Skor Indeks Pengembangan Perjalanan dan Pariwisata 2021 Global Stagnan
Kondisi industri pariwisata turut menjadi salah satu sorotan dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022 di Davos, Swiss. Rata-rata skor Indeks Pengembangan Perjalanan dan Pariwisata 2021 hanya naik 0,1 persen.
Dampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu isu yang disorot dalam Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022 (Annual Meeting World Economic Forum/WEF 2022) yang berlangsung 22–26 Mei 2022. Hampir semua sektor industri terdampak, tidak terkecuali sektor pariwisata.
Di sela-sela Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022, Forum Ekonomi Dunia merilis laporan pengukuran Indeks Pengembangan Perjalanan dan Pariwisata (Travel and Tourism Development Index/TTDI) 2021. TTDI merupakan evolusi langsung dari laporan pengukuran Indeks Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata (Travel and Tourism Competitivenes Index/TTCI) yang rutin diterbitkan dua tahun sekali selama 15 tahun terakhir.
Fokus dari TTDI 2021 adalah mengukur faktor dan kebijakan yang memungkinkan pembangunan industri pariwisata secara berkelanjutan dan tangguh sehingga berkontribusi pada pembangunan suatu negara. Pengukuran TTDI mencakup lima indikator utama yang diturunkan lagi menjadi 17 subindikator. Kelima indikator utama adalah lingkungan (enabling environment), kebijakan pariwisata dan penerapannya (travel and tourism policy and enabling conditions), infrastruktur, daya tarik pariwisata (travel and tourism demand drivers), serta pariwisata keberlanjutan (sustainability index).
Head of Aviation, Travel, and Tourism WEF Lauren Uppink menjelaskan, TTDI diharapkan bisa menjadi kerangka berpikir baru dalam memandang industri pariwisata. Dua tahun pandemi Covid-19 menyebabkan sekitar 62 juta lapangan kerja dan sekitar 4,3 triliun dollar AS produk domestik bruto (PDB) global hilang.
Kedatangan pelaku perjalanan internasional mulai berangsur-angsur pulih pada Januari 2022. Akan tetapi, pada saat bersamaan terjadi konflik politik Rusia-Ukraina.
”Kami mengembangkan beberapa subindikator baru dalam TTDI, termasuk indikator yang berkaitan dengan kondisi geopolitik dan lingkungan yang berkelanjutan,” ujar Uppink dalam konferensi pers peluncuran laporan TTDI 2021 yang berlangsung secara híbrida, Selasa (24/5/2022), di Davos, Swiss.
Hasil TTDI 2021 relatif stagnan, memperkuat situasi sulit yang dihadapi sektor industri pariwisata. Rata-rata skor TTDI 2021 hanya meningkat 0,1 persen dibandingkan pengukuran TTDI tahun 2019. Dari 117 negara yang diukur, hanya 39 negara yang mengalami kenaikan skor lebih dari 1,0 persen. Sebanyak 51 negara mengalami peningkatan ataupun penurunan skor dalam kisaran 1,0 persen. Sebanyak 27 persen menjalani penurunan skor lebih dari 1 persen.
Sepuluh negara yang menduduki skor TTDI 2021 tertinggi meliputi Jepang, Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Jerman, Swiss, Australia, Inggris, dan Singapura. Secara khusus mengenai Jepang, Uppink mengatakan, performa TTDI negara itu sangat bagus mulai dari indikator infrastruktur hingga mekanisme ketahanan.
”Infrastruktur pendukung pariwisata yang sangat bagus dan merata. Jepang juga mempunyai data tarik pariwisata yang bagus, baik destinasi wisata alam, non-alam, maupun pariwisata bisnis. Selain itu, Jepang memiliki mekanisme ketahanan menghadapi pandemi Covid-19 yang bagus, seperti jaring pengaman sosial bagi kelompok marjinal dan tenaga kerja pariwisata yang terdampak,” katanya.
Secara keseluruhan, wilayah Eropa dan Asia Pasifik mendominasi kenaikan skor TTDI, yakni masing-masing naik 9 persen dan 4,9 persen. Wilayah Afrika hanya mengalami kenaikan kinerja skor 1,1 persen. Adapun wilayah Amerika dan Timur Tengah serta Afrika Utara justru memiliki skor -3,1 persen dan -2,8 persen di bawah rata-rata TTDI global.
Baca juga : Masalah Iklim dan Inflasi Global Menjadi Perhatian
Kenaikan terbesar
Vietnam mengalami peningkatan skor terbesar, yaitu 4,7 persen, sehingga peringkat TTDI naik dari 60 ke 52 dari 117 negara. Sementara skor Arab Saudi naik 2,3 persen sehingga ranking TTDI naik dari 43 ke 33 dari 117 negara.
Adapun skor Indonesia turut mengalami peningkatan terbesar, yakni 3,4 persen. Ini membuat TTDI Indonesia naik dari ranking 44 tahun 2019 menjadi 32 pada tahun 2021.
Dari lima indikator utama yang dijadikan WEF sebagai pengukuran TTDI 2021, Indonesia hanya mengalami kenaikan peringkat pada indikator travel and tourism policy and enabling conditions dan indikator infrastruktur. Pada indikator travel and tourism policy and enabling conditions, Indonesia mendapat skor 5,1 dari 7 dan peringkatnya 4 dari 117 negara. Pada indikator infrastruktur, Indonesia memperoleh skor 3,7 dari 7 dan peringkat 52 dari 117 negara.
Di ketiga indikator utama lainnya, Indonesia malah mengalami penurunan ranking. Di indikator enabling environment, dalam TTDI 2021, ranking Indonesia adalah 61 dari 117 negara. Peringkat Indonesia di indikator travel and tourism demand drivers menjadi 16 dari 117 negara. Kemudian, peringkat Indonesia di indikator sustainability menjadi 63 dari 117 negara.
Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Hanifah Makarim yang ditemui jelang penutupan Paviliun Indonesia di acara Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022, Rabu (25/5/2022) sore, di Jakarta mengatakan, tren pariwisata masa depan akan menitikberatkan pada keberlanjutan lingkungan. Kemenparekraf/Baparekraf mendorong pariwisata berbasis komunitas untuk menyambut tren itu.
”Rantai pasok barang-barang yang dibutuhkan perhotelan, misalnya, sebisa mungkin harus mengurangi jejak karbon. Maka, hotel-hotel diharapkan menggunakan pemasok produk lokal dari sekitar kawasan. Cara lainnya, mereka harus memanfaatkan produk lokal yang sudah memiliki cakupan jenama tingkat nasional sehingga menjaga keberlanjutannya,” ujar Hanifah.
Menurut dia, produk jenama lokal Indonesia tidak kalah dari negara lain, misalnya teh dan kopi. Sayang, masih ada kecenderungan sejumlah hotel menggunakan teh dan kopi merek luar negeri.
”Kami menyadari permasalahan rata-rata pemilik jenama lokal, terutama UMKM, terletak pada kemasan produk. Oleh karena itu, kami berusaha menyediakan pelatihan-pelatihan sehingga cara mereka mengemas produk menarik dan memikat wisatawan,” katanya.
Dari aspek kebijakan pariwisata, Hanifah menjelaskan, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan visa kedatangan kepada wisatawan mancanegara dari sekitar 60 negara. Pelaku perjalanan internasional yang masuk ke Indonesia pun telah dibebaskan tes usap Covid-19. Kebijakan-kebijakan ini diharapkan memikat wisatawan mancanegara untuk datang ke Tanah Air sehingga industri pariwisata Indonesia bisa lekas pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Masih berkaitan dengan kebijakan, dia menyebutkan terdapat delapan kawasan ekonomi khusus yang di dalamnya telah disediakan berbagai insentif kepada investor, seperti pengurangan pajak dan ketentuan keimigrasian. Daya tarik wisata di Indonesia sebenarnya tidak kalah dari negara lain, seperti lima destinasi superprioritas yang menawarkan keindahan alam dan keunikan budaya.
Baca juga : Penerapan Standar "CHSE" Naikkan Daya Saing Pariwisata Indonesia
Vice President Public Policy and Government Traveloka Widyasari Listyowulan, yang ditemui pada saat bersamaan, membenarkan bahwa Pemerintah Indonesia telah memiliki aneka kebijakan yang mendukung pemulihan industri pariwisata. Kebijakan itu di antaranya pelonggaran mobilitas sosial, bebas tes Covid-19 untuk bepergian, dan integrasi aplikasi Peduli Lindungi ke sistem internasional. Ini berdampak positif bagi pergerakan wisatawan.
Dia lalu memberikan gambaran dari data internal Traveloka. Pada triwulan I-2022, pemesanan akomodasi ke destinasi internasional naik 100 persen dibandingkan triwulan IV-2021. Sementara dengan perbandingan periode yang sama, pemesanan akomodasi ke destinasi domestik naik 80 persen.
Infrastruktur pendukung orang berwisata, seperti bandara, semakin membaik. Bahkan, dalam laporan TTDI 2021, peringkat TTDI Indonesia untuk subindikator infrastruktur transportasi udara naik menjadi 23 dari 117 negara, dengan skor 4,5 dari 7.
”Satu hal yang masih menjadi kekurangan industri pariwisata Indonesia adalah kolaborasi pemerintah-pelaku industri untuk lebih aktif mengembangkan daya tarik pariwisata. Pemerintah seharusnya lebih erat menggandeng pelaku industri demi kemajuan daya saing pariwisata nasional,” ujar Widyasari.
Di Jakarta, Menparekraf/Kepala Baparekraf Sandiaga S Uno mengatakan, dirinya telah bertemu dengan Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Abdulla Shahid. Dalam pertemuan yang berlangsung Kamis (26/5/2022), Abdulla membicarakan mekanisme ketahanan dan industri pariwisata yang berkelanjutan Indonesia. Sandiaga mengklaim, Abdulla memuji angka kasus positif Covid-19 yang landai meskipun restriksi mudik dilonggarkan dan tingkat vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang telah mencapai lebih dari 70 persen.