihannya pada Januari 2022 dengan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan 2021. Namun, invasi Rusia ke Ukraina menambah tekanan pada ketidakpastian ekonomi yang ada, ditambah dengan sejumlah pembatasan perjalanan terkait Covid yang masih berlaku. Kepercayaan diri secara keseluruhan dapat terpengaruh dan menghambat pemulihan pariwisata.
Berdasarkan data terbaru UNWTO, kedatangan turis internasional global naik lebih dari dua kali lipat (+130 persen) pada Januari 2022 dibandingkan dengan 2021 atau 18 juta lebih banyak pengunjung yang tercatat di seluruh dunia pada bulan pertama tahun 2022 dibandingkan total kunjungan tahun 2021. Meski demikian, kedatangan internasional pada Januari 2022 tetap 67 persen di bawah tingkat sebelum pandemi Covid-19.
Pariwisata internasional diperkirakan UNWTO akan melanjutkan pemulihan bertahapnya pada 2022. Perang di Ukraina menimbulkan tantangan baru bagi lingkungan ekonomi global dan risiko menghambat kembalinya kepercayaan dalam perjalanan global. Amerika Serikat dan Asia yang sudah mulai membuka diri terhadap perjalanan internasional dapat terkena dampak, terutama terkait perjalanan warga negaranya ke Eropa.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, penyelenggaraan event, seperti konser musik BNI Java Jazz Festival pada 27–29 Mei 2022, mampu menjadi lokomotif kunjungan wisatawan dan penciptaan lapangan kerja sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang luas. Penyelenggaraan event biasanya diikuti dengan kehadiran pelaku usaha kecil menengah, penjualan pernak-pernik resmi, dan kegiatan promosi destinasi wisata.