Edukasi literasi keuangan bisa secara tidak langsung meningkatkan kapasitas bisnis UMKM. Sebab, masih banyak UMKM yang belum paham bagaimana mengelola keuangan dengan baik.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemahaman atau literasi produk jasa keuangan bisa meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM untuk meningkatkan kapasitasnya. Dengan terliterasi keuangan, kalangan UMKM bisa memahami produk jasa keuangan untuk dimanfaatkan sebagai modal kerja sehingga bisa meningkatkan kapasitas bisnis.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, mengatakan, literasi atau pengetahuan akan produk jasa keuangan penting untuk dipahami oleh UMKM. Dengan memahami produk jasa keuangan, UMKM bisa membuka berbagai alternatif akses layanan pembiayaan dan permodalan.
”Saat ini layanan jasa keuangan sudah sangat luas dan beragam. Ini peluang besar bagi UMKM untuk memperoleh permodalan. Pemanfaatan produk jasa keuangan ini bermanfaat bagi UMKM untuk mengembangkan kapasitas dan bisnis,” kata Tirta dalam acara ”Peluncuran Modul Literasi Keuangan Tokopedia” yang dilakukan secara daring, Senin (23/5/2022), di Jakarta.
Kesulitan mengakses modal kerja, lanjut Tirta, merupakan salah satu persoalan utama UMKM. Namun, saat ini sudah banyak inovasi keuangan digital sehingga memperbanyak alternatif pembiayaan bagi UMKM.
Tirta menambahkan, literasi keuangan tidak hanya membantu memperoleh alternatif pembiayaan, tetapi juga penting bagi UMKM dalam mencatat pendapatan, belanja operasional, jumlah arus kas, dan ekuitas. Alokasi kas bisa diinvestasikan untuk memutar modal usaha.
Ditambahkan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni Primanto Joewono, UMKM punya peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Data BI yang diolah dari berbagai sumber menyebutkan, kontribusi UMKM mencapai Rp 7.034 triliun atau setara dengan 57,14 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sektor UMKM juga berkontribusi terhadap 96,92 persen tenaga kerja nasional. Adapun UMKM juga berkontribusi 15,65 persen dari ekspor nasional.
Menyadari besarnya peranan UMKM terhadap perekonomian nasional, mulai tahun lalu BI menetapkan kebijakan rasio pembiayaan inklusif makroprudensial (RPIM) atau pembiayaan ke segmen UMKM minimal 30 persen.
Kontribusi segmen UMKM perbankan pada April 2022 mencapai 22,01 persen dari total kredit, meningkat dibandingkan April 2021 yang sebesar 20,70 persen. Adapun pihaknya menargetkan kontribusi kredit UMKM bisa mencapai 30 persen pada 2024.
”Pembiayaan permodalan dan literasi keuangan UMKM ini penting untuk mendorong dan mempercepat pengembangan UMKM agar bisa naik kelas. Ini berperan untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional,” ucap Doni.
Modul
Pada kesempatan yang sama, Tokopedia meluncurkan Modul Literasi Keuangan Tokopedia. Direktur Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Tokopedia Astri Wahyuni menjelaskan, modul itu dirilis untuk menjawab kebutuhan UMKM yang belum memahami bagaimana pengelolaan keuangan.
”Pengelolaan keuangan, baik mencatat pendapatan maupun belanja hingga pemahaman untuk menginvestasikan modal kerja bisa menjadi cara untuk meningkatkan kapasitas bisnis UMKM,” tutur Astri.
Ia menjelaskan, modul itu berisi empat topik besar. Topik modul pertama adalah perencanaan dan pengelolaan keuangan serta akuntansi sederhana bagi UMKM. Topik modul kedua berisi cara memperoleh dan mengelola modal usaha dan trik memastikan modal usaha aman.
Topik modul ketiga adalah mengenai metode pembayaran dan transaksi daring setara cara menghitung dan melaporkan pajak. Adapun topik modul keempat adalah mengenai memulai investasi aman dan menguntungkan untuk investasi emas dan reksadana.