Google Lanjutkan Komitmen Pelatihan Kompetensi Digital di Indonesia
Google menyatakan komitmennya melanjutkan dukungan bagi pelatihan kompetensi digital di Indonesia saat bertemu Menteri Komunikasi dan Informatika RI di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2022 di Davos, Swiss.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
DAVOS, KOMPAS — Google melanjutkan komitmennya untuk tetap mendukung upaya peningkatan kompetensi dan keahlian bidang teknologi digital bagi warga di Indonesia. Komitmen itu dilandasi oleh keyakinan adanya potensi ekonomi digital yang besar di Indonesia.
President Google Asia Pasifik Scott Beaumont mengatakan, ekonomi digital mempunyai peluang tumbuh yang besar pada masa depan, termasuk di Indonesia. Nilai ekonomi internet diharapkan bisa tumbuh dua kali lipat tahun mendatang.
”Kami ingin terus membantu (Pemerintah) Indonesia untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian bidang teknologi digital bagi warga negaranya. Dengan memiliki kompetensi atau keahlian seperti itu, kehidupan mereka diharapkan bisa lebih baik,” ujar Beaumont seusai bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate, Senin (23/5/2022) sore waktu Swiss, di sela-sela Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economy Forum/WEF) 2022, di Davos, Swiss.
Produk-produk teknologi digital yang Google miliki semestinya dapat dioptimalkan lebih banyak oleh wirausaha-wirausaha Indonesia sehingga mereka berkembang lebih pesat.
Scott secara khusus menerangkan bahwa dukungan Google itu akan dilakukan melalui model kolaborasi dengan kampus-kampus. Beberapa keahlian teknologi digital yang disasar meliputi penguasaan kecerdasaan buatan dan mesin pembelajaran.
Di luar pelatihan keahlian teknologi digital, Beaumont mengatakan, Google mengamati potensi kewirausahaan di Indonesia yang besar. Produk-produk teknologi digital yang Google miliki semestinya dapat dioptimalkan lebih banyak oleh wirausaha-wirausaha Indonesia sehingga mereka berkembang lebih pesat. Google, seperti diketahui, telah beberapa kali menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan digital bagi UMKM di Indonesia. Nama pelatihannya adalah Gapura Digital.
”Kami sampaikan bahwa kerja sama dengan Pemerintah Indonesia atau komitmen kami untuk Indonesia bersifat jangka panjang,” imbuh Beaumont.
Menurut Johnny, Kementerian Komunikasi dan Informatika secara khusus mengambil bagian dalam upaya meningkatkan kompetensi dan literasi digital. Upaya ini dibagi ke dalam tiga level pelatihan, yakni dasar, menengah, dan atas (advance).
Google bersama beberapa perusahaan teknologi raksasa, seperti Amazon Web Services (AWS) dan Microsoft, berperan di level menengah. ”Mereka punya kurikulum pelatihan keahlian bidang teknologi digital yang bisa diakses khusus oleh warga Indonesia,” kata Johnny.
Pada 2021, Google.org memberikan hibah sebesar 2 juta dollar AS kepada INCO yang bermitra dengan Yayasan Plan International Indonesia untuk menyediakan 10.000 beasiswa Information Technology Support Certificate serta memberikan dukungan tambahan melalui program bernama INCO Academy-Work in Tech. Universitas Telkom menjadi mitra pertama yang berperan melanjutkan pemberian beasiswa itu.
Johnny mengatakan, Pemerintah Indonesia tetap akan mendorong pemerataan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dibangun oleh operator telekomunikasi ke seluruh daerah. Pemerintah Indonesia melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo berperan menyediakan infrastruktur di daerah tertinggal. Akses tersebut harus dioptimalkan untuk aktivitas yang menghasilkan dampak ekonomi digital.
Mengutip laporan e-Economy SEA 2021 yang dihasilkan oleh Google, Temasek Holdings Pte, dan Bain & Company, Johnny menyampaikan, nilai ekonomi internet Indonesia diperkirakan telah tumbuh 49 persen dari 47 miliar dollar AS pada 2020 menjadi 70 miliar dollar AS pada akhir tahun 2021. Kontribusi terbesar datang dari perdagangan elektronik atau e-dagang sebesar 52 persen.
Selama triwulan I-2022, kata dia, nilai ekonomi internet Indonesia tumbuh tujuh persen. Kemudian, nilainya diperkirakan tumbuh menjadi sekitar 140 miliar dollar AS. Indonesia mendapat tambahan 21 juta konsumen baru layanan digital (consumer digital) sepanjang 2020 sampai semester I-2021. Dari jumlah itu, 72 persen di antaranya berasal dari non-kota besar. Hal itu merupakan penanda positif bagi ekosistem ekonomi internet.
Sebanyak 99 persen konsumen baru layanan digital berniat terus menggunakan layanan berbasis internet. Konsumen layanan digital di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 mengonsumsi 3,6 kali lebih banyak aneka layanan berbasis internet (Kompas, 19/11/2021).
”Pertemuan kami dengan Google kali ini menindaklanjuti kerja sama yang sudah ada. Kami membahas bagaimana bersama-sama menggali potensi dan peluang ekonomi digital. Ekonomi digital yang terus bertumbuh mendatangkan dampak positif bagi masyarakat serta Google sebagai entitas bisnis,” imbuh Johnny.
Selain dengan President Google Asia Pacific Scott Beaumont, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga bertemu dengan Qualcomm untuk membahas seputar 5G. Delegasi Indonesia membuka Paviliun Indonesia di sela-sela Pertemuan Tahunan WEF 2022 dan membawa beberapa perusahaan rintisan bidang teknologi (startup). Misalnya, GoTo, Grab Indonesia, Traveloka, dan WIR Group.
Inisiatif digital
Pada hari yang sama, mengutip blog WEF, WEF meluncurkan program Inisiatif Investasi Asing Langsung Digital (Digital Foreign Direct Initiative). Presiden WEF Børge Brende mengatakan, tidak akan ada pemulihan ekonomi yang nyata tanpa pemulihan perdagangan dan investasi.
Sementara Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Digital (DCO) Deemah Al Yahya menjelaskan, inisiatif itu bertujuan untuk menawarkan wawasan cara menciptakan ekosistem digital yang membawa kemakmuran bagi masyarakat. Kualitas pelayanan publik bisa ditingkatkan. Bisnis digital pun ikut tumbuh.
”Dengan bekerja sama, kami dapat memastikan bahwa setiap orang, negara, dan perusahaan dapat memperoleh manfaat dari peluang luar biasa yang dibawa oleh ekonomi digital,” ujar Deemah.
Chief Executive Officer AVEVA Group Plc Peter Herweck menekankan, kemitraan publik-swasta akan memainkan peran kunci dalam mempercepat transformasi digital dan membawa kemakmuran bagi masyarakat di seluruh dunia. AVEVA merupakan perusahaan perangkat lunak hasil merger antara Schneider Electric dan AVEVA.
”Ekonomi digital tidak dapat dikembangkan dalam kondisi yang silo,” ujar Menteri Komunikasi dan Ekonomi Digital, Federal Ministry of Communications and Digital Economy Nigeria Isa Ali Ibrahim yang ikut dalam inisiatif itu.