Wapres Amin: Produk Makanan Halal Indonesia Potensi Ekspor
Indonesia memiliki potensi besar di sektor makanan halal. Hal ini bisa diperkuat dan dijadikan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia masih cenderung stagnan di posisi keempat dalam Indikator Ekonomi Islami Global tahun 2022, sama halnya dengan posisi di tahun 2020-2021. Namun, di sektor makanan halal, Indonesia berada di peringkat kedua. Hal ini dinilai sebagai potensi yang bisa dijadikan sebagai peluang saat dunia mengalami ancaman krisis pangan.
Laporan Indikator Ekonomi Islami Global tahun 2022 menunjukkan, pada 2021 sebanyak 1,9 miliar Muslim sedunia membelanjakan 2 triliun dollar AS untuk makanan halal, produk farmasi, kosmetika, busana, dan wisata. Pengeluaran ini diperkirakan terus meningkat. Diperkirakan, pada 2022 peningkatan mencapai 9,1 persen. Adapun di 2025, diprediksi pengeluaran Muslim mencapai 2,8 triliun dollar AS dengan tingkat pertumbuhan kumulatif 7,5 persen.
Dalam Indikator Ekonomi Islami Global tersebut, dari 81 negara yang mengembangkan ekonomi Islami, Indonesia masih di posisi keempat sama seperti di laporan tahun sebelumnya. Adapun posisi pertama tetap dipegang Malaysia selama sembilan tahun berturut-turut. Posisi kedua hingga keempat adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Indonesia.
Pada 2019, Indonesia di posisi kelima, sedangkan tahun sebelumnya di peringkat ke-10. Kendati peringkat Indonesia secara umum tetap di nomor empat, Wakil Presiden Ma’ruf Amin tetap mengapresiasi. Sebab, di sektor makanan halal, Indonesia berada di peringkat kedua.
”Jika diperhatikan datanya, terjadi peningkatan ekspor makanan halal Indonesia ke negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam). Begitu pula kodifikasi ekspor produk halal yang terintegrasi, diakui sebagai inovasi yang mendongkrak peringkat sektor ini,” tuturnya dalam peluncuran Laporan Indikator Ekonomi Islami Global 2022 di Thamrin City, Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Adapun Laporan Indikator Ekonomi Islami Global diproduksi Dinar Standard. Dalam acara peluncuran laporan itu, sekaligus diluncurkan pula Ritel Modern Peduli Produk Halal, Halal Center Indonesia, dan aplikasi pemindai halal Haliv. Hadir dalam acara ini, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey, dan Senior Partner Dinar Standard & Board Member Dinar Standard Sayd Farook.
Menurut Wapres Amin, capaian Indonesia di sektor makanan halal adalah modal dan potensi besar. Apalagi di saat dunia mengalami persoalan ancaman keamanan pangan, inflasi harga, dan gangguan rantai pasok, Indonesia perlu melihatnya sebagai peluang. Perdagangan intra-OKI, investasi pada riset dan inovasi teknologi pangan, serta digitalisasi sistem penelusuran halal perlu diperkuat.
Untuk mewujudkan cita-cita menjadi pusat produsen halal dunia, diperlukan terobosan dan inovasi. Namun, diperlukan pula kerja sama dan keterlibatan semua aktor dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah. Selain dukungan riset dan teknologi untuk pengembangan produk, diperlukan penguasaan teknologi serta peningkatan kualitas dan kapasitas SDM.
Akses pasar juga penting. Untuk itu, perusahaan besar bisa mendukung perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian, UMKM bisa naik kelas. Seusai acara, Wapres mencontohkan, produk makanan minuman di Indonesia sudah banyak. Namun, perlu ada kurasi, standar harus bersaing, demikian pula kemasannya agar siap ekspor.
Setidaknya, produk-produk UMKM masuk ritel modern dengan kemasan dan sertifikasi serta kualitas kuat. ”Jadi, sebenarnya modal kita ada. Tinggal kita bagaimana kita meningkatkan produk-produk kita yang sudah banyak ini,” kata Wapres.
Di toko ritel modern di Thamrin City, Wapres Amin juga mencoba memindai produk menggunakan aplikasi Haliv. Aplikasi yang dipasang di telepon pintar ini bisa menunjukkan apakah produk sudah terverifikasi halal melalui kode batangnya.
Sejauh ini, dalam dialog Wapres Amin secara virtual dengan beberapa pekerja toko ritel modern di Jayapura dan Palembang, terungkap bahwa produk halal diminati masyarakat.
Di Palembang, seperti disampaikan pekerja toko ritel modern Adriansyah, setiap belanja, masyarakat menanyakan apakah suatu produk halal atau tidak.
Yakob dari toko ritel modern di Jayapura juga mengatakan, penjualan naik dengan adanya produk halal.
Roy menambahkan, Aprindo siap mengakselerasi kemajuan produk halal Indonesia. Dengan demikian, suatu saat Indonesia bisa menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia.