Wabah PMK Belum Teratasi, Edukasi Peternak Diintensifkan Lagi
Penyakit mulut dan kuku pada ternak yang mewabah di Jawa Timur belum teratasi. Selain pengobatan dan bantuan disinfektan, edukasi terhadap peternak lebih diintensifkan lagi untuk perbaikan tata kelola kandang.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Penyakit mulut dan kuku pada ternak berkuku belah yang mewabah di Provinsi Jawa Timur belum teratasi. Selain pengobatan dan bantuan disinfektan, edukasi terhadap peternak lebih diintensifkan lagi untuk perbaikan tata kelola kandang terutama sanitasi lingkungannya untuk menekan sebaran virus.
Berdasarkan data Posko PMK Pemprov Jatim, sampai dengan Selasa (17/5/2022), penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak telah meluas ke 14 daerah dari total 38 kabupaten dan kota. Sebaran itu lebih luas dibandingkan pada 11 Mei 2022 yang baru terjadi pada empat kabupaten, yakni Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Mojokerto.
Dari 14 kabupaten dan kota tersebut, dilaporkan 6.433 ternak terkonfirmasi PMK dengan rincian 5.560 ekor dalam kondisi sakit, 838 ekor sudah sembuh, dan 35 ekor mati. Agar sebaran penyakit ini tidak semakin meluas, kebijakan karantina kandang diterapkan di Jatim.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jatim Budi Santoso mengatakan, upaya mencegah semakin meluasnya sebaran PMK juga ditempuh dengan menyemprotkan cairan disinfektan pembunuh kuman, virus, dan bakteri ke tempat-tempat yang rawan menjadi sumber penularan.
”Tempat-tempat rawan penularan itu antara lain pasar hewan yang masih beroperasi di sejumlah daerah, seperti Pasuruan dan Jombang. Selain itu, rumah potong hewan (RPH) dan kandang ternak,” ujar Budi Santoso, Jumat (20/5/2022).
Sementara itu, di Kabupaten Sidoarjo, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, bersama Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo menggelar kegiatan pengobatan, disinfeksi, dan edukasi peternak di Desa Tropodo, Kecamatan Krian. Sasarannya 16 peternak dengan populasi sapi 23-60 ekor per peternak atau total sekitar 500 ekor.
Diantisipasi
Profesor Mustofa Helmy Efendi dari Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH Unair mengatakan, penularan PMK harus segera diantisipasi agar tidak terus meluas. Alasannya, PMK merupakan penyakit yang sangat menular pada ternak sehingga tingkat penularannya tinggi. Media penularannya juga beragam, seperti melalui pakan ternak, air, bahkan udara.
”Penanganan yang dilakukan pada ternak yang terkonfirmasi PMK adalah dengan pemberian obat-obatan seperti antibiotik. Selain itu, rutin melakukan disinfektan untuk membunuh virus dan bakteri yang menyebar di kandang dan sekitarnya,” kata Helmy.
Salah satu kunci untuk menekan sebaran PMK adalah menerapkan isolasi kandang secara ketat dan rutin menjaga kebersihannya. Dia mencontohkan, setiap orang yang masuk dan ke luar kandang harus disemprot disinfektan. Ternak yang sakit harus dipisahkan atau dikarantina di kandang terpisah agar tidak menulari hewan lainnya.
Helmy menambahkan, peternak sapi dan hewan berkuku belah lainnya, termasuk kambing, tidak perlu khawatir karena PMK tidak menular pada manusia. Selain itu, produk ternak berupa daging dan susu tetap aman dikonsumsi dengan catatan dimasak terlebih dahulu untuk membunuh virus PMK.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo Eni Rustianingsih menambahkan, salah satu tantangan penanganan PMK adalah mengedukasi peternak untuk menerapkan tata kelola kandang yang baik terutama sistem sanitasinya.
Dia mencontohkan, peternak harus memiliki saluran pembuangan limbah yang terpisah dan tidak mengalirkannya ke sungai karena air menjadi salah satu media pembawa virus.
”Selain itu, peternak juga harus menyediakan tempat karantina terpisah untuk ternak yang sakit agar tidak menular. Rutin menyemprotkan cairan disinfektan pada area kandang dan sekitarnya,” ujar Eni.
Untuk pengadaan obat-obatan yang disalurkan kepada peternak, ada bantuan dari Kementerian Pertanian. Selain itu, kami mengusulkan anggaran dari APBD Sidoarjo tahun berjalan. (Eni Rustianingsih)
Berdasarkan data Posko PMK Kabupaten Sidoarjo, saat ini terdapat 1.450 lebih ternak yang terkonfirmasi PMK. Dari jumlah tersebut, sekitar 400 ternak dinyatakan sembuh. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memeriksa ternak yang sakit dan menyalurkan bantuan obat-obatan kepada peternak.
Selain itu, Eni mengatakan, pihaknya telah menggandeng dokter hewan alumi Unair untuk membantu penanganan PMK karena keterbatasan jumlah tenaga medis yang bertugas di wilayahnya. Percepatan penanganan diharapkan bisa menekan potensi penularan penyakit. Saat ini, sebaran PMK telah mencapai 14 kecamatan dari total 18 kecamatan.
”Untuk pengadaan obat-obatan yang disalurkan kepada peternak, ada bantuan dari Kementerian Pertanian. Selain itu, kami mengusulkan anggaran dari APBD Sidoarjo tahun berjalan,” kata Eni.
Salah satu peternak di Desa Tropodo, Nurotin (60), mengatakan, total populasi ternaknya mencapai 60 ekor sebelum Lebaran 2022. Namun, saat ini populasinya tinggal 40 ekor karena serangan PMK. Ternaknya merupakan sapi perah yang memproduksi susu segar dan sapi pedaging.
Dia bercerita, serangan PMK terjadi tepat saat Idul Fitri. Sebanyak 10 sapi tiba-tiba demam tinggi dan jatuh ke lantai kandang. Nurotin yang panik karena belum pernah mengalami kejadian serupa selama bertahun-tahun mengelola usaha ternak langsung menghubungi dokter hewan.
Setelah disuntik antibiotik dan diberi vitamin, sapinya berangsur sembuh. Dari 10 ekor, 4 ekor mati dan 6 ekor sembuh. Sapi yang sembuh ini kemudian dipotong paksa untuk dijual dagingnya. Hal itu guna menghindari kerugian yang lebih besar. Alasannya, PMK menyebabkan berat badan sapi menyusut secara drastis.
”Selain beratnya menyusut, wabah PMK juga berdampak besar pada produksi susu segar. Dari 40 sapi yang biasanya menghasilkan 200 liter susu setiap harinya, produksinya tinggal 20 liter per hari,” ujar Nurotin.