WEF 2022 dan Kemuraman Perang
Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia atau WEF 2022 tak luput dibayangi dampak invasi Rusia ke Ukraina. Namun, di tengah kemuraman geopolitik, ajang ini juga tetap menyuguhkan harapan dan dinamika.
Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (Annual Meeting World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss, bukan tentang konfrontasi. Pertemuan elite politik global dan eksekutif bisnis terkemuka di kota pegunungan Swiss itu digelar dalam konteks keramahan dan solidaritas, diliputi seruan aksi untuk kebaikan, kemajuan manusia, serta penanaman nilai-nilai bersama. Begitu digambarkan The Washington Post pada artikel ”Ukraine War Brings An Unusual Moral Edge to Davos”, terbitan 25 Mei 2022.
Di sepanjang kawasan pejalan kaki utama di Davos, sejumlah negara dan perusahaan multinasional biasa membuka paviliun di gedung-gedung yang sehari-hari dipakai sebagai butik mahal. Paviliun ini biasanya menawarkan minuman gratis, seperti espresso, disertai pesan-pesan mencerahkan dari pemerintah ataupun perusahaan multinasional yang menghuni paviliun.
Akan tetapi, invasi Rusia ke Ukraina rupanya memuramkan suasana di Davos pada perhelatan Pertemuan Tahunan WEF 2022. Konflik itu membayangi banyak percakapan, mulai dari panel utama, acara sampingan, hingga diskusi-diskusi di paviliun sepanjang kawasan pejalan kaki. Situasi ini menunjukkan apa yang oleh WEF disebutkan sebagai ”titik balik” dalam sejarah.
Tidak ada perayaan sosial tradisional dari paviliun Rusia yang biasa disebut Rumah Rusia disertai olesan kaviar dan vodka bagi para tamu elite. Tempat yang seharusnya dipakai sebagai Rumah Rusia itu digunakan oleh sejumlah warga Ukraina serta kritikus invasi Rusia ke Ukraina menjadi tempat pameran foto tentang kondisi di Ukraina sekarang.
Tempat itu kini dinamai Russia War Crimes House. Dibuka Senin (23/5/2022), tempat ini menampilkan foto-foto kejahatan dan kekejaman yang diyakini dilakukan oleh pasukan Rusia dan selalu ramai dikunjungi.
Akan tetapi, invasi Rusia ke Ukraina rupanya memuramkan suasana di Davos pada perhelatan Pertemuan Tahunan WEF 2022. Konflik itu membayangi banyak percakapan, mulai dari panel utama, acara sampingan, hingga diskusi-diskusi di paviliun sepanjang kawasan pejalan kaki.
Begitu masuk, pengunjung bisa memilih menyaksikan foto di ruangan bagian kiri atau kanan pintu masuk. Di ruangan sebelah kanan terdapat layar berukuran besar menampilkan tayangan foto gedung-gedung hancur beserta detail bagian yang rusak.
Di ruangan lain terdapat foto-foto kuburan, orang-orang dalam kantong mayat, tangan berlumuran darah di trotoar, seorang anak di respirator di rumah sakit, dan bayi dalam pelukan tentara. Ada juga foto vertikal berukuran besar seorang anak memeluk orangtuanya sembari menangis.
Mengutip AP, Bjorn Geldhof, Direktur Artistik PinchukArtCentre, yang membantu mengatur pameran di sana, mengatakan, penyelenggaraan pameran itu penting agar pengunjung paviliun Russia War Crimes House memahami apa yang sebenarnya terjadi di Ukraina. ”Bagian dari pameran ini juga untuk mengembalikan wajah manusia kepada orang-orang yang telah menjadi korban kejahatan perang Rusia-Ukraina ini,” katanya.
Sementara pebisnis Ukraina, Victor Pinchuk, seperti dikutip dari AFP, berpendapat, jika Russia War Crimes House mampu menyajikan kisah tragedi atas invasi Rusia ke Ukraina seluas mungkin, beberapa nyawa akan bisa diselamatkan. Dia dan yayasannya ikut menjadi salah satu penyelenggara.
Masih di sepanjang kawasan jalan kaki utama di Davos berdiri Ukraine House Davos. Pesan yang disampaikan di paviliun ini juga mirip dengan Rusia War Crimes House.
Saat ditemui Kompas, Rabu (25/5/2022) sore waktu Swiss, di Davos, Direktur Eksekutif Ukraine House Davos Alexa Chopivsky mengatakan, pihaknya sebenarnya tidak ingin membuka paviliun Ukraina di Pertemuan Tahunan WEF 2022. Sebab, mereka harus memiliki dana jika ingin membuka paviliun. Daripada untuk paviliun, dana yang ada sebaiknya dipakai untuk kebutuhan negara yang sedang berperang melawan Rusia.
”Beberapa minggu sebelum acara WEF 2022, kami mendapati komunitas di Davos yang secara dermawan mau ’mendonasikan’ tempat agar kami bisa membuka paviliun. Pada tahun-tahun normal, paviliun kami biasanya membahas peluang investasi dan apa yang bisa kami sediakan. Tetapi, tahun ini kami menyampaikan pesan, dampak perang terhadap kondisi masyarakat,” ujarnya.
Di Ukraine House Davos, pengunjung bisa mengikuti diskusi-diskusi dengan tema keamanan, pertahanan digital, hingga isu kemanusiaan. Ukraine House Davos juga sempat mengagendakan diskusi bersama Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytiro Kuleba.
Di teras Ukraine House Davos digelar pula pertunjukan seniman asal Ukraina yang juga menampilkan pesan dampak perang. Di antaranya Daria Koltsova yang tampil berteater, berpakaian putih, dan di depannya berserakan benda berbahan keramik dan berbentuk kepala manusia berukir mulut menganga.
Baca juga: Tut, tut, tut... Naik Kereta Api Menuju Pertemuan Ekonomi Dunia di Davos
Pesan positif
Terlepas dari bayang-bayang konflik politik Rusia-Ukraina, paviliun-paviliun negara ataupun milik perusahaan multinasional di sepanjang kawasan jalan kaki utama Davos tetap menarik dikunjungi satu per satu. Masih ada pesan positif dan cerah yang bisa memengaruhi siapa pun yang datang. Masih bisa mencicipi kopi, camilan, sembari menjajal inovasi teknologi secara cuma-cuma.
Di paviliun Meta (dulu bernama Facebook), misalnya, siapa pun yang tertarik masuk akan selalu ditawari mencoba menikmati metaverse hutan dan museum. Ada petugas paviliun yang berdiri di pintu masuk sambil menenteng ponsel pintar dan perangkat realitas virtual. Mereka siap membantu mengarahkan.
Tidak jauh dari paviliun Meta terdapat paviliun negara Arab Saudi yang diberi nama Saudi Cafe. Desain eksteriornya berbentuk kotak kuning dilengkapi dengan dinding kaca yang besar. Sementara desain interiornya dibuat mirip dengan kafe sesungguhnya, seperti papan menu makanan/minuman dan meja makan tinggi menempel pada dinding.
Juru Bicara dan Manajer Komunikasi Internasional Saudi Tourism Authority Abdullah Bin Azzam Al Dakhil, saat ditemui Minggu (22/5/2022), di Davos, menjelaskan, konsep paviliun seperti itu sengaja dibuat untuk mencerminkan fokus Arab Saudi ke pengembangan industri pariwisata. Makanan/minuman yang disajikan lekat dengan tradisi Arab Saudi meski dikemas modern. Kemasannya pun memakai bahan yang diklaim dapat digunakan ulang (reusable). Semua bahan baku didatangkan langsung dari Arab Saudi.
”Kami memang sedang fokus membangun pariwisata berkelanjutan. Kami kembangkan berbagai kemudahan orang berwisata, termasuk visa elektronik. Negara kami juga sedang memiliki proyek raksasa (giga projects) bernilai ratusan miliar dollar AS untuk menarik wisatawan,” kata Al Dakhil.
Untuk Indonesia, Paviliun Indonesia besutan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggunakan gedung butik Benetton, di Promenade 62, Davos Platz 7270, Swiss. Warna merah menghiasi eksterior dan interior paviliun sehingga langsung mencolok.
Pengunjung yang datang di Paviliun Indonesia ini bisa mencicip minuman kopi gratis buatan ”Dua Coffee”, kedai kopi milik kakak kandung penyanyi Raisa, Rinaldi Nurpratama. ”Dua Coffee” juga berdiri di Washington DC, Amerika Serikat, dan Cipete, Jakarta Selatan. Bukan hanya minuman kopi, pengunjung Paviliun Indonesia juga bisa menjajal makan keripik ketela balado buatan ”Shirley” dan mi instan Popmie.
Baca juga:Program Pemulihan Ekonomi dan Transisi Energi Harus Sejalan
Selain itu, pengunjung juga bisa mencoba produk teknologi metasemesta (metaverse) pendidikan yang dikeluarkan oleh WIR Group berkolaborasi dengan Cakap, perusahaan rintisan bidang teknologi asal Indonesia.
Caranya, pengunjung cukup mengenakan perangkat realitas virtual, lalu menikmati suasana belajar dalam kelas. Atau, pengunjung dapat mengambil opsi duduk serta mencermati presentasi inovasi-inovasi WIR Group, seperti DAV (perangkat IoT berbasis augmented reality) dan Mindstores (jaringan toko virtual).
Chief Sales and Marketing Officer WIR Group Gupta Sitorus mengatakan, WIR Group turut menyampaikan pesan inklusi di setiap inovasi produk metasemesta yang dikembangkannya. ”Sejak awal berdiri, kami selalu menekankan bahwa metaverse harus bisa diakses menggunakan ponsel pintar dan komputer jinjing,” katanya.
Tema yang dibawa Indonesia adalah hilirisasi komoditas dan industri ramah lingkungan. Indonesia juga turut membawa isu ekonomi digital di panggung Pertemuan Tahunan WEF 2022.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, saat ditemui Selasa (24/5/2022), di Davos, menekankan, tema yang dibawa Indonesia adalah hilirisasi komoditas dan industri ramah lingkungan. Indonesia juga turut membawa isu ekonomi digital di panggung Pertemuan Tahunan WEF 2022. GoTo, Grab Indonesia, dan Traveloka ikut hadir di Paviliun Indonesia menyampaikan presentasi perusahaan mereka.
”Tidak ada perlakuan khusus membawa perusahaan-perusahaan itu. Siapa pun perusahaan Indonesia sebenarnya dapat berpartisipasi di Paviliun Indonesia. Mereka adalah contoh perusahaan Indonesia yang sudah mempunyai pangsa pasar internasional,” ucap Bahlil.
Jika masih ingin menggali pengetahuan tentang Web3, seberang Paviliun Indonesia terdapat paviliun Blockchain Hub 2022 yang selalu dipadati pengunjung. Namun, jika ingin berdiskusi soal kesetaraan, termasuk kesetaraan bisnis dan kesetaraan dalam tren teknologi digital, siapa pun bisa hadir di Equality Lounge @Davos. Hanya saja, pengunjung yang mau menghadiri diharuskan mendaftar terlebih dulu.
Pertemuan Tahunan WEF 2022 memang dibayang-bayangi permasalahan geopolitik dan ekonomi yang tidak mengenakkan. Meski demikian, WEF 2022 masih jadi tumpuan harapan akan masa depan politik, ekonomi, dan sosial global yang lebih baik.