Indonesia Lanjutkan Kerja Sama Bilateral Investasi dengan Swiss
Pemerintah Indonesia melanjutkan kerja sama bilateral mulai dari bidang investasi, perdagangan, sampai aksi lingkungan berkelanjutan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
DAVOS, KOMPAS — Indonesia melanjutkan kerja sama bilateral dengan Swiss, mulai dari sisi investasi, perdagangan, hingga aksi inovasi lingkungan berkelanjutan. Pihak kamar dagang dan industri kedua negara siap membentuk gugus tugas sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, Swiss sekarang menjadi 10 besar negara yang memiliki realisasi investasi tertinggi di Indonesia. Swiss juga telah menjadi salah satu negara tujuan investasi besar di dunia.
”Indonesia dan Swiss sebenarnya telah memiliki perjanjian kerja sama investasi bilateral sejak 1974, tetapi berakhir 2016. Pembahasan pembaruan perjanjian sempat alot sebelum akhirnya bisa ditandatangani sekarang. Beberapa poin yang menyebabkan pembahasan lama mencakup, antara lain, tanggung jawab apabila terjadi kejadian luar biasa saat penanaman investasi dan perlakuan investor,” ujar Bahlil saat ditemui pada Selasa (24/5/2022) malam di Davos, Swiss.
Balil menambahkan, dalam pertemuan dengan jajaran Pemerintah Swiss di sela-sela Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022, Pemerintah Indonesia menegaskan bahwa Indonesia akan terus melanjutkan hilirisasi komoditas. Salah satunya menyangkut gasifikasi batubara. Hal itu rupanya disambut positif oleh Pemerintah Swiss.
”Mereka (Swiss) berkeinginan mengembangkan teknologi gasifikasi. Mereka sekarang khawatir terhadap ketersediaan pasokan gas alam sebab Ukraina-Rusia masih berkonflik,” imbuhnya.
Pada saat bersamaan juga terjadi penandatanganan nota kesepahaman antara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan Economiesuisse Swiss (Kadin Swiss) serta penandatanganan letter of intent antara Kadin Indonesia dan Innosuisse (Swiss Innovation Agency). Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasyid menjadi perwakilan Kadin Indonesia yang menandatangani nota kesepahaman ataupun letter of intent tersebut. Menteri Perdagangan Indonesia Muhammad Lutfi turut hadir menyaksikan penandatanganan itu.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Shinta W Kamdani menjelaskan bahwa aksi tersebut merupakan kelanjutan eksekusi perjanjian perdagangan bebas The European Free Trade Association-Comprehensive Economic Partnership Agreement (EFTA-CEPA) yang telah diratifikasi oleh Swiss ataupun Indonesia. Kedua negara bahkan telah memiliki regulasi perundang-undangan pascaratifikasi.
”Kami dan mereka akan segera membuat Indonesia-Swiss Council. Ini semacam task force untuk mempercepat tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman ataupun letter of intent,” ujarnya.
Shinta menambahkan, kedua negara tidak hanya akan fokus pada isu perdagangan dan investasi. Swiss juga amat menaruh perhatian terhadap aksi lingkungan berkelanjutan sehingga kerja sama terkait inovasi lingkungan berkelanjutan berpeluang besar dikerjakan dengan Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada triwulan IV-2021, realisasi investasi Swiss di Indonesia mencapai 23,4 juta dollar AS dengan total 134 proyek. Sementara sepanjang Januari - Desember 2021, realisasi investasi Swiss di Indonesia sebesar 599,8 dollar AS dengan total 281 proyek. Dengan capaian ini, Swiss menjadi negara ke-10 yang memiliki realisasi investasi terbanyak di Indonesia.
Saat ini terdapat sekitar 100 perusahaan asal Swiss yang berinvestasi di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Nestlé.
Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022 kemarin telah memasuki hari kedua. Mengutip blog World Economy Forum, isu lingkungan telah menjadi agenda utama. Panel pemimpin iklim tingkat tinggi, termasuk Utusan Khusus AS dan China John Kerry dan Xie Zhenhua, bergabung dengan Presiden Forum Ekonomi Dunia Børge Brende untuk mendiskusikan aksi iklim di Davos 2022.
Kerry mengatakan, pada tahun 2021, emisi karbon naik sebesar 6 persen, sementara penggunaan batubara meningkat sebesar 9 persen. Sementara pada saat bersamaan, negara-negara mengkhawatirkan keamanan energi, tetapi dia menyatakan seharusnya jangan sampai membahayakan bumi dengan berinvestasi dalam proyek bahan bakar fosil.
Xie menyerukan agar semua orang, terutama para pemimpin global, secara radikal mengubah cara kerja ekonomi global supaya terhindar dari bencana iklim.
Sementara itu, Mark Benioff, Co-CEO Salesforce, mengatakan, semua perusahaan seharusnya berkomitmen untuk netral karbon dan mulai mengandalkan secara eksklusif sumber energi terbarukan. ”Investasi besar-besaran dalam teknologi ramah lingkungan sudah seharusnya dikerjakan,” ucapnya.