Pengembangan Industri Mobil Listrik Diandalkan untuk Menguatkan Kerja Sama Intra-ASEAN
Dengan kekuatan cadangan nikel yang dimiliki Indonesia, kerja sama pengembangan ekosistem mobil listrik dengan Korea dinilai tidak hanya menguntungkan Indonesia, tetapi juga rantai pasok ASEAN sebagai satu keutuhan.
Oleh
agnes theodora
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO (KUM)
Mobil listrik Nissan Leaf yang dipamerkan dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (21/11/2021). Pelbagai jenis mobil listrik dipamerkan sejumlah pabrikan kendaraan pada pameran ini.
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah ketegangan geopolitik yang berdampak pada ketidakpastian ekonomi dunia, kerja sama ekonomi intra-ASEAN kian mendesak untuk meningkatkan daya saing negara-negara Asia Tenggara di rantai pasok global. Industri otomotif, khususnya pengembangan ekosistem mobil listrik, pun menjadi sektor yang diandalkan untuk mendorong kemajuan regional yang merata.
Seperti disampaikan Kepala Perwakilan Vietnam di ASEAN, Nguyen Hai Bang, dalam acara Business Forum ASEAN-Republic of Korea di Jakarta, Kamis (19/5/2022), perdagangan intra-ASEAN menghadapi kendala serius mengingat hubungan ekonomi di antara negara-negara di Asia Tenggara selama ini cenderung lebih sarat persaingan ketimbang saling mendukung dan mengisi.
”Tantangan ke depan adalah bagaimana ASEAN memosisikan dan mengintegrasikan dirinya, bukan sebagai negara yang terpisah satu sama lain, melainkan sebagai satu kesatuan entitas ekonomi di rantai pasok global, dengan dukungan dari negara-negara mitra dagang utamanya,” kata Nguyen di hadapan ratusan peserta yang hadir dalam acara forum bisnis antara ASEAN dan Korea Selatan itu.
Salah satu negara mitra yang intens membangun kerja sama ekonomi dengan ASEAN adalah Korea Selatan, khususnya untuk pengembangan ekosistem mobil listrik. Pada tahun 2020 total perdagangan antara Korea Selatan dan ASEAN mencapai 143,8 miliar dollar AS, sementara total investasi Korea Selatan ke ASEAN sebesar 9,2 miliar dollar AS. ASEAN pun menjadi mitra dagang terbesar Korea Selatan serta tujuan investasi terbesar kedua bagi negara tersebut setelah Amerika Serikat.
Dalam relasinya dengan Indonesia, Korea Selatan juga menjadi salah satu investor utama, khususnya di sektor otomotif. Kementerian Investasi mencatat, pada triwulan I-2022 Korea Selatan merealisasikan investasi senilai 445,6 juta dollar AS untuk 1.216 proyek di Indonesia. Perusahaan besar asal Korsel banyak berinvestasi dalam pengembangan ekosistem mobil listrik, seperti Hyundai Motor yang membangun pabrik perakitan mobil listrik dan LG Chem yang mengembangkan pabrik komponen baterai listrik.
BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/KRIS
Presiden Joko Widodo pada acara peresmian pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia dan peluncuran mobil listrik IONIQ 5 di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Rabu (16/3/2022).
Wakil Kepala Bidang Penelitian di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB Universitas Indonesia Kiki Verico menambahkan, perdagangan intra-ASEAN dapat mendorong konvergensi ekonomi atau kondisi di mana negara-negara ASEAN dengan produk domestik bruto (PDB) rendah dapat mengejar ketimpangannya dengan negara ASEAN yang memiliki PDB tinggi serta ikut menjadi negara maju.
Seperti diketahui, negara-negara anggota ASEAN umumnya memiliki pasar yang relatif besar dengan jumlah penduduk yang banyak. Namun, belum semuanya merupakan negara berpendapatan tinggi. Menguatkan perdagangan intra-ASEAN akan mendukung kemajuan yang merata secara regional. Untuk itu, dibutuhkan kehadiran negara lain yang bisa memantik terjadinya integrasi ekonomi itu.
”Perjanjian dagang RCEP itu ibarat mesin yang bisa mendorong integrasi ekonomi di ASEAN. Peran negara lain, seperti Korea Selatan, menjadi sangat penting untuk mendorong konvergensi ekonomi itu terjadi di kawasan, bukan sekadar untuk mengisi realisasi investasi saja,” kata Kiki.
Menguatkan perdagangan intra-ASEAN akan mendukung kemajuan yang merata secara regional. Untuk itu, dibutuhkan kehadiran negara lain yang bisa memantik terjadinya integrasi ekonomi itu.
Transformasi
Kekuatan Korea di bidang otomotif, khususnya pengembangan ekosistem mobil listrik, juga bertepatan dengan ikhtiar Indonesia untuk melakukan tiga jenis transformasi: transformasi struktural dari negara yang hanya memproduksi barang mentah menjadi produsen barang olahan bernilai tambah, transformasi teknologi digital, serta transformasi menuju ekonomi hijau yang ramah lingkungan.
Terlebih, Indonesia ditargetkan akan menjadi hub produksi mobil listrik dan komponen baterai listrik di kawasan Asia Tenggara. ”Dengan kekuatan cadangan nikel dan potensi pengembangan produksi baterai listrik yang dimiliki Indonesia, kerja sama pengembangan ekosistem mobil listrik dengan Korea tidak hanya menguntungkan Indonesia, tetapi juga rantai pasok ASEAN sebagai satu keutuhan,” ujar Kiki.
Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Kwon Hee-seog mengatakan, negaranya memiliki komitmen untuk memperluas platform kerja sama dengan ASEAN. ”Korea dan ASEAN memiliki visi yang sama. Jumlah perusahaan Korea yang terus bertambah di ASEAN diharapkan bisa mendorong siklus penguatan perdagangan intra-regional dan pertumbuhan ekonomi yang merata di kawasan,” kata Kwon.
Sementara itu, Vice President of Head of Hyundai Motor Asia Pacific Sales Group Junheang Heo mengatakan, Hyundai tertarik untuk berinvestasi dan mengembangkan ekosistem mobil listrik di ASEAN mengingat sektor otomotif di kawasan ini diperkirakan tumbuh hingga 64 persen pada tahun 2030.
Hyundai, ujarnya, akan menjadi perusahaan pertama yang melakukan inovasi sektor otomotif di ASEAN melalui mengembangkan platform ekosistem mobil listrik di Indonesia. ”ASEAN menyimpan potensi yang besar, terutama di tengah tren manajemen rantai pasok yang terus bertransformasi sejak pandemi dan memunculkan banyak ketidakpastian,” katanya.